Devil's Fruit (21+)

Kenapa Tidak Langsung Hantam Saja?



Kenapa Tidak Langsung Hantam Saja?

0Fruit 1466: Kenapa Tidak Langsung Hantam Saja?     

Luka-luka pada tubuh Meina sudah disembuhkan oleh Shona menggunakan energi healing dia yang kini kian berkembang lebih baik dan lebih cepat dalam menyembuhkan luka.     

Terbukti dari lamanya durasi yang dibutuhkan Shona untuk menyembuhkan luka sayat di wajah Meina, juga luka pada pita suaranya. Semua pulih sedia kala tanpa meninggalkan goresan di bawah 15 menit saja.     

Setelahnya, Jovano juga meminta tolong ke Wei Long, si naga mungil yang memiliki kekuatan besar di ranah ilusi. "Bisakah Om Wei bikin Meina tak bisa disakiti lagi oleh siluman itu?"     

Wei Long menaikkan satu alisnya yang memanjang seperti membentuk seuntai tali kecil dan bertanya, "Maksudmu, bocah?"     

Mengedikkan bahunya, Jovano menyahut, "Yah, Om Wei pasti paham apa yang aku mau."     

"Tidak." Wei Long melayang di udara sambil melipat kedua tangan dengan sikap arogan.     

Mendesah singkat, Jovano pun berkata, "Jadi gini, Om … aku minta tolong agar Om kasi energi apalah yang Om punya agar Meina ini kagak bisa dilihat lagi ama tuh siluman, pastinya bisa, ya kan? Om Wei, gitu!"     

Untuk memancing Wei Long agar bersedia memberikan bantuannya, tentu saja Jovano sudah paham cara yang harus digunakan, yaitu pujian dan tantangan dalam waktu bersamaan.     

"Humph! Kau mencoba menyuapku dengan memujiku, bocah?" Namun, si naga juga mulai curiga dengan berulang kali dia terjatuh dalam perangkap kalimat bujukan Jovano sejak dulu.     

"Ahh, mana mungkin aku berani menyuap Om Wei. Ini sungguhan sebuah pujian tulus untuk Om, kok! Yah, habisnya … kalo bukan Om Wei, memangnya siapa lagi yang mampu, ya kan? Atau … aku salah?" Nah, lihat, Jovano masih bisa menyelipkan bumbu tantangan tingkat lanjut.     

"Kau meremehkan aku, bocah?!" seru Wei Long dengan dua tangan lurus tegang dihentakkan di sisi tubuh.     

Dalam hati Jovano, dia bersorak senang. Kelemahan makhluk sombong justru dari tingginya harga diri atas pujian yang dilontarkan untuknya. Jovano sudah memahami ini.     

Dari apa yang sudah Jovano ungkapkan, Wei Long pun paham keinginan Jovano. "Ya sudah, nanti akan aku buat dia tidak terlihat mata si siluman rendahan itu!" Wei Long mengibaskan lengan mungilnya dan terbang melayang-layang di kamar itu.     

Setelah Shona menyembuhkan Meina, Wei Long juga membuat Meina tidak mengingat mengenai kengerian malam ini dengan Cempluk agar tidak ada trauma pada gadis remaja itu.     

Meina di rebahkan dan tetap dibuat tidur, hanya akan bangun pada keesokan harinya saja.     

Rombongan kecil Jovano pun mulai pergi dari rumah Meina, kembali ke hunian mereka sendiri.     

Serafima yang masih belum paham, mencoba bertanya apa adanya ke suami dia. "Jo, kenapa kita tidak hantam dan habisi saja siluman brengsek itu? Bukankah kekuatan kita melebihi dia?"     

Paham akan karakter lekas panas dari istri pertamanya, Jovano merangkul Serafima dan berkata lembut, "Sayank, tidak begitu cara menghadapi si siluman kucing itu."     

"Hm? Kenapa tidak?" Serafima masih belum paham, kenapa mereka justru terkesan menahan diri dan berputar-putar saja mengulur waktu untuk menangani Cempluk.     

"Begini, sayank, yang namanya korban manipulasi kaum astral seperti itu, harus disembuhkan atas dasar keinginan mereka sendiri, tidak bisa dipaksa, apalagi astralnya dimusnahkan. Itu akan melukai jiwa mereka." Jovano memulai penjelasannya agar Serafima lebih paham.     

"Ohh?" Alis Serafima terangkat naik, tidak mengira akan seperti itu kondisinya.     

"Apalagi, menurut Om Wei, sebagian besar jiwa Ferdi sudah disedot oleh siluman itu. Andaikan kita musnahkan siluman itu, maka dikhawatirkan bakalan melukai jiwa Ferdi nantinya. Itu hal berbahaya, Ferdi bisa jadi idiot atau malah syok atau koma jika parah." Jovano menjelaskan secara perlahan agar Serafima bisa menyerapnya dengan baik di memori.     

"Hm, ternyata begitu." Serafima mulai mengerti, kepalanya mengangguk-angguk berulang kali.     

"Inilah serangan yang sebenarnya kejam dari makhluk astral ke manusia, yaitu serangan manipulasi ilusi. Karena itu langsung memberikan serangan parah ke jiwa manusia dan juga kesadaran." Jovano mengangguk juga.     

"Bahkan, aku yakin siluman receh itu tak hanya mengambil bagian jiwa Ferdi, tapi juga daya hidup bocah tolol itu." Wei Long ikut berkomentar.     

"Aku setuju mengenai itu." Zivena juga setuju dengan pendapat Wei Long.     

"Hah? Daya hidup?" Serafima melonjakkan suaranya karena terkejut.     

"Huh, sepertinya kau harus meng-upgrade kapasitas otak istrimu ini, Kak Jo." Lidah tajam Zivena mengalirkan ucapan tajam ke Serafima tanpa ragu-ragu.     

Serafima sudah hendak protes karena kesal, namun lagi-lagi dia teringat akan perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan Zivena kepada dirinya kala itu, sehingga dia hanya bisa mendengus kesal.     

Melihat istri dan adiknya saling menampilkan wajah tak enak begitu, Jovano hanya bisa terkekeh canggung, tak bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk bisa menengahi kedua perempuan itu.     

"Ehem!" Karena itu, Jovano memilih untuk melanjutkan penjelasannya saja ketimbang pusing mendamaikan Serafima dan Zivena. "Jadi, jiwa Ferdi sudah diambil setengah lebih dan daya hidupnya juga dihisap. Ini bisa dilihat dari penampilan dari Ferdi itu sendiri. Dia pucat dan terlihat seperti orang kurang gizi."     

Serafima memang jarang turun ke bumi manusia, dan juga jarang berinteraksi dengan hal di luar alam Antediluvian, alam para Nephilim, sehingga dia belum banyak memahami seluk-beluk manusia dan makluk selain Nephilim lainnya.     

Dia bahkan sudah mendapatkan doktrin dari kecil bahwa iblis merupakan musuh mereka dan ke surga menjadi malaikat adalah goal terakhir dari hidup mereka yang harus terus dikejar bila menginginkan keabadian yang terhormat.     

Dengan mengenal Jovano dan tim Blanche lainnya dari Revka, bahkan kini menjadi istri dari salah satu keturunan iblis yang harusnya dibasmi oleh ras mereka, Serafima harus terus mempelajari banyak ketertinggalan dia.     

Apalagi, Shona begitu cerdas dalam berpikir taktis. Dia merasa terkalahkan, merasa inferior setiap di depan Shona. Meski tak mengakuinya secara jujur, tapi hatinya menjerit dengan terbuka mengenai itu.     

"Oke, jadi … si Ferdi itu jiwa dan daya hidupnya sudah diambil siluman brengsek itu meski belum seluruhnya, begitu kan?" Serafima mengambil kesimpulan.      

"Betul, sayank."     

"Makanya kita tidak bisa secara asal menghantam itu siluman agar Ferdi tidak terkena imbasnya, betul?"     

"Benar sekali, sayank."     

"Lalu, kenapa Gavin dilibatkan?"     

"Karena, menurut Om Wei, salah satu cara terbaik untuk melepaskan manipulasi dari makhluk astral kuat seperti siluman iblis, hanyalah mengetuk kesadaran korbannya."     

Dahi Serafima masih berkerut akibat belum paham.     

Oleh karenanya, Jovano menerangkan dengan bahasa yang lebih mudah, "Jadi begini, sayank … Ferdi saat ini sedang tergila-gila dengan si siluman iblis. Benar, kan? Segala upaya apapun yang orang sekitarnya lakukan, itu hanya sia-sia dan dimentahkan saja oleh Ferdi. Nah, satu-satunya cara menyadarkan Ferdi adalah mengetahui bahwa sosok yang dia puja dan cinta selama ini bukanlah seperti yang dia kira."     

"Lalu … Gavin …."     

"Ya, Gavin aku minta untuk memuluskan jalan agar Ferdi bisa tersadar dengan sendirinya mengenai siapa dan bagaimana siluman yang dia tinggikan melebihi dirinya itu. Dengan cara, dibuat cemburu dan kalo bisa, menyaksikan sendiri saat Gavin dan siluman sedang bermesraan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.