Devil's Fruit (21+)

Iblis Jenis Purgoro yang Istimewa



Iblis Jenis Purgoro yang Istimewa

0Fruit 1449: Iblis Jenis Purgoro yang Istimewa     

Baru saja Nafael hadir di dekat kelompok Jovano bersama seorang makhluk dari ras iblis karena itu terlihat dari tampilannya, mendadak saja Zivena mulai limbung dan pingsan.     

Jovano bergegas melesat cepat ke tubuh limbung adiknya, namun dia terlambat, rasanya tidak akan tergapai.     

Sampai akhirnya, dia melihat kilatan cahaya putih menyambar tubuh Zivena dan si gadis itu terangkat dengan cepat ke udara oleh Nafael.     

"Tsk! Dia sungguh merepotkan." Nafael mengerutkan keningnya ketika berhasil menyelamatkan Zivena sebelum gadis remaja itu menghantam tanah dikarenakan kehilangan kesadaran.     

Menatap raut lelah Zivena yang berada di dekapannya, Nafael bahkan melihat mulut gadis itu masih ternganga. Tapi, itu tidak membuatnya tertawa atau geli. Dia datar saja memandang wajah Zivena.     

Melihat adiknya diselamatkan Nafael, Jovano lega, namun dia agak heran ketika menyaksikan Nafael memandangi wajah sang adik bungsu. Mau apa malaikat itu? Apakah malaikat tidak pernah melihat wajah seperti Zivena?     

Jangan katakan Nafael terpukau dengan wajah imut adiknya. Namun, memikirkan itu di kepalanya, Jovano merasa geli sendiri membuat pikiran yang terlampau berlebihan jauhnya.     

Mana mungkin ada malaikat sedingin dan sekaku Nafael bisa timbul rasa suka pada makhluk lain?     

Yah, Jovano memang pernah mendengar bahwa malaikat memiliki kehendak bebas meskipun tidak segila iblis atau manusia, karena malaikat tetap akan mengingat tugas utama mereka yaitu melayani Sang Sumber nan Agung.     

Kalaau dipikir-pikir, memang masuk akal jika malaikat diberi kehendak bebas pula oleh Sang Sumber, karena kalau tidak … mana ada istilah Malaikat Jatuh alias Fallen Angel?     

Jovano terus memikirkan ini sejak dulu dan dia sedikit banyak sudah memahami beberapa hal mengenai itu.     

"Apakah ada bunga tumbuh di wajah adikku?" tanya Jovano ketika melihat Nafael berlama-lama memandang wajah Zivena.     

Dikarenakan itu, Nafael pun tersadar dan ia menyerahkan Zivena ke Jovano dengan cara tubuh Zivena melayang di udara hingga tiba di lengan kakaknya.     

Bukan hal sulit bagi kaum malaikat melakukan hal semacam itu.      

"Dia butuh istirahat panjang kembali. Mungkin … ada 2 yang akan terjadi padanya, antara hibernasi panjang, atau dia … kembali menjadi anak kecil." Demikian ucap Nafael.     

"Hah? Zizi akan jadi anak kecil lagi?" Shona tak kuasa dan berteriak, ada nada pilu di suaranya.     

"Dia sudah menggunakan begitu banyak energi murni dia dan masih untung tidak berakibat memotong usia dia." Nafael berkata acuh tak acuh.     

Jovano mengamati wajah adiknya. Mungkin tadi Nafael menatap lama-lama ke Zivena bukan karena si malaikat sedang terpukau pada wajah adiknya, melainkan malaikat itu menunggu apakah wajah Zivena akan berangsur-angsur berubah ke anak kecil atau tidak.     

Ini yang bisa Jovano ambil sebagai kesimpulan.     

Keajaiban datang, penampilan Serafima berangsur-angsur kembali ke wujud semula, hanya dia belum tersadar.     

"Sis! Sis Sera sudah pulih penampilannya!" jerit Shona sambil menyeka air mata yang tadi jatuh ketika memikirkan 2 kemungkinan yang akan dialami Zivena.     

Pandangan Jovano beralih ke istri pertamanya yang masih dipegangi istri keduanya. Ia memang melihat wajah Serafima sudah kembali ke wajah sesungguhnya sang nephilim, serta tanduk di kening juga sudah mulai menghilang menjadi sepihan debu energi.     

Tubuh Serafima juga ikut pulih. Ini sangat melegakan Jovano. Tapi … "Dia masih belum sadar."     

"Besok dia akan sadar." Nafael berucap sambil lalu.     

Mendengar itu, Jovano merasa hatinya melonjak penuh akan harapan. Kalau malaikat seperti Nafael sudah berkata demikian, mana mungkin dia tidak percaya? Mana mungkin ada malaikat yang berbohong? Yah, kecuali memang itu adalah Malaikat Jatuh.     

"Terima kasih atas semua pertolonganmu, Kak Nafael. Tak masalah aku memanggilmu Kak, bukan?" Jovano merasa tak ada salahnya dia memiliki kenalan baik dari kaum malaikat. Berkawan dengan banyak orang itu tentu lebih baik, kan? Tak perlu membeda-bedakan rasnya.     

"Hmph, meski ini sebuah hal memalukan bagiku, tapi karena Tuan Agung sungguh menghargaimu, maka baiklah." Nafael menaikkan dagunya walau pandangannya masih sedatar tadi.     

Jovano teringat akan sesuatu. "Ahh, Kak Nafael! Bolehkah aku bertanya?"     

"Jika Tuan Agung berkehendak aku menjawabnya, maka itu bisa terjadi." Nafael memandang ke Jovano. Dia masih melayang di udara dan Jovano berada di bawah sana, menapak tanah.     

"Baiklah, kuharap Sang Sumber bersedia membiarkan Kak Nafael menjawabnya untukku. Jadi, Kak … itu tadi … yang bersama Kakak … siapa? Iblis kah? Tentu iblis, bukan?" Akhirnya, apa yang terus menyesaki kepalanya sejak tadi, berhasil dikeluarkan juga oleh Jovano dalam sebuah pertanyaan yang cukup panjang.     

Jovano berdebar, hatinya penuh harap-harap cemas, khawatir jika Nafael tidak memberikan jawaban, padahal dia sudah sangat ingin mengetahui mengenai itu.     

"Ohh, dia Bakhemott." Nafael berkata setelah dia terdiam beberapa saat, tentu saja meminta ijin terlebih dahulu kepada Sang Sumber.     

Bagi malaikat patuh seperti Nafael, apapun yang hendak dia lakukan merupakan atas ijin dari Sang Sumber atau dia tidak akan berani meski memiliki kehendak bebas.     

"Bakhemott … apakah dia iblis?" Jovano tidak puas. Dia tidak sekedar ingin mengetahui nama makhluk hitam tadi, namun lebih dari itu!     

"Hm, ya … dia memang iblis seperti kaum kamu dan keluargamu." Nafael menjawab.     

"Tapi kenapa dia …."     

"Aku tahu apa yang berkecamuk di benakmu, anak muda. Tuanku pun sudah mengetahuinya sejak tadi, dan sungguh beruntung sekali kau bahwa Tuanku sudi membiarkan kau mengetahuinya."     

"Ahh, terima kasih untuk kebaikan Anda, Tuan Agung. Nah, Kak Nafael, tolong jelaskan padaku, kenapa malaikat bisa datang beriringan dengan iblis? Bukankah kalian seharusnya … bermusuhan?"     

"Kalau kami bermusuhan semua, lantas, siapa yang kau pikir bekerja di neraka?"     

Jovano diam bungkam. Dia mulai tersadar. Ya, para iblis yang menghuni neraka, bukankah itu jenis iblis yang tidak ikut campur urusan dunia manusia? Kalau demikian, maka ….     

"Tuanku begitu Agung dan Sempurna, dia menciptakan apapun tidak untuk hal sia-sia. Semuanya sudah ada porsinya masing-masing, sudah memiliki tugas dan takdirnya masing-masing. Apakah kau paham sampai di sini, anak muda?" Nafael memandang tajam ke Jovano.     

"Ahh, ya … sedikit bisa memahaminya, Kak … jadi … ternyata tidak semua iblis itu … kerjanya mempengaruhi manusia saja, yah Kak."     

"Kalau Tuanku membenci iblis, untuk apa dia menciptakan mereka? Kalau Tuanku membenci iblis, mengapa tidak Tuanku musnahkan saja iblis dengan sekali jentikan jari? Nyatanya … Tuanku tetap memberikan wewenang pada setiap makhluknya untuk melakoni tugasnya masing-masing, termasuk kami."     

Astaga, otak Jovano serasa akan meledak mendengar penuturan Nafael. Ini tentunya akan mind-blowing sekali apabila disampaikan kepada makhluk lainnya.     

"Kau pikir semua iblis itu jahat? Lalu apa yang kau dan kelompokmu lakukan selama ini? Apakah kalian menyengsarakan manusia?"     

Jovano termenung, mengiyakan ucapan Nafael baru saja.     

"Iblis jahat pun bisa kembali ke jalan Tuanku jika dia mau bertobat. Karena Tuanku adalah sumber dari segala pengampunan. Iblis yang tadi bersamaku, berjenis iblis Purgoro. Dia sudah melalui segala macam hukuman dari Tuanku dan bersedia kembali ke jalan Tuanku untuk membantu tugas kami, malaikat."     

Alangkah terkejutnya Jovano dan kelompoknya mendengar itu. Ada iblis yang bisa bertobat dan kembali bekerja bersama malaikat?!     

Apakah ini cerita fantasy? Jovano tak yakin dia sedang diberi dongeng indah yang aneh atau … memang demikian adanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.