Devil's Fruit (21+)

Tentu Saja Menjadi Budak Binalnya



Tentu Saja Menjadi Budak Binalnya

0Fruit 1473: Tentu Saja Menjadi Budak Binalnya     

"Aku masih berbaik hati padamu. Bertobat dan menjadi budak kami atau mati saja bersama bosmu." Jovano memberikan pilihan yang membuat adik dan kedua istrinya melotot kaget.      

Hal itu sangat tidak disangka sama sekali oleh semua anggota timnya.     

"Jo! Kenapa begitu?" Serafima sudah melotot ganas, kepalanya sudah dipenuhi dengan dugaan-dugaan tak menyenangkan.     

"Jo, kau yakin?" Shona lebih tenang menanyakannya meski ada kerut di keningnya.     

"Kak Jo! Kok malah kasi opsi ke dia, sih? Dia harus dibunuh, dimusnahkan, Kak!" Zivena sama bersemangatnya ketika menyampaikan protes pada Jovano.     

Hanya Gavin yang diam menunduk dan tidak berkata apa-apa. Wei Long juga diam meski menggeleng-gelengkan kepala dengan heran.     

Jovano mengangkat tangan mengisyaratkan kepada semua orang yang menyampaikan protes untuk diam dulu. Dia bertanya lagi ke Cempluk. "Jawab pertanyaanku, apa pilihanmu, menjadi budak atau mati?"     

Cempluk masih termangu memandang Jovano. Sebenarnya apa yang sedang dituju Jovano dengan memberinya pilihan semacam itu? Ahh! Apakah … Jovano terpikat pada dirinya. Apakah ini … ini yang dinamakan kesempatan?     

Menjadi budak.     

Budak.     

Ya, menjadi budak sama saja dengan tetap hidup, itu tentu merupakan sebuah kesempatan besar, tidak ada salahnya menggenggam itu meski hanya seuntai benang saja tipisnya, asalkan itu memang kesempatan terakhir dan terbaik yang bisa diraih.     

Cempluk menunduk sebentar, lalu dia menengadah lagi sambil memberikan tatapan sayu ke Jovano, berharap Jovano benar-benar terpikat padanya. Bukankah itu sangat bagus dia bisa memikat pemimpin kelompok itu? Ya, dia yakin Jovano adalah pemimpin dari rombongan sialan ini.     

"Ya, aku sudah membuat pilihan." Cempluk menampilkan paras terbaik yang bisa dia berikan ke Jovano.     

Melihat itu, Serafima geram sekali hendak mencincang tubuh Cempluk, tapi Shona menahannya karena sang istri kedua ingin tahu apa nantinya yang hendak dilakukan suaminya.     

"Bicara." Jovano mengangguk membawa wibawa pada dirinya di hadapan Cempluk.     

"Aku … aku ingin hidup, maka aku … aku menerima jika memang harus menjadi budak Anda, Tuan." Suara genit manjanya mencoba meraih hati Jovano.     

"Grrhhh …." Serafima sudah menggeram.     

"Sis, sabar dulu, jangan terburu emosi." Shona makin memegangi Serafima, khawatir jika si istri tua akan melompat menerjang Cempluk.      

"Ha ha ha …." Jovano malah tertawa terbahak-bahak melihat cara Cempluk hendak menggoda dia. "Kau masih saja belum bertobat dari tingkah binalmu, hm? Sungguh menggelikan."     

Kemudian, Jovano memunculkan Api Hitam Neraka dari tangan kirinya. Itu hanya gumpalan api yang berpijar memburaikan aura menekan dan menakutkan bagi yang tidak kuat.     

Termasuk Cempluk. Munculnya api hitam di tangan kiri Jovano segera saja menekan jiwanya dan dia seketika merasa ketakutan luar biasa. "Kau … kau iblis! Kau ternyata benar-benar iblis!"     

"Ya, aku memang iblis, lalu kenapa? Apa kau ingin mencicipi api iblis ini?" Jovano menyeringai.     

Serafima terkekeh senang, dia sudah membayangkan suaminya melemparkan api hitam itu ke Cempluk, dan dia lah yang akan tertawa terakhir di atas penderitaan si siluman kucing itu nantinya.     

"Ja-Jangan! Jangan bawa api itu ke aku! Kumohon, Tuan, ampun! Ampuni aku! Ampuni aku!" Cempluk segera menjatuhkan pantatnya ke tanah sambil wajahnya menyiratkan kengerian teramat sangat hanya dari melihat api hitam yang dia ketahui itu memang milik iblis.     

"Apa kau tau, bahwa bosmu itu, dia sebenarnya siluman yang dirasuki iblis?" Jovano memainkan api hitam di tangannya. "Ahh, mungkin lebih tepatnya, dia sudah dikuasai iblis. Tubuh dan jiwanya sudah diambil alih oleh iblis."     

"Apa?! Dia … dia ternyata dirasuki iblis?" Cempluk tak menyangka akan itu. Pantas saja mendadak siluman harimau sialan itu begitu kuat, dan seakan kekuatannya berpuluh kali lipat dari biasanya.     

Rupanya sudah diambil alih oleh iblis.     

"Baiklah, karena kau sudah memberiku jawaban dari 2 pilihan tadi, maka, aku akan melakukan sesuatu pada kepalamu." Jovano memanggil Wei Long.     

"Hah? Mau kau apakan kepalaku? Bukankah kau seharusnya tidak membunuhku?" Cempluk menggeser pantatnya ke belakang dengan raut ketakutan akan Jovano.     

"Tenang saja, aku tetap membiarkan kamu hidup, hanya sedikit dimodifikasi." Jovano menyeringai kecil sesudah dia berbicara dengan Wei Long.     

"Mo-Modifikasi apanya!" Cempluk ingin sekali memaki Jovano, tapi dia sadar bahwa nyawanya berada di tangan pemuda itu. Kalau dia sampai membuat Jovano marah, bisa-bisa dia disiksa sebelum dibunuh. Itu akan sangat tidak tertahankan pastinya.     

"Om Wei, lakukan." Jovano berkata.     

Wei Long mengangguk dan dia mengulurkan tangan mungil naganya ke arah Cempluk dan siluman kucing itu tidak sempat lagi mengelak dari sesuatu yang membungkus kepalanya dari Wei Long.     

"Arrghh! Tidak! Jangan! Arrghh!" Cempluk merasakan kepalanya seperti sedang dibelah hidup-hidup. Dia memegangi seakan takut kepalanya benar-benar akan terbelah.     

Itu berlangsung selama 9 menit. Sungguh sebuah 9 menit yang sangat menyiksa bagi Cempluk.     

Setelahnya, tubuh siluman kucing itu terkulai dan dia tidak sadarkan diri.     

Gavin melesat ke Cempluk dan menopang siluman itu di pangkuannya. "Pluk! Cempluk! Kamu gak apa? Kak Jo, apakah dia dalam bahaya?" Ia menengadah ke Jovano.     

Jovano tersenyum kecil dan menyahut, "Sepertinya tidak. Aku percaya Om Wei tidak terlalu keras padanya." Lalu dia menoleh ke Wei Long.     

"Humph! Berani meragukan aku? Dasar bocah kencur tak tahu diri!" sungut Wei Long sambil bersikap jumawa dengan dua lengan terlipat di depan dada dan pandangan dibuang ke arah lain.     

"Tenang saja, Gav, dia sebentar lagi siuman dan akan baik-baik saja." Jovano mendekat ke Gavin yang sedang berlutut menopang tubuh Cempluk. "Nah, dia sekarang milikmu sepenuhnya."     

"Hah?" Serafima dan Zivena sama-sama melongo bingung. Shona mengerutkan keningnya tapi kemudian dia tersenyum setelah berhasil menelaah.      

Demikian juga Zivena yang segera paham maksud sang kakak, dia mendengus dan membuang pandangan ke area kosong.     

Hanya Serafima yang masih belum paham. "Hei, apa maksudnya itu? Jo, katakan kenapa bisa seperti itu?"     

"Sis, Jo memberikan pilihan ke siluman itu dengan maksud ingin membantu Gavin memiliki si siluman dengan kepatuhan 100 persen. Apakah aku benar, Jo? Itukah mengapa kau meminta bantuan Om Wei?" Shona mencoba menjelaskan pada Serafima dan menoleh ke suaminya.     

"Ha ha ha … sepertinya aku tidak bisa menyembunyikan maksud apapun darimu, Sho." Jovano memuji istri keduanya secara tersamar.     

"Huh, sekali bodoh, tetap saja bodoh. Tsk!" Zivena meledek Serafima secara terang-terangan tanpa takut dibalas kakak iparnya itu.     

Benar, Jovano memang sudah menangkap sinyal minat Gavin pada Cempluk sejak awal Gavin melihat Cempluk. Apalagi, Gavin begitu bersemangat ingin menjalankan misi yang diberikan Jovano.     

Sebagai keturunan iblis Lust, Gavin pastinya menyukai makhluk menawan dan binal seperti Cempluk. Itulah kenapa Jovano sebelumnya sempat bertanya pada Gavin, seberapa tinggi Gavin menyukai Cempluk.     

Setelah mendapatkan jawaban pasti mengenai perasaan Gavin, maka Jovano membuat rencana seperti ini, memberikan 2 pilihan pada Cempluk.     

Tak lama, Cempluk pun siuman dan ketika dia membuka mata, mendadak saja matanya berbinar melihat Gavin. "Tuanku! Tuanku! Aku akhirnya melihatmu, Tuanku!" Tangan Cempluk menangkup pipi Gavin.     

Setelahnya, sikap Cempluk berubah seperti sangat mendamba pada Gavin.     

"Sekarang tidak cemburu lagi, kan?' tanya Jovano pada Serafima. Nephilim wanita itu mendengus dan menjauhkan wajah Jovano yang mendekat ke dia. Jovano melanjutkan bicara, "Aku meminta Om Wei menanamkan hipnotis beserta ilusi level tinggi sehingga Cempluk hanya akan binal pada Gavin saja dan patuh sepenuhnya pada Gavin."     

Shona tersenyum, ini persis seperti yang dia duga sebelumnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.