Devil's Fruit (21+)

Tata Cara Menjerat Siluman Iblis Kucing



Tata Cara Menjerat Siluman Iblis Kucing

0Fruit 1460: Tata Cara Menjerat Siluman Iblis Kucing     

Tidak disangka-sangka, lakon yang diperankan Gavin sangat berhasil membuat Cempluk mulai fokus pada Gavin.     

Sesuai dengan arahan Jovano, Gavin belajar menutupi aura iblis dia dan menunjukkan aura manusianya. Beruntung Gavin masih memiliki darah manusia dari ibunya sehingga itu tidak cukup sulit bagi dia melakukan trik dari Jovano.     

Jovano sudah memberikan berbagai pengarahan pada Gavin.     

Pertama, Gavin harus masuk ke mimpi Cempluk dengan wajah baru dan berlagak itu mimpi biasa saja dan aura Gavin harus manusia.     

Kedua, Gavin seolah seperti manusia yang tersesat di alam mimpi Cempluk.     

Ketiga, Gavin harus bertingkah layaknya lelaki polos nan lugu yang belum pernah disentuh perempuan.     

Pokoknya, tiga trik itu dulu yang harus dijalani Gavin untuk mendekati Cempluk. Hal berikutnya, akan dipikirkan Jovano sembari melihat perkembangan yang ada.     

Dan seolah sudah diprediksi oleh Jovano, Cempluk benar-benar terpikat oleh Gavin. Terlebih wajah Gavin memang jauh lebih memikat ketimbang Ferdi.     

Yang membuat Cempluk bersemangat pada Gavin adalah … sikap lugu Gavin dan malu-malu pemuda itu ketika disentuh Cempluk.     

Mimpi pertama, mimpi kedua, dan kemudian mimpi ketiga, Gavin muncul terus di alam mimpi Cempluk dan masih saja bersikap malu-malu meski akhirnya disentuh dan mereka bercinta.     

Namun, sesuai perintah Jovano, Gavin pasif dan beralasan dia tidak pernah berbuat seperti itu sebelumnya sehingga Cempluk kian beringas menyetubuhi Gavin di alam mimpi.     

Maka setelah mimpi ketiga dilaksanakan dan itu semua berhasil menjerat perhatian Cempluk, Jovano memberikan rencana selanjutnya.     

-0—00—0-     

"Permisi, Pak Lurah." Gavin datang ke rumah Pak Lurah dengan ditemani seorang pemuda desa tersebut.     

"Ohh, ya, silahkan masuk. Ada apa, yah?" Itu masih pagi dan Pak Lurah belum mulai berangkat ke balai desa.     

"Begini, Pak Lurah, ini namanya Arvin. Dia baru datang dari ke desa ini untuk program KKN dia, Pak." Pemuda desa itu yang malah menjelaskan.     

Jangan heran jika tiba-tiba saja Gavin menyamar menjadi Arvin dengan wajah baru yang memikat dan beralasan hendak menjalani program KKN dia.     

Semua berkat sihir ilusi ajaib yang diberikan Wei Long pada orang-orang di desa tersebut sehingga mereka langsung percaya bahwa Gavin atau Arvin datang ke sana untuk menjalani program KKN dia.     

"Wah, silahkan saja! Tentu saja kami akan menerima Nak Arvin di sini. Oh ya, lalu … tak ada teman-teman Nak Arvin yang lainnya?" Pak Lurah menyambut hangat kedatangan Arvin.     

Wajah Gavin mendadak rumit. Lalu, dia berkata, "Errr … maaf, Pak. Ini … ini sebenarnya saya agak terlambat melaksanakan KKN, teman-teman saya sudah memilih lebih dulu tempat-tempat lain dan disetujui oleh dosen. Hanya ini yang tersisa dan saya terpaksa ambil di sini."     

Pak Lurah terdiam mendengar ucapan Gavin. Terpaksa? Jadi tempat ini hanyalah tempat yang terpaksa—     

"Tapi, Pak, saya tidak mengira tempat yang awalnya membuat saya lesu karena harus sendirian, ternyata tempatnya sangat indah dan menyenangkan!" Gavin lekas berikan wajah sumringah dia.     

Ini mengakibatkan Pak Lurah ikut sumringah pula. Hidung Beliau jadi kembang-kempis karena suka ucapan Gavin. Lurah mana yang tidak senang ketika daerah kekuasaannya dipuji begitu?     

Akhirnya, dengan kemahiran bicara Gavin, belajar dari Jovano, maka Gavin diperkenankan tinggal di rumah Pak Lurah.     

"Tapi, hanya ada kamar di bagian belakang, dekat kebun, apa itu baik-baik saja, Nak Vin?" tanya Pak Lurah sambil berjalan membawa Gavin ke arah belakang rumah.     

"Tak apa, Pak! Lebih baik begitu, yah karena … jujur saja saya anak petani miskin di desa lain, Pak, jadi tentu saja saya sangat berterima kasih kalau diperkenankan mendapatkan hunian tanpa harus membayar. Sungguh terima kasih, Pak!" Gavin semakin memoles manis ucapannya agar Pak Lurah senang.     

Di kamar Ferdi, telinga Cempluk bergerak-gerak ketika mendengar suara cukup riuh yang melewati ruangan itu.      

Kemudian, Cempluk lekas saja menegakkan kepalanya dari rebah di atas dada Ferdi.     

"Ada apa, Pluk?" Ferdi ikut terjaga dan mengelus kepala Cempluk.     

"A-Ahh, tidak apa-apa. Hanya terkejut mendengar ada suara di luar." Cempluk beralasan. Padahal bukan itu! Dia … dia mendengar suara yang cukup familiar di telinganya!     

Suara Vin! Lelaki yang berulang kali hadir di alam mimpinya dan bercinta penuh gairah dengannya selama 3 hari berturut-turut.     

Setelah Ferdi lelap kembali meneruskan tidur, Cempluk pun berjingkat dari atas tubuh Ferdi dan mulai mengubah wujudnya menjadi kucing biasa dan keluar dari kamar tersebut, berlari mencari asal suara yang dia dengar tadi.     

Cempluk tak yakin, apakah suara itu benar adalah milik …..     

Wajah Cempluk terbengong seketika saat dia melihat Gavin berdiri di depan pintu kamar belakang dengan diikuti Pak Lurah dan seorang pemuda desa yang mengantar.     

Mendadak, jantung Cempluk berdebar-debar tak karuan. Bagaimana mungkin! Itu adalah lelaki yang sudah hadir di mimpi dia 3 hari berturut-turut!      

Lelaki imut nan tampan yang lugu dan menggemaskan!     

Saat ini, lelaki itu bahkan tidak perlu dicari di alam mimpi, malah datang sendiri di depan mata! Di depan mata! Cempluk sampai mengerjap-kerjapkan mata kucingnya berulang kali.     

Dia tidak sedang bermimpi, kan? Tapi itu sungguh Vin!     

Ingin memastikan, maka Cempluk pun mulai mendekat, berjingkat gemulai layaknya kucing pada umumnya, menghampiri Gavin yang masih berbincang dengan Pak Lurah, lalu dia mengusapkan tubuhnya ke kaki Gavin.     

"Ahh! Kucing Pak Lurah bagus sekali!" Gavin menoleh ke bawah, menatap Cempluk di kakinya. Kucing putih itu juga sedang mendongak menatap dia.     

"Ohh, ini bukan kucing saya, ini peliharaan anak saya, Ferdi." Pak Lurah menjawab.     

Tangan Gavin terulur ke Cempluk sembari dia merunduk ke bawah dan kemudian mengangkat Cempluk sambil berkata, "Ya ampun, kucing ini lucu dan cantik sekali, Pak Lurah. Saya juga punya kucing … 3 ekor kucing di rumah saya, ha ha ha … tapi ini cantik sekali, melebihi kucing saya."     

Huh! Kucing-kucingmu tidak akan bisa mengungguli kecantikan aku! Demikian seruan Cempluk di hatinya.     

Berada di pelukan lengan Gavin, tentu saja Cempluk girang bukan main! Ini sungguh lelaki yang sudah 3 hari muncul di alam mimpinya! Kali ini lelaki muda nan tampan ini sudah ada di depan mata dan bisa disentuh sungguhan pula!     

Ya ampun, betapa beruntungnya dia.     

Di saat Ferdi sudah mulai membosankan untuknya dan juga energi hidup Ferdi pun sudah mulai menipis, dewa sepertinya begitu menyayangi Cempluk hingga mengirimkan sosok Vin ini ke dekatnya sebagai pengganti Ferdi yang sudah kian tidak berguna.     

"Ehh, tapi apakah tidak apa kalau saya pegang kucingnya Kak Ferdi begini, Pak?" Gavin masih mengelus dagu Cempluk dan kucing putih itu mendengkur bahagia bagaikan sedang mendapatkan eforianya dielus di area kesukaannya.     

Pak Lurah menjawab, "Tentu tidak ap—"     

"Kembalikan kucingku!" Tiba-tiba terdengar suara ketus dari sebuah arah. Itu Ferdi, berdiri sambil menatap sengit ke Gavin yang mengelus Cempluk dalam gendongan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.