Devil's Fruit (21+)

Menimbang Dosa Si Wajah Gosong



Menimbang Dosa Si Wajah Gosong

0Fruit 1442: Menimbang Dosa Si Wajah Gosong     

Jovano memejamkan matanya dan tak berapa lama, dia berkata ke Shona. "Habisi dia. Dosanya terlalu banyak dan Sang Sumber sudah memberi ijin."     

Shona mengangguk dan meledakkan gelembung tadi, sehingga kepala makhluk perempuan itu juga ikut meledak. Setelahnya, Jovano mengeluarkan api iblis dia untuk mengubah tubuh sosok tadi menjadi abu.     

"K-Kau! Kau bisa mengeluarkan api iblis!" jerit si iblis kecil dengan wajah ketakutan. "Kau ini … apa?!"     

Jeritan dari iblis kecil itu membuat sosok astral lainnya kian gentar menatap Jovano. Benarkah itu api iblis? Kalau benar itu api iblis ditambah kekuatan Jovano besar, maka mereka tidak akan ada kesempatan untuk melarikan diri.     

Apalagi setelah mereka dikurung di dimensi aneh tanpa sudut ini. Mereka tidak paham bahwa Wei Long lah yang telah menciptakan dimensi ini menggunakan kekuatannya.     

Sebagai naga iblis yang kekuatannya bertumpu pada ilusi, tentu kelas jin dan iblis kecil biasa tak akan sanggup melawan dimensi ilusi Wei Long.     

"Kalian, tenanglah!" seru Jovano untuk membuat para makhluk astral itu bisa diam tak lagi sibuk berteriak dan mencoba melarikan diri. "Percuma kalian jika ingin keluar dari dimensi ilusi punya paman naga ini. Jangan remehkan dia."     

"Tuan, aku mohon … ampuni aku … aku tidak banyak menyakiti manusia …." Sosok besar hitam sampai berlutut karena saking gentarnya pada Jovano. Jika benar Jovano bisa mengeluarkan api iblis, maka bisa dikatakan bahwa Jovano adalah iblis itu sendiri. Jin ingin melawan iblis? Itu sebuah hal yang cukup mustahil. Hanya jin level super tinggi yang mungkin berani menantang melawan iblis. Itupun hanya iblis level rendah.     

Kekuatan jin dan iblis terlalu jauh, seperti bumi dan planet Pluto.     

"Hei! Kalian ini dengar atau tidak, sih?!" teriak Serafima sekeras yang dia mampu. Suaranya ternyata bisa menggelegar melebihi auman singa.     

Teriakan dari Serafima tadi membuat pekak langsung pendengaran para makhluk astral, sehingga mereka bergegas diam tak lagi berani bergerak.     

Jovano tertawa miris di hatinya. Suara istrinya ternyata lebih dahsyat dari suaranya sendiri. Ia menoleh ke Serafima dan berkata, "Terima kasih, sayankku."     

Serafima melipat dua lengan di bawah dadanya dengan dagu terangkat dan menjawab tanpa menoleh ke Jovano, "Hm, bukan hal sulit untuk aku. Anggap saja aku sedang ikut andil membantumu daripada diam saja seperti orang tak berguna."     

Kening Jovano berkerut sembari dia tersenyum canggung, apakah istri pertamanya ini sedang merajuk? Sedang mencurahkan keluhan dari hati terdalam? "Ahh … sayank, kamu selalu berguna, kok! Kalau tak ada kamu, aku akan susah jika ingin mencari pelengkap acara threesome kita." Dia tak bisa menemukan kalimat lain selain itu saja.     

Segera, mata Serafima melotot ganas ke suaminya saat dia menoleh ke Jovano yang tertawa gugup. "Huh! Dasar iblis mesum, tak tahu malu mengatakan hal seperti itu di hadapanku, kaum malaikat ini."     

Ketika para astral mendengar percakapan Serafima dan Jovano, mereka makin membuat asumsi bahwa Jovano benar adalah iblis dan Serafima … malaikat? Ya ampun! Kenapa mereka seapes ini!     

Karena sosok-sosok mirip manusia di depan mereka ini sepertinya bukan sosok sembarangan, maka para astral tidak ada yang berani bergerak apalagi bersuara. Tangisan anak-anak si hitam besar pun mulai diredam lengan besar ibunya agar tidak membuat marah Jovano maupun Serafima.     

Melihat semua astral sudah tenang dan diam, Jovano pun mulai tersenyum dan berkata, "Nah, sekarang karena kalian sudah tenang, aku akan katakan ke kalian, bahwa kalian akan diperiksa oleh istriku yang ini, Shona. Caranya seperti perempuan galak yang tadi, yah!"     

"Tu-Tuan … jangan bunuh aku, Nyonya … kumohon ampuni aku …." Arwah lelaki merengek memelas ke Jovano dan Shona.     

"Pak, kalau Bapak memang tidak merugikan manusia, maka kami tidak akan melakukan apapun pada Bapak. Lagipula, kami juga akan bertanya lebih dulu pada Sang Sumber apakah boleh membinasakan kalian atau tidak." Jovano menjawab arwah bapak tadi.     

Maka, setelah Jovano memberi kode ke Shona, istri keduanya menembakkan satu demi satu gelembung air ke kepala semua makhluk di sana. "Kalian, jangan banyak bergerak agar tidak merasa sakit. Tolong diam dan bekerja sama denganku agar semuanya cepat aku dapatkan."     

Walaupun mereka sangat ketakutan dan tidak ingin diperiksa dengan cara demikian, para makhluk astral itu tak punya pilihan selain patuh dan diam seperti yang diperintahkan.     

Shona menghirup napas dalam-dalam dan mulai mengulurkan tangannya dengan 10 jemari lentik dia terjulur keluar sejauh-jauhnya, seakan 1 jari terhubung dengan 1 gelembung di 1 kepala.     

Shona menarik napas dalam-dalam lalu mengeluarkannya pelan-pelan, mirip seperti orang yang sedang melatih pernapasan di yoga.     

Jovano dan Serafima tetap diam agar tidak mengganggu kinerja Shona. Mereka akan menunggu saja. Jovano berharap, astral lainnya tidak banyak membuat dosa, cukup sosok perempuan tadi saja yang harus dia musnahkan.     

Setelah melewati menit ke 10, kelopak mata Shona secara perlahan pun mulai membuka. "Sori agak lama, Jo. Ini karena aku harus mengerjakan 10 pemindaian sekaligus." Ia melirik ke suaminya.     

"Tak apa, Sho. Aku bisa paham dan bisa nunggu, kok! Santai aja." Jovano menyentuh lembut lengan istri keduanya. "Nah, sekarang kau bisa mengatakan semua hasil pindaian kamu."     

"Oke. Itu dia si kain putih dengan ikatan di atas, tengah, dan bawah … dia termasuk media santet juga seperti sosok perempuan yang tadi, tapi dia memang tidak terlalu banyak menyakiti manusia, entah mungkin karena dia masih tergolong baru berkecimpung di lahan itu, atau kekuatan dia kecil saja." Lalu, Shona menyebutkan dosa-dosa makhluk tersebut. Totalnya ada 9 dosa dan hanya ada 1 kasus yang sampai mengakibatkan kematian pada manusia.     

Jovano menarik napas dalam-dalam, ada manusia yang tewas akibat astral yang satu ini. Dia pun lekas mempertanyakannya ke Sang Sumber. Dia diam, memejamkan mata dan berkonsentrasi.      

"Tuan … Nyonya … tolong jangan bunuh aku. Aku ini hanya dimanfaatkan dukun sialan itu. Aku ditipu dukun bajingan itu. Tolong ampuni aku, ampuni aku …." Sosok kain putih dengan hiasan ikat di atas hingga bawah dengan muka gosong itu merintih ketakutan, kepalanya masih berada di dalam gelembung air Shona. Dia tak ingin berakhir seperti halnya si perempuan berpunggung bolong tadi.     

Kening Jovano berkerut. Kali ini memang bukan Sang Sumber yang menjawab langsung, melainkan malaikat level tinggi yang bertugas menggantikan Sang Sumber nan Agung.     

Percakapan mereka semacam ini di transmisi khusus ….     

"Tuan Sumber, dosa makhluk itu …." Jovano menyebutkan semua dosa dari salah satu astral tadi.     

"Biarkan dia." Suara malaikat yang mewakili Sang Sumber terdengar di kepala Jovano.     

"Tapi, dia sudah membuat 1 manusia tewas."      

"Tuan Agungmu ini telah berfirman, bahwa hanya Dialah yang akan menjadi hakim tertinggi dari semua makhluk, maka janganlah kalian berlebihan. Dia yang lebih memiliki hak atas segala ciptaannya, dan Dia yang penuh kasih dan juga penuh ampunan."     

Jovano terdiam. Kadang, dia memang belum paham akan jalan pikiran dan pertimbangan Sang Sumber. Namun, seperti kata Beliau, hanya Sang Sumber yang berhak memberikan penghakiman dan juga pengampunan.     

Tak ingin menentang, Jovano pun mengangguk dan membuka matanya ke sosok berwajah gosong tadi. "Sho, lepaskan gelembung dia."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.