Devil's Fruit (21+)

Disambut Antusias di Desa Lain



Disambut Antusias di Desa Lain

0Fruit 1440: Disambut Antusias di Desa Lain     

Setelah tinggal selama setengah bulan lamanya di desa XX, Jovano dan kedua istrinya mulai berpindah ke desa lainnya. Letaknya cukup jauh dari desa sebelumnya.     

Meski warga desa XX sampai menangis karena kepergian Jovano, mereka mau tak mau terpaksa merelakan Jovano dan istri-istrinya pergi dari wilayah mereka.     

Wajar jika mereka sangat sedih ditinggal Jovano karena sejak ada Jovano di desa mereka, mereka lebih aman terjaga dari gangguan makhluk astral yang iseng dan ada juga membawa bencana ke mereka.     

Ketika Jovano dan dua istrinya masuk ke desa lain menggunakan mobil yang disewakan oleh pak lurah desa sebelumnya, mereka disambut hangat oleh warga desa di sana.     

Ini sungguh mengagetkan Jovano. Kenapa kedatangan dia bisa disambut suka cita begini? Padahal dia belum pernah ke desa YY.      

"Ya ampun! Akhirnya desa kita mendapatkan giliran disambangi Pak Dukun Bule!" salah satu warga berteriak demikian begitu mobil yang ditumpangi Jovano dan kedua istrinya tiba di rumah pak lurah.     

Dari teriakan suka cita tadi, Jovano pun mengetahui bahwa ternyata nama dia sudah sampai di desa YY. Padahal jaraknya lumayan jauh dari desa XX.      

Yah, beginilah namanya komunikasi orang desa, meski banyak warganya (terutama kaum tua) tidak butuh ponsel untuk menjangkau orang di dunia, namun kekuatan berkabar mereka yang masih memakai cara manual dan konservatif masih sangat ampuh di desa-desa di dekat Alas Purwo.      

"Pasti setelah ini, desa kita akan aman!" Warga lain berseru. Mereka semua berkumpul di depan rumah pak lurah.     

"Mister Dukun Bule ini ternyata masih sangat muda dan tampan!"     

"Ya ampun, andaikan dia mau menjadikan anakku istri ketiga dia, aku rela meski harus bayar tinggi!"     

"Hiss! Memangnya anakmu layak, Yu Turah? Coba bandingkan dulu dengan istri-istri mister, tuh! Mereka cantik-cantik seperti peri!"     

"Ehh! Peri itu ada yang jelek! Kata mbah buyutku, dia pernah bertemu peri yang jelek dan keriput!"     

"Halah! Mbah buyutmu itu baru bangun langsung melihat ke nenek buyutmu!"     

Warga yang mendengar percakapan dua emak-emak itu hanya bisa tertawa geli.     

Jovano juga ikut tertawa meski canggung. Serius dia seterkenal ini di wilayah karisidenan ini? Ia sampai tak bisa membalas dengan kata-kata dan hanya melambaikan tangan sambil tersenyum pada warga yang berkerumun untuknya. Dia tak terbiasa (mungkin belum) dengan pujian dan disambut bagaikan seorang idol.     

Sementara, Shona tersenyum kecil melihat suaminya salah tingkah disambut warga penuh antusias begitu. Terlebih ketika ada seorang ibu ingin memberikan putrinya untuk dijadikan istri ketiga Jovano.     

Beda dengan Serafima, dia hanya memutar matanya setelah mendengar ibu di samping kiri jauh dia malah menawarkan anak perempuannya untuk menjadi istri Jovano. Coba saja kalau Jovano berani menerimanya. Ia melirik tajam ke suaminya.     

Jovano paham arti lirikan Serafima dan makin terkekeh canggung nan kering. Kenapa wanita seperti itu? Padahal dia belum melakukan apapun tapi seolah sudah berbuat dan menjadi terdakwa pula!     

"Wah! Ini dia! Mister Dukun Bule!" Pak Lurah keluar dari rumahnya diikuti istri dan anak-anaknya. Tanggapan ramah mereka kepada Jovano terlihat jelas meski ada salah satu anak Beliau yang menatap datar saja ke Jovano seakan enggan ikut larut dalam eforia tak berdasar itu.     

"Ya, Pak Lurah. Saya kebetulan melewati desa ini dan ingin mampir di sini sejenak. Yah, mungkin singgah satu minggu," ujar Jovano dengan sopan sambil berjabat tangan dengan Pak Lurah.     

"Haihh! Kenapa hanya satu minggu? Kenapa tidak satu tahun saja, sih?" seloroh Beliau dengan niat tulus.     

"Ha ha, maaf, tidak bisa lama-lama, Pak. Masih harus melanjutkan perjalanan ala bolang." Jovano membantah halus.      

"Ohh ya, benar. Mister kan petualang spiritualis! Wajar kalau harus menolong banyak orang sembari berpetualang." Pak Lurah terkekeh. "Nah, ini pasti hendak melapor ke saya sehubungan dengan tinggal di sini, yah?" tebak Beliau.     

"Tentu, Pak. Saya hanya ingin jadi orang yang patuh mengikuti prosedur yang sudah ada saja." Jovano sambil berjabatan tangan dengan istri dan anak-anak Pak Lurah. Demikian juga Shona dan Serafima.     

"Ahh, masalah semacam itu akan dipermudah untuk Mister dan dua istri Mister! Gampang kalau untuk Mister!" Pak Lurah mengibas tapak tangannya menggambarkan gesture menggampangkan.     

"Wah, terima kasih banyak untuk kemudahannya, Pak." Jovano mengangguk sopan.     

Tindakan rendah hati Jovano segera menimbulkan bisik-bisik warga di sana.     

"Wah, ternyata walau bule, ini bule yang sangat sopan, yah!"     

"Mister bulenya dah mirip seperti orang sini, bahkan cara dia menganggukkan kepala saja sama dengan orang kita!"     

"Dia sudah berapa lama sih tinggal di Indonesia, seperti bukan bule saja!"     

Jovano tidak menanggapi bisik-bisik dari warga meski dia bisa mendengarnya dengan pendengaran super dia. Ia sedang berjalan masuk ke dalam rumah Pak Lurah diikuti Shonda dan Serafima.     

.     

.     

"Semoga saja rumah ini sesuai dengan selera Mister." Pak Lurah sampai menyempatkan waktunya untuk mengantar sendiri Jovano ke rumah yang memang sudah dipersiapkan untuk Jovano.     

Kenapa Pak Lurah dan warga desa YY mengetahui kedatangan Jovano? Yah, itu karena sebelum Jovano meninggalkan desa XX, dia sudah sedikit membuka ke Kang Heri mengenai tujuan selanjutnya dia.     

Tak heran jika kepala desa XX merogoh kocek pribadi Beliau untuk menyediakan mobil sewaan untuk perjalanan Jovano ke desa YY. Dan ini artinya Kang Heri langsung menyebarkan kabar mengenai Jovano yang hendak ke desa YY.     

Ketika Jovano menatap rumah yang ada di depan matanya, keningnya sedikit berkerut. Jelas dia melihat ada banyak makhluk astral di rumah itu, dari yang berjenis jin hingga arwah biasa dan ada pula arwah penasaran.      

Bangunan rumahnya memang masih bagus dan sepertinya baru dibersihkan oleh warga karena ada bekas rumput ilalang yang dipotong namun onggokannya masih ada di sudut halaman.     

Hanya saja … kenapa astral di rumah ini begitu banyak?     

Apakah … pak lurah desa YY ini sengaja memberikan rumah ini agar dibersihkan Jovano. Jangan-jangan juga … ini ….     

"Rumah ini memang rumah lama saya, Mister." Suara pak lurah mencapai pendengaran Jovano.     

Nah, tepat seperti yang Jovano duga baru saja. Ini merupakan rumah tua milik pak lurah, dan bisa jadi rumah ini sudah ditelantarkan karena tidak laku ketika dijual. Yah, dikarenakan banyaknya makhluk astral di situ.     

Jadi … Jovano sedang dimanfaatkan pak lurah untuk pembersihan gratis? Lalu, setelah dia nanti pergi dari desa itu, pak lurah bisa menjual rumah itu dengan mudah karena sudah 'bersih'?     

Namun, Jovano tak bisa protes mengenai itu. Semua makhluk, entah itu iblis, jin, ataupun manusia, masih memiliki karakter egois dan suka memanfaatkan orang lain untuk keuntungan sendiri. Itu sudah lumrah.     

Maka, Jovano menjawab, "Rumah ini bagus, Pak Lurah. Tidak heran jika ini milik Bapak."     

Sementara itu, Serafima melirik tak setuju ke Jovano. Rupanya dia juga melihat beberapa astral yang mondar-mandir di depan rumah, sungguh-sungguh berani menunjukkan diri meski hanya bisa dilihat orang dengan kemampuan khusus.     

Kadang, Serafima heran dengan basa-basi ala suaminya. Memang perlu yah hal semacam itu? Manusia sungguh merepotkan!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.