Devil's Fruit (21+)

Napsu Telah Mengaburkan Celah [21+]



Napsu Telah Mengaburkan Celah [21+]

0Fruit 1463: Napsu Telah Mengaburkan Celah     

Pada malam harinya, seperti biasa, Cempluk menidurkan Ferdi dengan asap hipnotisnya sehingga dia bisa melenggang santai keluar kamar Ferdi untuk datang ke kamar Gavin melalui jendela.     

Dia memiliki rencana baru malam ini untuk Gavin.     

Karena Gavin kerap membuka jendela kamarnya di setiap saat, itu menjadi sebuah kemudahan akses bagi Cempluk.     

Namun, kali ini Cempluk ingin tampil berbeda. Dia meniupkan asap sehingga ruangan kamar Gavin segera penuh akan asap dan Gavin heran mengenai itu.     

"Ehh? Ini asap apa?" Gavin menatap sekelilingnya bagai berada di tengah kabut berwarna kuning.      

Tapi, ketika kabut itu berangsur menghilang, tampaklah sosok wanita cantik nan molek di dekat jendela, berbaju transparan sehingga seluruh seluk beluk tubuhnya gagal disembunyikan dari mata Gavin.     

"Kamu … kamu siapa?" Gavin bertanya dengan raut heran ke wanita muda itu.     

Cempluk melangkah pelan ke Gavin sambil bertanya, "Sudah lupa denganku? Bukankah kita sering berjumpa di mimpi? Uffhh … aku sedih, kau sudah melupakan aku …." Dia berlagak sedih.     

"Ehh?" Gavin seperti tersadar akan sesuatu. "Ohh! Ya! Kamu … kamu memang dia! Tapi bagaimana bisa kamu ada di—"     

"Sssttt … jangan katakan pertanyaan bodoh, sayank. Aku datang karena mengikuti dirimu." Cempluk tiba-tiba sudah melesat dan menubruk dada Gavin sambil menaruh telunjuk lentiknya ke bibir Gavin dengan sikap seduktif.     

"A-Ah? Aku? Kamu mengikuti aku? Bagaimana bisa?" Gavin menampilkan wajah heran, tapi bibirnya sudah terlanjur dilahap oleh ciuman Cempluk sehingga pemuda itu mulai bungkam dan tidak lagi banyak berkata-kata selain lenguhan dan desahan.     

"Aaghh!" pekik Gavin ketika dia merasa area sensitif di bagian selatannya diremas pelan tangan Cempluk. "Nona ...."     

"Panggil aku Cempluk atau siapapun nama yang kamu mau ...." Cempluk melepaskan pagutan bibirnya untuk berbicara, "misalnya saja ... Kaniviah."     

"Cempluk? Kaniviah?" Gavin memasang wajah bingung.     

"Ya, pilih antara 2 nama itu, sayank ... atau kamu mungkin ingin memanggil aku dengan panggilan khusus lainnya? Ayo, berikan saja." Tangan Cempluk masih meremas sesuatu yang kenyal di bawah sana.     

"Ce-Cempluk saja, yah ... lebih mudah diucapkan, kesannya ... ngghh ... imut dan manis." Gavin tak bisa menahan suara ambigunya ketika benda peka dia terus saja diremas dan distimulasi sehingga tidak bisa bertahan lagi dan mulai tegang. "Cem-Cempluk, unnngghh ...."     

"Ha ha!" Cempluk tertawa senang melihat wajah tak berdaya Gavin ketika tangannya meraja di selatan pemuda itu. Kemudian, Cempluk mendorong Gavin sehingga pemuda itu rebah pasrah di atas kasur.     

Belum sempat Gavin memberikan reaksi apapun, Cempluk sudah ikut naik ke tempat tidur dan menindihnya, menjepit tubuh Gavin menggunakan dua paha rampingnya yang terbuka dengan jelas di balik kain tipis menerawang.     

"Vin ... aku kangen ...," ucap Cempluk menggunakan suara manja.     

"Hah? Kangen?" Gavin masih bingung.     

Namun, lagi-lagi Cempluk bergerak cepat dan memelorotkan celana Gavin dan ....     

"Aaanghh ... Cempluk ... ermmgghh ...." Gavin hanya bisa memejamkan mata sembari dia menikmati cumbuan mesra mulut Cempluk pada batang jantannya. Dua sikunya dia jadikan penumpu saat dia setengah menaikkan tubuh atasnya agar bisa sesekali melirik aksi Cempluk.     

Tingkah Cempluk begitu agresif ketika dia melomoti pusaka jantan milik Gavin yang kian mengeras tegang tanpa bisa dibendung. Mulut siluman itu begitu piawai memanjakan batang milik lelaki.     

Selama belasan menit, Cempluk terus saja menggunakan mulut dan lidahnya untuk membuai batang pusaka jantan Gavin hingga akhirnya tersemburlah cairan khusus itu yang ditelan oleh Cempluk.     

"E-Ehh! Kok ditelan? Cempluk, jangan ditelan, itu kotor." Gavin menyadari itu dan ingin mencegah tindakan Cempluk, namun si siluman sudah terlanjur meneguk seluruh cairan yang dia dapatkan dari Gavin.     

"Aaaghh … tidak apa-apa, Vin. Ini sangat lezat … dan … lumayan panas di tenggorokanku, tapi tak apa, masih lezat menurut aku, hi hi …." Cempluk mengusap tepi bibirnya menggunakan punggung tangan sebelum dia menjilati bibirnya sendiri dengan cara seduktif.     

"Cempluk, ini … ini kita …."     

"Iya, Vin sayank … kita akan lakukan seperti yang biasa kita lakukan di mimpi kita."     

Cempluk merunduk ke wajah Gavin untuk mencumbu bibir si pemuda.     

Namun, baru sekian saat cumbuan mereka, Gavin mendorong pelan tubuh Cempluk untuk bisa bertanya, "Cempluk, benarkah kita biasa melakukan ini di alam mimpi?"     

Kepala Cempluk mengangguk-angguk. "Tentu saja."     

"Dan … kamu malah bisa menemui aku di alam nyata begini?"     

"Ya, Vin … bukankah ini hebat? Takdir menuntun kita agar bisa bertemu begini, Vin. Ohh, Vin, jangan lagi bicara dan biarkan bahasa tubuh kita saja yang berbicara, yah!"     

Setelahnya, Cempluk mengambil tangan Gavin untuk diletakkan ke payudara penuh dia yang mengundang, bahkan pucuk dadanya saja terbayang samar dari balik kain tipis transparan yang dia kenakan.     

Jakun Gavin turun dan naik, sebagai lelaki, entah itu ras iblis maupun manusia biasa, mana bisa menahan diri dari godaan yang keterlaluan semacam itu?     

Dalam waktu tak sampai belasan menit, Gavin sudah mengubah posisi mereka menjadi dia yang berada di atas tubuh sintal molek milik Cempluk, merenggut tak sabar helaian pakaian tipis Cempluk agar dia bisa lekas menggapai seluruh jengkal tubuh menyenangkan Cempluk.     

"Aaannghh!" Kini Cempluk yang melenguh ketika mulut Gavin mulai menghisap berbagai titik erogenous miliknya. Sesekali dia akan pejamkan mata diiringi lenguh manja, dan kerap kali dia akan membuka mata untuk menyaksikan dengan mata terbuka disertai seringai binal hendak melihat bagaimana tubuhnya ketika dinikmati Gavin.     

Sekian saat berikutnya, Gavin sudah menjelma menjadi pemuda perkasa yang menghentak serta menghujam liang sempit Cempluk hingga tubuh sintal itu bergoyang-goyang menggairahkan, terutama dada penuhnya.     

"Aarrghh … Vin … kenapa kamu sehebat ini, sayank … aku sungguh terhanyut …."     

"Arkh! Hakh! Cempluk! ini … ini aku hanya mempraktekkan … seperti yang aku ingat dari … mimpi kita saja … hrkh! Akgh! Juga … praktek dari apa yang aku lihat … harkh … dari video dewasa yang pernah aku tonton … sekali seumur hidup!" dusta Gavin sembari terus berikan hentakan tegas pada Cempluk.     

"Ouughh … mmgghh … Vin … aku mencintaimu … kau … mgghh … luar biasa hebat!" Mata Cempluk memandang sayu ke Gavin di atasnya. Dia semakin menyukai pemuda ini.     

Permainan panas itu berlangsung selama berjam-jam lamanya membuat Cempluk sangat puas.      

Gavin jauh lebih memuaskan ketimbang Ferdi. Yah, tentu saja, dari segi stamina saja sudah jelas begitu menganga jurang perbedaannya. Apalagi dari pengalaman serta jam terbang.     

Cempluk terima saja alasan Gavin bahwa itu dari tontonan Gavin sebelumnya sehingga pemuda itu sangat piawai bercinta.      

Dikarenakan tertutup napsu, Cempluk sampai tidak ingat seperti apa lugunya Gavin ketika bercinta di alam mimpi dan bagaimana sekarang dia bertingkah di atas tubuh Cempluk.     

Napsu telah mengaburkan Cempluk dari beberapa celah yang tak sengaja dibuat Gavin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.