Devil's Fruit (21+)

Pilihan Untuk Nasib Zivena



Pilihan Untuk Nasib Zivena

0Fruit 1450: Pilihan Untuk Nasib Zivena     

Jovano baru saja terhenyak kaget ketika mendengar dari Nafael, malaikat level tinggi yang memberikan misi kemanusiaan padanya, bahwa ada jenis iblis yang bekerja di jalan Sang Sumber, yaitu jenis Iblis Purgoro.     

Iblis Purgoro adalah iblis yang bertobat dari segala kejahatannya dengan sungguh-sungguh dan telah melewati seluruh masa hukuman dia, kemudian melalukan pekerjaan untuk Sang Sumber.     

Ini tidak mengherankan, sebab jika ada yang dinamakan malaikat jatuh, kenapa tidak pula ada yang dinamakan iblis tercerahkan?     

Yang Jovano pernah ketahui hanyalah jenis iblis yang biasa ada di kitab kuno yang pernah dia baca, yaitu iblis yang biasanya mengganggu manusia dengan provokasi tiada henti, dan iblis yang seperti dia serta keluarganya yang tidak berminat memprovokasi manusia.     

Ternyata masih ada beberapa jenis iblis lainnya, yaitu yang tidak ikut campur dengan urusan dunia, bekerja sebagai 'pegawai' di neraka, dan iblis yang bertobat kembali ke jalan kebenaran Sang Sumber.     

Memang, di dunia jagat raya yang teramat luas ini, pengetahuan Jovano masihlah sangat sedikit. Maka dari itu, tidak sepatutnya jika dia bersombong diri menganggap yang paling mengetahui.     

Sekarang ini, Nafael sudah mendekat ke arah Jovano yang masih memeluk Zivena. "Aku bertanya padamu, manakah yang ingin kau pilih dari kondisi adikmu?"     

Sempat bingung dengan pertanyaan Nafael, tapi secara cepat pikirannya berputar dan menemukan apa yang dimaksud Nafael. Ia menjawab, "Aku memilih Zizi … kembali menjadi anak kecil dan tidak perlu hibernasi."     

Ia masih teringat akan dua opsi bagi Zivena usai memulihkan Serafima, yaitu mengalami tidur panjang seperti hibernasi entah sampai kapan, atau kembali ke wujud kanak-kanak dan tidak perlu mengalami masa hibernasi panjang.     

Jovano memilih yang kedua saja. Dia tahu dirinya sungguh egois memilih itu hanya karena dia ingin adiknya tetap ada di sisi dia membantu dia memulihkan ibu mereka, Andrea.     

"Kau sungguh ingin dia kembali ke masa kanak-kanaknya?" Nafael bertanya hanya sekedar ingin mendapatkan jawaban yakin dari Jovano.     

Mata Jovano berbinar menyiratkan keteguhan keputusannya. "Ya." Dia mengangguk tegas. "Aku memilih dia kembali ke wujud anak kecil saja karena aku tidak ingin terlalu lama berpisah darinya."     

"Jo …." Shona mendesah di dekatnya.     

Menoleh ke istri keduanya, Jovano berkata, "Aku tau, Sho, aku egois dengan milih itu, tapi … hatiku sudah menyatakan itu yang aku inginkan."     

"Kenapa kau memilih itu? Selain karena tak ingin berpisah lama dengannya melalui masa hibernasi panjang?" tanya Nafael mengakibatkan Jovano kembali menoleh padanya.     

Meski agak berat, Jovano bertutur juga dengan jujur, "Karena aku ingin dia ikut membantu aku melengkapi misi kebajikan ini. Aku ingin terus bisa bekerja sama dengan adikku menuntaskan ini. Iya, ini memang egois dariku, tapi aku ingin Zizi tetap memiliki banyak pengalaman mengenai tugas ini."     

Nafael kian mendekat, terbang rendah hingga sejajar dengan Jovano yang berdiri mendekap sang adik yang lunglai tanpa kesadaran. "Baiklah kalau kau sudah menetapkan keputusanmu."     

Saat ini, Nafael memang mengubah ukuran wujud asli dia menjadi sosok berukuran setinggi 2 meter saja dari sebenarnya yang berukuran setinggi 20 meter.     

Terdiam, Jovano memerhatikan ketika Nafael menjulurkan tangannya yang diliputi cahaya meski tidak menyilaukan seperti sebelumnya ke arah dahi Zivena.     

Rahang Jovano mengetat, sebentar lagi Zivena akan kembali ke wujud anak kecil entah di usia ke berapa, semoga tidak terlalu kecil, sehingga mereka masih bisa tetap bekerja menuntaskan tugas kemanusiaan yang diberikan Nafael demi memulihkan ibu mereka.     

Tak sampai 5 detik sejak telapak tangan bercahaya Nafael menyentuh kening Zivena, ada pergerakan dari gadis kecil itu.     

"Mmgghh …." Zivena mengerang lirih tepat ketika Nafael menarik kembali tangannya dan melayang sedikit menjauh dari Jovano.     

"Zizi!" Jovano, Gavin, dan Shona berbarengan memanggil si gadis belia.     

Belia? Ya, benar, dan inilah yang menyebabkan keheranan bagi Jovano dan kelompoknya saat melihat akhirnya Zivena membuka mata namun wujudnya masih tetap seperti sebelumnya, tidak berubah menjadi kanak-kanak.     

Melihat keheranan dan juga kebingungan yang ditampakkan kelompok Jovano, Nafael berkata, "Berterima kasihlah kepada Tuan Agungku karena dia berkenan melalui aku untuk memberikan kesembuhan pada adikmu tanpa dia mengalami syarat apapun."     

Mata Jovano dan yang lainnya berbinar penuh rasa gembira. Dengan cepat, Jovano berterima kasih kepada Sang Sumber melalui bahasa batinnya.     

Shona dan Gavin juga melakukan hal sama meski tak begitu yakin apakah suara mereka sudi didengar oleh sosok besar seperti Sang Sumber.     

"Aku pun juga berterima kasih ke Kak Nafael karena telah membantu memulihkan adikku ini." Jovano tentu saja tidak lupa berterima kasih pada Nafael yang telah melaksanakan pemulihan pada adiknya meski atas perintah dari Sang Sumber.     

"Tuan Agungku tergerak dengan apa yang ada di hatimu sehingga Tuanku berkenan menyembuhkan adikmu. Kalau hatimu tidak tulus ingin membantu manusia, maka mungkin Tuanku berkenan memberikan kasihnya pada kau dan adikmu." Demikian Nafael menjelaskan.     

Jovano jadi paham, ternyata niat dia untuk tetap melaksanakan tugas kebajikan pada manusia bersama adiknya itulah yang membuat Zivena sembuh dan tersadar secara ajaib tanpa ada efek apapun.     

Ketika Zivena benar-benar membuka matanya, dia melihat sekelilingnya, dia berada dalam dekapan kakaknya, lalu ada Shona memeluk Serafima yang sudah kembali ke wujud asal meski belum siuman, dan ada Gavin serta Wei Long tak jauh dari kakaknya berdiri.     

Lalu, ada pula Nafael melayang tak jauh di depannya. "Heh? Kau!" Wajah Zivena mendadak keruh ketika pandangannya tiba di Nafael.     

"Zizi, jangan begitu," tegur halus Jovano ke adiknya. "Dia yang membantumu siuman."     

"Hm?" Zivena beralih memandang kakaknya, wajahnya menunjukkan rasa heran bercampur kaget.     

"Dia yang sudah membuatmu sadar lagi atas ijin dan kehendak dari Tuan Sumber." Jovano tersenyum lembut pada sang adik, hatinya sungguh penuh akan buncahan kegembiraan. "Nanti akan Kak Jo ceritakan."     

"Ohh, hm …." Zivena pun menoleh ke Serafima. "Dia belum sadar?" Ia bergegas ke kakak ipar pertamanya, hendak melakukan penyembuhan lagi.     

Namun, Shona bergegas mencegahnya. "Tidak usah, Zizi."     

Zivena belum sempat bertanya, ketika suara Nafael terdengar dari belakangnya, "Dia akan tersadar sendiri esok hari."     

Ucapan Nafael mengakibatkan Zivena menoleh ke malaikat tersebut. "Hm." Dia hanya menggumam singkat. Bagaimana pun, dia mudah merasa kesal jika Nafael muncul. Baginya, Nafael seperti pengganggu saja.     

"Sepertinya tugasku di sini sudah usai." Nafael mengembalikan ukuran tubuh ke asli, 20 meter, sayap putih besar dan bersinarnya dia lebarkan hingga seakan bisa menutupi langit.     

"Kak Nafael, terima kasih." Jovano mengucapkannya sebelum Nafael benar-benar terbang pergi kembali ke angkasa yang gelap di atas sana.     

Kemudian, kelompok kecil itu mengerubungi Zivena, menanyakan apakah dia baik-baik saja.     

"Tentu saja aku baik-baik saja." Zivena menjawab.     

"Zi, lebih baik sekarang kamu ikut Kakak di sini saja, yah!" pinta Jovano. Dia khawatir bila berjauhan dengan sang adik. "Lagipula, ini juga merupakan tanah kelahiran mom."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.