Devil's Fruit (21+)

Kondisi Memprihatinkan Meina



Kondisi Memprihatinkan Meina

0Fruit 1465: Kondisi Memprihatinkan Meina     

Meina sedang diserang secara ganas oleh Cempluk di kamarnya.     

Mendadak, telinga Gavin mendengar seruan Jovano dari anting komunikasi mereka. "Gav! Panggil siluman itu! Dia sedang menyiksa remaja yang ketemu kamu tadi siang!"      

Alangkah terkejutnya Gavin. Cempluk menyiksa Meina?     

Segera saja Gavin tidak ingin membuang waktu dan dia segera ke belakang rumah pak Lurah dan memanggil Cempluk di kebun agar dia bisa lebih leluasa memanggil kucing itu di sana tanpa membangunkan penghuni rumah lainnya.     

"Cempluk? Cempluk? Yuhuu … puuss … Cempluk manis!" panggilnya berulang kali.     

Cempluk yang saat itu sudah berubah wujud ke humanoid, hendak menusuk kemaluan Meina menggunakan botol kaca yang sudah dipecahkan lebih dulu, segera saja telinganya menangkap suara Gavin meski jauh.     

Telinga runcingnya tegak dan bergerak-gerak kecil sambil dia berkonsentrasi akan suara panggilan dari Gavin. Benarkah pemuda itu memanggil dia?     

Namun, setelah yakin bahwa benar Gavin memanggilnya, Cempluk pun mendesah dan menatap pongah ke Meina yang sudah berlumuran darah di wajahnya. "Huh! Lihat saja nanti!"     

Kemudian, secara ajaib, Cempluk pun mengubah dirinya menjadi kucing lagi dan melesat keluar dari kamar Meina dan terbang ke kamar Gavin di rumah Pak Lurah.     

Begitu Cempluk muncul di kebun belakang rumah Pak Lurah, di sana sudah ada Gavin yang mencari-cari sambil memanggil namanya. Dia tersenyum senang. "Meong …."     

Gavin segera menoleh dan mendapati kucing putih itu sudah berada di kebun. "Cempluk manisku!" Senyum lebar Gavin diikuti dengan dua tangan yang terulur mengangkat Cempluk. "Kamu ke mana saja? Aku sudah menunggu kamu sejak tadi."     

Cempluk tidak menjawab apa-apa dan hanya memejamkan mata menyamankan diri di lengan Gavin.     

Tahu bahwa mungkin saja Cempluk tak ingin berubah di tempat terbuka begini, Gavin pun lekas membawa Cempluk ke dalam kamarnya dan mengunci kamar itu.     

Setelahnya, benar saja, Cempluk pun mengubah wujud ke humanoid, wujud wanita muda yang bertubuh molek menggiurkan, berparas sangat cantik menawan dengan pakaian transparan yang memperlihatkan setiap lekuk sintal tubuhnya.      

"Vin …." Segera, tingkah Cempluk pun berubah manis serta manja, hilang seketika roman kejam dan beringasnya seperti ketika menghadapi Meina tadi.     

"Kamu ke mana saja, sih? Aku … kangen …." Tangan Gavin mulai menarik pinggang Cempluk agar tubuh sintal itu mendekat ke dirinya.     

"Awwghh! Vin, kamu sungguh tidak sabaran, hi hi hi …." Cempluk terkikik genit sambil tangannya memberikan aksi balasan di bagian selatan Gavin yang mudah terpicu sentuhan.     

"Bagaimana aku bisa sabar kalau dengan kamu yang begini, hm?" Gavin meremas benda lunak kenyal di dada Cempluk.     

"Annghh … Vin … tapi bukannya tadi sore sepertinya kau sibuk main mata dengan perempuan desa ini, hm?" Mata Cempluk berkedip-kedip genit sembari melenguh manja karena aksi tangan Gavin.     

"Siapa, sih? Aku tak ingat pernah bertemu siapa saja seharian ini, karena di otakku hanya terbayang kamu saja, Cempluk. Kamu ini … sebenarnya apa yang kamu lakukan ke aku, Cempluk? Apa kamu memberiku sihir sampai aku susah lupa kamu dan tidak tertarik dengan wanita lainnya." Gavin mulai bermulut gula-gula.     

Hati Cempluk melonjak bahagia. Rupanya Gavin lebih pandai merayu ketimbang Ferdi yang kaku dan terlalu ngotot tak ada romantisnya. "Aku tidak memberimu sihir apapun, Vin." Jemari lentiknya masuk ke celana Gavin untuk memberikan rangsangan di sana.      

Cempuk agak terkesima dengan batang jantan Gavin yang telah tegak perkasa menentang gravitasi di dalam celana. Ia usap-usap ujung kepalanya sampai Gavin mengerang.      

"Ermmghh … Cempluk … sungguh, aku sampai tidak … emmghh … wanita manapun di mataku sekarang sepertinya tidak menarik … mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan kamu, sayank." Gavin sengaja memberi rayuan semacam itu untuk meredakan kecemburuan Cempluk terhadap Meina.     

"Awwhh … Vin … kamu paling pintar membuat aku senang …."     

"Oh ya? Kalau begitu, ayo, beri aku hadiah karena itu … misalkan dengan … mencintaiku semalaman ini?" Gavin membawa tubuh mereka ke tempat tidur dan menindih Cempluk yang kian melenguh manja sembari lebarkan dua kakinya ketika Gavin merunduk di sana.     

Sementara itu, saat Gavin sibuk membuat perhatian Cempluk teralihkan, Jovano dan rombongan kecilnya diam-diam mengunjungi Meina yang sedang kesakitan di kamarnya.      

Gadis malang itu hampir saja pingsan karena rasa sakit pada wajah cantiknya. Darah sudah bersimbah di pakaiannya, membuat Meina antara takut, kaget, merasa nyawanya di ujung tanduk dan panik.     

Namun, Meina sudah berteriak meminta tolong, namun sepertinya tenggorokan dia tak memiliki pita suara.     

Ketika dia antara sadar dan pingsan, dilihatnya samar-samar bayangan beberapa orang di kamarnya, hadir begitu saja, membuat Meina terkejut.     

Tapi, lekas saja Jovano membuat Meina tak sadarkan diri. Kemudian, Jovano menoleh ke Meina yang terkulai dengan wajah rusak akibat cakaran kejam Cempluk. "Sho, tolong …."     

"Ya, Jo, aku paham." Shona segera mendekat ke Meina yang malang, segera dia berikan gadis remaja itu tenaga healing dia yang berwarna hijau kebiruan.     

Sementara itu, yang lainnya menatap kamar Meina.      

Zivena berucap, "Energi siluman sangat pekat di sini. Sungguh busuk dan memualkan perut suciku."     

"Zizi, kamu bisa pulang dulu saja, dear. Jangan memaksakan diri di sini." Jovano mengelus kepala adik tersayangnya.     

"Tak apa, Kak, aku ingin tetap di sini karena bosan berhari-hari ini kita tidak melakukan apapun." Zivena duduk di tepi meja belajar Meina.     

Shona mendesah dan berkata, "Ya ampun, Jo, ini dia tidak hanya dilukai wajahnya saja, tapi juga tenggorokannya."     

"Maksudnya?" Jovano menoleh ke istri keduanya.     

"Pita suara dia dirusak juga meski tenggorokannya dicakar tanpa mengenai pembuluh darah di sana. Siluman itu sengaja menyasar ke pita suara gadis ini." Shona mendesah sedih melihat kondisi Meina saat ini.     

Pantas saja Meina tidak bisa berteriak minta tolong saat dihujani cakaran kejam oleh Cempluk, rupanya pita suara remaja itu dirusak terlebih dahulu oleh si siluman kucing.     

"Tapi kamu bisa sembuhkan semuanya, kan Sho?" Jovano prihatin mengetahui kondisi Meina.     

Shona mengangguk. "Berikan aku waktu sekitar 15 menit. Akan aku pulihkan dia sampai sempurna tidak lagi ada goresan apapun."     

Mendengar itu, Jovano sangat lega. Dia tidak menyukai jika ada makhluk astral yang menyakiti manusia. Ini tidak seimbang, astral kuat melawan manusia yang tidak memiliki kemampuan supernatural apapun, sungguh tidak adil.     

Sedangkan Serafima, dia terus mendampingi Shona yang sedang memberikan penyembuhan terhadap Meina. "Lihat saja nanti kalau aku sudah berhadapan dengan siluman laknat itu, akan aku cakar dia pakai pedangku!"     

Ternyata tidak sampai 15 menit, Shona sudah berhasil menyembuhkan Meina secara keseluruhan, dari atas hingga bawah tanpa meninggalkan goresan apapun seperti yang dijanjikan.     

Melihat itu, Jovano mengangguk puas. Kemudian, dia meminta Wei Long keluar. "Om Wei, minta tolong, dong … tentunya energi Om lebih besar dari siluman itu, kan?"     

"Hm …." Wei Long melipat lengan mungilnya di depan dada. "… katakan apa maumu, bocah."     

"Bisakah Om Wei bikin Meina tak bisa disakiti lagi oleh siluman itu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.