Devil's Fruit (21+)

Kau Meremehkan Aku



Kau Meremehkan Aku

0Fruit 1456: Kau Meremehkan Aku     

Malamnya, sesuai dengan yang sudah disetujui bersama, Jovano dan kelompok misinya bergerak bersama-sama ke rumah pak lurah menggunakan badan halus mereka, mengubah fisik darah dan daging mereka ke wujud transparan.     

Ini sama sekali bukan semacam astral projection atau di Jawa dikenal dengan istilah Rogo Sukmo, melainkan benar-benar mengubah fisik kasar mereka menjadi ke mode halus.     

Tentu saja, karena mereka bukan manusia sepenuhnya, maka dari itu tidak perlu menggunakan metode ala rogo sukmo seperti yang dilakukan manusia yang memiliki kemampuan khusus.     

Hanya apabila di depan manusia lah mereka akan berlagak menggunakan metode rogo sukmo atau astral projection, agar tidak menakut-nakuti manusia yang di dekat mereka.     

Inilah kenapa saat Jovano sedang mencari jiwa dari cucu Pak Tarno, dia menggunakan metode rogo sukmo karena dia dikelilingi banyak orang saat melakukan itu.     

Kini, 5 orang sudah terbang melesat ke rumah pak lurah.     

Ketika mereka baru tiba di atas rumah tersebut, dengan mudahnya mata astral mereka melihat adanya lingkupan energi gaib mengurung satu bagian dari rumah tersebut.     

"Pasti makhluknya ada di dalam sana! Aku bisa merasakan auranya yang pekat dan busuk!" Zivena mengerutkan keningnya sambil menujuk ke kubah energi supernatural berwarna putih kekuningan.     

"Ya, Kak Jo juga udah ngerasain itu dari energi gaibnya." Jovano melipat dua tangannya di depan dada sembari mereka masih melayang di udara dalam wujud raga halus mereka.     

"Ayo kita mendekat dan lihat apa sebenarnya yang di dalam ruangan itu." Serafima hendak maju tapi ditahan suaminya.     

"Jangan gegabah, dear." Jovano menangkap lengan istri pertamanya.     

"Kenapa?" Serafima sedikit kesal karena dihentikan paksa. Ia menoleh sebal ke Jovano, wajahnya cemberut.     

"Itu sosok yang cukup kuat dan misterius, Sista." Shona bersuara.     

Serafima ganti menoleh ke Shona di dekatnya. "Cukup kuat dan misterius?"     

Zivena memutar bola matanya sambil berkata nyinyir, "Sungguh orang yang sangat waspada, tak heran gampang kena serang."     

Serafima hendak membalas, namun dia teringat bantuan besar dari adik iparnya sehingga dia pun mengurungkan mulutnya membuka dan hanya cemberut saja.     

"Sabar di sini sebentar, sayank." Jovano merengkuh pinggang Serafima menggunakan tangan kirinya, sedangkan tangan kanan dia julurkan ke depan, ke arah kubah energi itu sambil pejamkan mata.     

"Apa yang sedang kau lakukan, Jo?" tanya Serafima dengan pandangan heran. Suaminya ini sedang apa? Kenapa tidak langsung maju terobos masuk saja?     

"Jo sedang menetralisir formasi array, kalau aku tak salah." Shona menyahut.     

Kepala Jovano mengangguk, membenarkan tebakan istri keduanya. "Hm, ya. Aku merasa energi itu merupakan jenis yang sama seperti formasi array, makanya aku mo coba netralisir dulu sebelum aku hilangkan."     

Serafima meneguk salivanya, antara malu dan malu. Sedangkan Zivena hanya memutar bola matanya sembari mendesah.     

Di hatinya, Serafima merasa menjadi sosok inferior dibandingkan Shona yang seolah lebih hebat darinya. Apakah dia sungguh kalah kemampuan dari Shona? Apakah rasnya kalah oleh ras Shona?     

Denggg ….     

Mendadak saja, energi gaib yang melingkupi sebuah ruangan itu bergetar.     

"Wow! Cukup besar juga kekuatan formasi array-nya. Dia bisa melawan upayaku." Lalu, Jovano terkekeh. "Baru kali ini ada formasi array yang melawan balik ke aku saat aku lemahkan."     

Sementara itu, di dalam ruangan berlingkup energi gaib itu, Cempluk yang sedang berbaring nyaman di lengan Ferdi sembari dipeluk dalam wujud humanoid-nya, terbangun, membuka matanya begitu dia merasakan getaran tak wajar dari energi gaib yang dia tebarkan di atas ruangan kamar Ferdi.     

"Ada apa, sayank?" tanya Ferdi ketika menyadari Cempluk sudah bangun terduduk dengan sikap waspada.     

"Sepertinya mereka datang." Cempluk seketika memunculkan telinga kucing cukup besar di atas kepalanya.     

Itu memang terlihat lucu, imut, dan menggemaskan di mata Ferdi, namun sebenarnya sepasang telinga kucing itu akan muncul sebagai radar bagi Cempluk untuk mendeteksi sesuatu.     

"Mereka? Mereka siapa, sayank?" Ferdi mulai memakai pakaian dia yang tadinya berserakan di lantai, karena dia dan Cempluk tadi sudah melalui aksi panas sedari sore.     

"Yang datang ke desa ini dan dipuja-puja bapakmu." Cempluk menjawab.     

"Dukun bule? Dia dan gerombolannya ke sini?" Ferdi merasa heran. Kenapa orang yang dikenal warga sebagai dukun bule itu bertandang selarut ini ke rumah orang tuanya? Apakah mereka tidak memiliki adab?     

"Ya, mereka sudah ada di atas." Cempluk cukup menjentikkan jemari tangannya saja dan tubuh telanjang dia yang molek sudah terselubungi kain seadanya.     

"Di atas?" Ferdi makin bingung. Kenapa bisa manusia bisa ada di atas? Maksudnya bagaimana? Jovano dan timnya mengendap-endap naik ke atap rumahnya? Dia masih belum diberitahu Cempluk mengenai latar belakang kelompok Jovano, mengira Jovano dan kawan-kawannya hanyalah manusia spiritualis biasa macam indigo.     

"Diam di sini, aku akan coba urus mereka." Cempluk berkata demikian ke Ferdi sebelum dia melesat naik ke atas dan menembus atap dengan mudahnya.     

Ferdi jadi khawatir, apa sekiranya yang akan dilakukan para dukun bule itu pada kekasih tercintanya? Mendadak saja, dia menjadi sangat khawatir akan keselamatan Cempluk.     

Jangan sampai Cempluk dibinasakan! Biasanya kaum spiritualis suka memusnahkan makhluk supernatural apapun, tak pandang bulu.     

Padahal … Cempluk merupakan makhluk astral yang baik dan terus memberikan dia kebahagiaan sepanjang waktu. Ferdi tak bisa berdiam diri saja dan mulai keluar kamar, melawan perintah Cempluk tadi.     

Di luar, Cempluk sudah muncul di depan kelompok Jovano. Dia melihat Jovano didampingi 3 wanita. "Mau apa kalian?"     

"Kau … rupanya kau biang keladi kubah energi tadi." Zivena menuding Cempluk yang berwujud humanoid menjelma menjadi wanita cantik nan molek.     

Cempluk tertawa keras, melengking, tanpa khawatir suaranya akan didengar manusia, karena memang tidak akan terjadi. Manusia biasa tidak mungkin bisa melihat dan mendengar mereka.     

"Memangnya kenapa kalau itu aku?" Cempluk berhenti tertawa dan dari wajahnya muncul sulur-sulur berwarna kuning keemasan membentuk seperti sulur rambat, namun berwujud seperti cahaya, tidak berwujud nyata. Matanya juga berubah menjadi mata kucing berwarna kuning menyala.     

"Kau … kau siluman?" Dahi Jovano berkerut, antara yakin tapi juga ragu. Aroma dari tubuh Cempluk hampir mirip dengan aroma tubuh Kyuna, siluman rubah ekor 9 yang menjadi tim Blanche mereka dan sudah menikah dengan si pedang Rogard.     

Apa yang membuat Jovano meragukan ucapannya sendiri adalah … ada aroma lain bercampur dengan aroma khas siluman.     

Entah kenapa, ini nyaris sama dengan aroma pada Shiro, Kuro, Heilong dan juga Weilong. Kenapa bisa begitu?!     

Makhluk macam apa Cempuk ini?     

"Siluman? Ha ha ha!" Cempluk tertawa melengking tinggi. "Kau terlalu meremehkan aku." Dia menyeringai dengan wajah terlihat cantik namun kejam menakutkan.     

"Cempluk! Cempluk!" Ternyata Ferdi berhasil keluar rumah tanpa diketahui orang rumahnya dan sudah tiba di tempat pertemuan Cempluk dengan kelompok Jovano.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.