Devil's Fruit (21+)

Memanfaatkan Kondisi Hati



Memanfaatkan Kondisi Hati

0Fruit 1457: Memanfaatkan Kondisi Hati     

Jovano dan timnya mendatangi rumah pak lurah dan menyaksikan adanya bola energi yang melingkupi suatu ruangan, dan bisa dipastikan itu pasti ruangan tempat makhluk astral yang mereka curigai bersemayam di sana.     

Benar saja, tak berapa lama usai Jovano mencoba menetralkan bola energi yang ternyata memiliki array formasi pelindung, muncul si astral menjumpai mereka.     

Bersosok wanita muda cantik dan molek, sosok itu tertawa keras ketika Jovano menuduh dia seorang siluman.      

"Siluman? Ha ha ha!" Cempluk tertawa melengking tinggi. "Kau terlalu meremehkan aku." Dia menyeringai dengan wajah terlihat cantik namun kejam menakutkan.     

"Cempluk! Cempluk!" Ternyata Ferdi berhasil keluar rumah tanpa diketahui orang rumahnya dan sudah tiba di tempat pertemuan Cempluk dengan kelompok Jovano.     

Menyadari kehadiran Ferdi di area itu, Cempluk segera saja menghentikan tawanya dan dia dengan cepat melesat ke sisi Ferdi. "Mas Fer sayank, kenapa kamu malah keluar? Kan aku sudah bilang, Mas tunggu saja di dalam."     

"Cempluk, aku khawatir banget kamu keluar sendirian untuk melawan orang-orang jahat. Di mana mereka sekarang?" Ferdi bertanya sambil wajahnya memang menyiratkan kecemasannya.     

"Itu mereka, di sana …." Usai bicara demikian, Cempluk meniupkan sesuatu ke mata Ferdi, sebuah asap berwarna kuning menerpa wajah Ferdi, bahkan ada yang terhirup hidung dan masuk ke mata.     

Setelah itu, Ferdi pun bisa menyaksikan kelompok Jovano yang melayang di udara. Ia berteriak kaget, tidak menyangka bahwa sosok yang dikatakan sebagai dukun bule itu ternyata bisa terbang melayang begitu. "Haahh! Apa mereka ini!"     

Ferdi sampai nyaris terjengkang saking herannya usai dia bisa melihat Jovano dan kelompoknya. Yang dia ingat, Jovano dan kawan lainnya itu adalah manusia yang hanya memiliki kemampuan ala anak indigo. Itu saja!     

Tapi … kenapa sekarang mereka bisa melayang begitu?     

"Mereka makhluk jahat, Mas Fer …," ujar Cempluk dengan nada manja sembari menempel ke dada Ferdi sambil bersikap mesra.     

"Tapi … tapi mereka … manusia, kan? Kok bisa terbang begitu? Tidak menapak tanah? Apakah mereka … itu hanya bentuk jiwa? Semacam rogo sukmo?" Ferdi mencuatkan banyak pertanyaan saking herannya.     

"Itu bukan jiwa mereka, Mas Fer sayank … melainkan benar-benar tubuh sesungguhnya mereka." Cempluk semakin bersandar manja di dada Ferdi.     

"Tu-Tubuh mereka asli?" Mata Ferdi kian membola saking kagetnya. "Berarti mereka …."     

"Ya, Mas … mereka sepertinya bukan manusia, eumm … mungkin jin yang menyamar menjadi manusia," bisik Cempluk sembari mendekatkan wajahnya ke telinga Ferdi.     

"Heh! Justru kau itu jin! Kau penjahatnya!" teriak Zivena saking marahnya sembari menunjuk tegas ke Cempluk.     

"Aku jin?" balas Cempluk sambil menatap penuh ejekan ke Zivena. "Ck ck ck … sungguh tidak malu kau, makhluk rendahan!" Dia balas menuding ke Zivena.     

"Ya! Kau yang jahat! Kalian semua makhluk jahat! Lebih baik kalian pergi dari sini! Pergi dari desa ini! Pergi! Jangan ganggu kedamaian kami di sini!" Ferdi ikut berteriak menghardik kelompok Jovano disertai tatapan mata tajam penuh kebencian.     

Kelompok Jovano jadi bingung dengan Ferdi, kenapa pemuda itu terlihat begitu sengit ke mereka? Kenapa malah menuduh begitu saja ke mereka sebagai penjahatnya?     

"Dia sepertinya udah diguna-guna melalui asap kuning tadi." Jovano seolah sudah mengerti apa yang terjadi dengan Ferdi.     

Shona dan yang lainnya pun paham.      

"Tapi, kenapa dia berteriak seperti itu, tidak ada warga lain yang datang, Jo?" tanya Serafima seraya menoleh ke suaminya.     

"Karena si siluman membuat Fer atau siapa itu tadi, pingsan dan mengeluarkan jiwa si Fer itu." Jovano kemudian memanggil Wei Long.     

Naga kecil itu keluar dari tubuh Jovano. "Ada apa, bocah? Kau mengganggu acara santaiku saja."     

"Om Wei, tolong hilangkan pengaruh siluman di depan kita itu agar manusia di sana bisa melihat tubuh pingsannya." Jovano masih tenang sembari berikan perintah halus ke Wei Long.     

Sebagai ras naga iblis, mana sudi Wei Long diperintah dengan kalimat lugas? Butuh bujukan menggunakan kata yang halus dan sedikit mengiba agar dia bersedia.     

"Humph, hanya itu saja dan kau memanggilku?" Wei Long mendengus sambil bertengger di di pundak Jovano.     

"Wah, kalau Om Wei tidak mampu, yah tak usah, tak apa kok Om, aku nggak akan memaksa Om Wei." Jovano melirik ke Wei Long di bahunya.     

"Hei! Kau meremehkan aku?" Wei Long berseru kesal dan langsung saja dia melemparkan sebuah energi putih ke Ferdi, sehingga Ferdi mulai bisa melihat tubuh pingsan dia di tanah depan rumahnya.     

Shona menggigit bibirnya sendiri untuk menahan tawa gelinya. Wei Long ini sama saja dengan Hong Wang, yang mudah diprovokasi hanya dengan menantang kemampuannya.     

Benar-benar Jovano ini … dia sungguh paling pandai membujuk melalui kalimat tantangan halus.     

Yang lucu adalah, Wei Long menggunakan cara sama ke Hong Wang sebelumnya, dan ternyata dia juga terjebak pada siasat yang sama. Sungguh Wei Long seolah menelan pilnya sendiri.     

Ferdi sangat terkejut ketika dia menyaksikan tubuh pingsan dia di tanah. "I-Itu … aku kenapa? Apa yang terjadi—"     

Namun, belum sempat Ferdi banyak melantunkan keheranannya, Cempluk sudah mengibaskan salah satu lengan dia hingga jiwa Ferdi masuk kembali ke raganya dan tetap pingsan di sana.     

Setelah itu, Cempluk menatap tajam ke kelompok Jovano sambil berkata, "Kalian! Jangan ikut campur urusanku! Ini sama sekali tidak seperti yang kalian pikirkan!"     

"Oh ya? Tidak seperti yang kami pikirkan? Benarkah?" Jovano melipat dua tangan di depan dada sembari berikan senyum diagonal dia seakan mengejek kalimat Cempluk. "Kau sudah menguasai anak pak lurah sejauh itu. Bahkan, sepertinya kau memiliki motif lain mengenai itu, kan? Aku tidak bisa menyetujui apapun tujuanmu."     

"Diam! Aku tak butuh ceramahmu!" pekik Cempluk sambil dia kibaskan tangannya ke Jovano.     

Jovano segera mengerahkan energi supernatural dia untuk membuat perisai sehingga kibasan energi Cempluk tidak sampai ke timnya. "Jangan maksa aku gunakan cara keras untuk memperingatkan kamu, siluman."     

"Dia sudah naik level jadi siluman iblis." Wei Long yang masih bertengger di bahu Jovano pun menguraikan sebuah fakta.     

"Siluman iblis!" Shona memekik kaget. Dia mengetahui siluman biasa, dia juga tahu hewan iblis, namun belum pernah mendengar mengenai siluman iblis.     

"Ha ha ha!" Lengkingan tawa Cempluk muncul kembali. "Rupanya kau tidak buruk, naga cebol!"     

"Apa?!" Wei Long melotot marah dan hendak memberikan serangan ke Cempluk.     

Namun, Cempluk dengan sigap segera melesat ke tubuh pingsan Ferdi sembari berkata ke kelompok Jovano, "Kalian berani menyerangku? Kalau kalian melukaiku, maka lelaki ini juga akan terluka! Dia sudah menyatu denganku."     

Karena itulah, Jovano menahan Wei Long. "Jangan gegabah, Om Wei."      

"Tapi dia—"     

"Om Wei, semuanya … ayo mundur dulu!" perintah Jovano pada kelompoknya.     

Meski Zivena dan Serafima tidak rela meninggalkan tempat itu, mereka masih harus patuh pada Jovano karena lelaki itu adalah pemimpin mereka.     

Sepeninggal kelompok Jovano, Cempluk tersenyum puas akan kemenangannya. Dia melirik Ferdi di tanah dan mendengus saja sambil melesat santai memasuki kamar Ferdi, membiarkan pemuda itu di sana.     

Apakah Cempluk sungguh-sungguh mencintai Ferdi?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.