Devil's Fruit (21+)

Malaikat dan Iblis Berdampingan



Malaikat dan Iblis Berdampingan

0Fruit 1448: Malaikat dan Iblis Berdampingan     

Zivena terbang melesat lebih dulu, diikuti Jovano dan kemudian Gavin, meninggalkan pria tadi yang heran luar biasa karena dirinya ternyata masih hidup usai diserang musuhnya yang iri padanya.     

Bertiga, mereka terbang cepat ke Indonesia.     

Dalam waktu sekian detik saja, ketiganya sudah berada di rumah Pak Lurah.     

Mata Zivena langsung tertuju pada Serafima yang masih berada di pangkuan Shona yang terlihat sedih. "Hm …." Dia tidak banyak bicara dan mendekat ke istri pertama kakaknya.     

"Zi …." Shona menyusut air matanya begitu melihat kedatangan Zivena.     

"Coba pegangi terus begitu, yah Kak Sho." Zivena mulai bersimpuh dengan dua lutut menapak ke tanah dan dia memejamkan mata selama beberapa detik saja, lalu dari telapak tangannya, keluar cahaya putih.      

Cahaya putih itu terlihat pekat dan kuat. Shona dan yang lainnya bisa merasakan kekuatan yang besar dari cahaya dari tangan Zivena. Mulai timbul harapan mereka.     

Cahaya putih di telapak tangan pun ditempelkan ke dahi Serafima, sedangkan tangan lain Zivena yang juga mengeluarkan cahaya putih itu menempel di dada Serafima.     

Kedua tangan sama-sama sedang mengalirkan cahaya putih ke tubuh Serafima. Dia sembari berkata, "Ini hanya karena aku melihat Kak Jo dan Kak Sho saja nih aku bersedia menolong dia."     

Shona terkesima, raut wajahnya menunjukkan keheranan dan bertanya, "Kok begitu, Zi?"     

"Aku tak suka padanya. Dia kasar pada Kak Jo. Dia menyebalkan!" Zivena tanpa tedeng aling-aling menyerukan itu.     

Jovano hanya bisa tertawa canggung mendengar ucapan jujur adiknya. Dia tak berani membantah, takut sang adik akan hentikan pengobatannya. Maka dari itu, meski hatinya protes, dia tetap diam.     

Shona pun paham kenapa suaminya diam tanpa membalas ucapan adiknya. Karena melihat Jovano diam, maka dia juga ikut diam, tak berani membantah Zivena.     

Setidaknya, bocah perempuan ini masih bersedia melakukan pertolongan meski sebal pada Serafima, itu saja yang terpenting.     

Sementara itu, Hong Wang masih berputar-putar di angkasa jauh sana dan hanya terlihat kelebatan apinya saja yang membungkus badan, agak samar di langit saking jauhnya.     

Ketika Zivena sedang berkonsentrasi menyembuhkan Serafima, secara tidak terduga datanglah 2 sosok di dekat mereka.     

Itu adalah Nafael dan satu lagi sosok berwarna hitam sebesar Nafael dengan sayap hitam dan bertanduk pula.     

Jovano, Gavin, dan Shona lekas bersiaga karena itu jelas seorang iblis yang bersama dengan Nafael. Meski sungguh mengherankan kenapa bisa ada malaikat dan iblis bisa datang berdampingan begitu.     

Itu … tidak sesuai dengan adat dan logika pada umumnya.     

"Haa … rupanya dia di sini …." Suara bernada geraman dari sosok iblis di sebelah Nafael itu muncul disertai seringaian lebarnya ketika menatap ke arah si Wabis yang masih menjerit-jerit.     

"Apa lagi yang kau tunggu? Lekas kerjakan!" Nafael melirik rekan di sampingnya.     

"Cih! Kau memang golongan yang tak asyik!" Kemudian, si iblis hitam itu pun lekas melesat menghampiri Wabis dan dengan entengnya dia menyeret Wabis dengan satu tangan dan setelahnya, mereka menghilang begitu saja seakan terhisap dimensi lain.     

Jovano terus mengamati adegan itu dan kemudian matanya menuju ke Nafael. "Kakak Malaikat, ada apa sekiranya Kakak berada di sini?" tanyanya menggunakan pilihan kata yang terdengar santai.     

"Aku hanya ingin melihat kegaduhan macam apalagi yang kalian sebabkan di sini." Nafael tidak menatap Jovano dan malah memerhatikan Zivena yang sedang fokus mengobati Serafima. "Kau … bagaimana bisa kau memiliki cahaya itu?"     

Zivena tidak menggubris pertanyaan dari Nafael dan terus saja diam melanjutkan aksinya.     

"Apakah semua keluargamu bisa mewarisi kekuatan malaikat?" Nafael seperti lelah mendapati kenyataan ini.      

Dulu, dia menyaksikan bahwa Jovano bisa mengeluarkan kekuatan cahaya putih yang mematikan dari tapak tangan kanannya seperti yang dimiliki beberapa panglima tinggi malaikat, cahaya yang juga ditakuti tak hanya oleh para iblis, namun juga sesama malaikat.     

Lalu kini, adik dari Jovano pun rupanya memiliki cahaya putih yang berbeda fungsi dari milik kakaknya. Itu merupakan cahaya penyembuh yang dimiliki segelintir malaikat terpilih saja.     

Rasanya tidak rela jika keluarga dari Jovano ini bisa dengan gampangnya memiliki kekuatan yang disegani oleh malaikat. Padahal mereka hanyalah berdarah nephilim, hanya memiliki segelintir genetika dari malaikat saja!     

Kenapa bisa begitu beruntung mempunyai kekuatan malaikat pilihan?     

Kemudian, Nafael teringat bahwa kakek Jovano dan Zivena adalah sang panglima tinggi Mikael, maka rasanya sudah tidak perlu lagi mencari penjelasan dari apa yang di depan matanya kini.     

"Hghh … aku harap, kalian berdua bisa menggunakan kekuatan suci itu untuk hal kebajikan. Tuan Agung memperbolehkan kalian mempunyai itu karena Tuan Agung memiliki tujuan untuk kalian." Kini Nafael teringat akan ucapan Sang Agung yang pernah dia dengar ketika dia dipanggil ke singgasana pribadi Sang Agung.     

"Tujuan untuk kami?"Jovano mengerutkan keningnya.      

"Tuan Agung memberikan kemampuan lebih kepada siapapun yang Tuan Agung kehendaki karena akan ada tugas bagi orang itu dengan kekuatan yang diberikan Tuan Agung." Nafael tidak menyembunyikan fakta ini dari Jovano dan yang lainnya.     

"Dih! Dia rupanya ingin memanfaatkan aku dan Kak Jo." Tak diduga-duga, Zivena bisa mengeluarkan kalimat macam itu tanpa membuka matanya.     

"Tuan Agung bukan hendak memanfaatkan kalian, Tuan Agung hanya bemaksud memercayakan kemampuan itu pada kalian. Andaikan kalian menggunakannya dengan sembrono, maka Tuan Agung akan dengan senang hati mengambil apa yang Tuan Agung berikan ke kalian." Nafael tidak ingin Sang Agung diremehkan siapapun.     

"Jadi … tugas 10.000 kebajikan itu datangnya dari dia, bukan darimu?" Zivena masih memejamkan matanya ketika bertanya ke Nafael.     

"Tentu saja. Tuan Agung ingin berkarya melalui kalian. Karya Tuan Agung begitu indah, hanya butuh ketulusan hati untuk bisa memahaminya." Nafael sebagai malaikat, tentu saja akan membela Sang Agung.     

Terdengar dengus keras nan panjang napas Zivena sebelum dia berkata, "Kalau tak ada yang mau dibicarakan, segera pergi saja kau dari sini, mengganggu saja."     

Ucapan ketus Zivena sepertinya tidak terlalu berpengaruh pada Nafael yang terbiasa acuh tak acuh. Dia lebih memilih untuk mengatakan, "Meskipun kekuatan malaikat penyembuhmu ada di dirimu, itu masih belum cukup mampu untuk menangani racun jiwa. Kau, bersiaplah saja."     

"Apa maksudmu, Kak Malaikat?" Jovano segera saja merasa khawatir usai mendengar apa yang baru saja dikatakan Nafael.     

"Racun Jiwa berbeda dengan penyakit pada tubuh manusia. Apa kau pikir itu mudah ditangani seperti kau biasa menangani penyakit pada manusia?" Nafael mengabaikan Jovano dan masih terus berbicara ke Zivena.     

"Cerewet!" gumam keras Zivena.     

"Saat kau menyembuhkan manusia menggunakan kekuatanmu itu, kau memang bisa memulihkan mereka dalam hitungan detik saja, namun untuk menangani Racun Jiwa, aku ingin melihat seberapa lama kesanggupanmu." Nafael masih terus melayang di udara di langit atas Jovano dan lainnya.     

Tubuh besar dan bersinar Nafael menyebabkan banyak makhluk astral berlarian tunggal-langgang.     

Baru saja Nafael berbicara, Zivena mendadak saja mulai limbung dan wajahnya berubah pucat dan hendak pingsan.     

"Zizi!" Jovano berlari ingin menggapai tubuh adiknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.