Devil's Fruit (21+)

Mendatangi Sang Adik



Mendatangi Sang Adik

0Fruit 1447: Mendatangi Sang Adik     

Karena terus dipancing amarahnya akibat diremehkan oleh Wei Long, akhirnya Hong Wang si Burung Api pun berteriak, "Skrriiiii! Naga cebol sialan! Skrriiii! Kukatakan padamu, naga sialan, yang bisa menyembuhkan wanita itu adalah adik dari pemuda bodoh itu! Skrriiiiii!"     

Jovano dan yang lainnya di sana, kecuali si Wabis, tercengang melongo ketika mendengar ucapan Hong Wang.      

Jadi, maksud Hong Wang, Zivena bisa menyembuhkan Serafima? Begitukah?     

Untuk memperjelas, Jovano terpaksa menggunakan trik ala Wei Long, "Om Ver, jangan bicara sembarangan, Om! Mana mungkin adikku bisa memiliki kekuatan semacam itu? Dia masih kecil! Om Ver pasti sedang melantur, ya kan Om?"     

Wei Long dan Shona melirik kaget ke Jovano, namun setelah melihat seringaian tipis di wajah Jovano, akhirnya mereka berdua pun paham kenapa Jovano berlagak meremehkan Hong Wang.     

Karenanya, Wei Long terkekeh kecil. Shona menelan saliva dengan perasaan berkecamuk, berharap Hong Wang masih bisa dipancing harga dirinya dengan mengungkap lebih banyak.     

"Bocah bodoh, skrriiiii!" jerit Hong Wang sambil terbang berputar di atas Jovano dan sesekali ingin menyambar Jovano namun hanya lewat saja. "Tau apa kau ini, hah! Memang kau bocah bodoh!"     

"Bagaimana aku bisa tau apakah ucapan Om Ver sungguh bisa dipercaya atau tidak, ya kan?" pancing Jovano lebih dalam.     

Hong Wang selain paling tak suka diremehkan, dia juga tak suka diragukan. Ia menatap tajam Jovano sambil berhenti terbang dan mengepak-kepakkan sayap saja di udara dengan diam, berteriak kesal, "Aku melihat dan yakin kekuatan adikmu sudah besar dan mampu kalau hanya untuk menyembuhkan racun jiwa! Dia memiliki darah malaikat lebih murni dari siapapun kalian di sini! Jangan seenaknya meragukan penilaian Yang Mulia yang cerdas ini! Skrriiii! Bodoh! Bodoh! Bodoh dan juga bebal! Skrriiii!"     

Jovano menoleh ke Shona dan berkata, "Sepertinya gak ada salahnya kita mencoba manggil Zizi ke sini."     

Shona anggukkan kepalanya. "Apapun, yang penting sista bisa sembuh seperti sedia kala." Alisnya bertaut dengan mimik wajah serius.     

"Om Wei, tolong kita balik ke dimensi manusia lagi, Om." Dia menoleh sedikit ke Wei Long yang bertengger di bahunya.     

"Tidak masalah!" Wei Long lekas saja membuka kunci dimensi dia dan kini mereka sudah kembali ke alam manusia, Bumi. Kembali ke halaman belakang rumah kosong milik pak Lurah yang mereka tempati.     

Termasuk Wabis jahat itu juga turut dikembalikan ke alam manusia. Suara jeritannya terdengar hingga jauh sehingga para astral yang mengintip ingin tahu apa yang terjadi, mereka langsung syok dan lekas melarikan diri menjauh dari rumah itu.     

Para astral yang mendapati kenyataan yang terjadi pada Wabis jahat pun memutuskan tidak lagi hendak berdekatan dengan area tersebut. Mereka bahkan berikrar tak ingin membuat masalah dengan Jovano dan kelompoknya.     

Inilah kenapa area radius ratusan meter dari rumah tersebut mendadak saja sepi astral, mereka berbondong-bondong pindah ke desa lain saja, menghindari kelompok Jovano yang mengerikan.     

Kemudian, Jovano menyerahkan sebentar Serafima ke Shona. "Tolong jaga dia bentar, Sho. Aku mo panggil Zizi."     

Shona mengangguk paham. "Tentu saja, Jo." Dia juga paham kenapa suaminya tidak memakai anting komunikasi untuk memanggil adiknya dan memilih menjemput Zivena langsung. Sudah pasti karena Jovano ingin mengedepankan etika meski sebagai kakak.     

Karena ini menyangkut Serafima, maka Jovano meski seorang kakak, ketika dia membutuhkan pertolongan pada adiknya, dia merasa dia sendirilah yang harusnya mendatangi si adik ketimbang mengundang.     

Maka, usai Shona memeluk Serafima yang masih tak sadarkan diri, Jovano melesat terbang dengan kecepatan paling maksimal yang dia sanggup ke tempat sang adik berada.      

Shona mendekap tubuh lemah Serafima ditemani Wei Long, sedangkan Hong Wang entah sudah ada di mana, dan Wabis masih meraung-raung kesakitan di sudut halaman.     

.     

.     

Di negara Asia lainnya, muncul Jovano di depan Zivena yang sedang menyembuhkan seorang yang terluka akibat luka tusuk. Beruntung dia memiliki kekuatan pelacak seperti ibunya, bahkan ini lebih kuat ketimbang milik Andrea, sehingga Jovano bisa cepat mengetahui di mana sang adik berada.     

"Heh? Kak Jo?" Zivena mendongak ketika menyadari kakaknya muncul di depannya. Untung saja 'pasien' Zivena sedang tak sadarkan diri dan hanya mereka bertiga saja dengan Gavin di sana.     

"Kak Jo!" Gavin ikut menyapa.     

"Zizi, Gav … aku butuh kalian, bisakah kalian ikut aku ke Indonesia?" tanya Jovano dengan wajah tersenyum.     

"Hm, sepertinya ada yang gawat terjadi di sana, yah? Apakah salah satu anggota kelompok Kak Jo terluka?" Zivena kembali memfokuskan dirinya ke orang terluka tusukan pisau yang kini berada di pangkuan Gavin.     

"He he … adikku ini semakin hebat saja langsung mengetahu itu. Sepertinya kekuatan penerawangan kamu makin maju saja, Zi." Jovano masih bersikap tenang meski sebenarnya dia diburu waktu.     

"Hmph! Tak perlu menggunakan kekuatan apapun itu, cukup dengan pemikiran cerdasku saja, aku sudah bisa menduga apa yang sedang terjadi di sana, Kak." Zivena menyeringai sambil melirik singkat ke kakaknya.     

Jovano tertawa ringan. "Adikku ini memang sangat cerdas selain kuat juga."      

"Tentu saja! Kita ini kan memang sama-sama cerdas karena keturunan dari sosok yang juga memiliki kecerdasan di atas rata-rata, jangan bandingkan aku dengan si bodoh di atasku dulu." Zivena bertutur pedas. "Apalagi cuma orang yang bisanya mengumbar tak hanya kebodohannya saja tapi juga syahwat tololnya, sampai ada yang tergila-gila tak bisa sembuh." Lalu lirikan matanya terarah singkat ke Gavin.     

Gavin meringis. Tentu saja dia tahu siapa yang sedang disindir keras oleh Zivena. Siapa lagi kalau bukan Ivy.      

Jovano juga paham bahwa adiknya ini sedang menyindir saudara lain mereka yang kini sudah tiada. "Hm, yah … yang lalu biarlah berlalu."     

"Jadikan ini pelajaran untuk kalian! Jangan sembarangan memilih pasangan! Jangan hanya dilihat dari penampilan saja tapi juga dari karakter!" Sikap menggurui Zivena kembali lagi seperti kala dulu dia masih kecil.     

"Iya, iya, Zizi cantik yang juga cerdas." Jovano lebih baik mengalah saja karena saat ini dia sedang amat membutuhkan bantuan adiknya. "Nah, ayo ikut Kak Jo ke Indonesia, yuk!"     

"Sebentar." Zivena melakukan gerakan sederhana pada perut orang terluka itu dan seketika kulit orang itu menutup dengan ajaib tanpa perlu jahitan. "Tadi dia ditusuk dan organ dalamnya porak-poranda oleh tusukan pisau besar lawannya."      

Hanya sekelumit informasi dari adiknya, Jovano bisa dengan cepat membayangkan apa yang tadi terjadi pada pria berwajah kaukasia ala orang Pakistan ini.     

Seketika orang itu mulai siuman.     

"Nah, ayo Kak Jo!" Zivena terbang melesat lebih dulu, diikuti Jovano dan kemudian Gavin, meninggalkan pria tadi yang heran luar biasa karena dirinya ternyata masih hidup usai diserang musuhnya yang iri padanya.     

Bertiga, mereka terbang cepat ke Indonesia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.