Devil's Fruit (21+)

Mengorek Keterangan



Mengorek Keterangan

0Fruit 1476: Mengorek Keterangan     

Baru saja makhluk astral itu selesai bicara, mendadak saja Zivena sudah melesat ke arah makhluk itu dan mencengkeram leher si astral yang mulai ketakutan.      

"Ampun! Ampuni aku! Ampuni aku!" Makhluk itu sudah tidak bisa lagi tertawa meledek karena dia mendapatkan cengkeraman di lehernya, terlebih … Zivena membawakan aura energi malaikat dia di cengkeraman tersebut.     

Mana mungkin si astral tidak ketakutan. Kalau bisa, dia ingin mengompol saja karena tak bisa kabur.     

"Masih berani tertawa, heh?" tanya Zivena pada makhluk dengan tatapan tajam. Dari matanya berpendar sinar putih samar. Ini meningkatkan teror di hati si astral.     

"Tidak berani! Tidak berani, Nona! Ampuni aku yang rendah ini! Aku hanya suruhan! Aku hanya suruhan saja! Ampuni nyawa rendahku ini, Nona Mulia!" Segera, jin tersebut paham apa yang sedang dia hadapi saat ini. Tentunya bukan manusia biasa yang sering dia takut-takuti.      

Hawa tubuh Zivena saat ini sudah tidak lagi memancarkan bau manusia, tapi bau makhluk tingkat tinggi yang setara dengan iblis namun lebih murni dan menekan jiwa si jin.     

Kening Zivena berkerut cepat ketika mendengar ujaran dari jin satu itu. "Apa maksudmu kau hanya suruhan?" tanyanya menggunakan wajah galak.     

Saat ini, Zivena sudah menggunakan tubuh transparan sehingga dia bisa menembus tembok dan melayang dengan tetap mencekik si astral di udara depan jendela kamarnya di lantai atas.     

"Aku … aku disuruh seseorang untuk menakut-nakuti pengunjung hotel ini!" beber si jin dengan wajah ketakutan.     

"Kau masih bertahan dengan wujud jelekmu itu, hm?" Zivena bertanya dengan pandangan tajamnya. Dia perketat sedikit cekikannya ke leher si jin.     

"Baik! Baik!" Segera jin itu mengubah wujudnya dari wujud wanita menyeramkan bergaun putih lusuh dengan noda darah, kini menjadi sosok yang lebih mirip lelaki dengan baju seperti yang biasa dipakai jin di alamnya. Jangan tanyakan seperti apa, biarlah Zivena dan timnya saja yang tahu.     

Seringai muncul di wajah Zivena. "Jadi, kau disuruh seseorang untuk mengganggu pengunjung di hotel ini?" tanyanya tanpa melepaskan cekikan.     

"A-Anu … Nona Mulia, bolehkah ini … ini dilepas dulu?" Jin melirik ke arah tangan Zivena dengan tatapan khawatir. Andaikan Zivena menggunakan sedikit lagi kekuatan makhluk tingginya, bisa-bisa lehernya patah dan katakan selamat tinggal pada kepalanya.     

Kemudian, Zivena menjauh setelah melepaskan cekikannya pada leher si jin, hanya saja, dia lekas mengeluarkan cambuk cahaya dia yang segera dililitkan ke leher sebagai ganti tangannya.     

Si jin meraung protes di benaknya, namun sepertinya itu lebih nyaman ketimbang cekikan tangan Zivena yang membawa muatan energi tinggi lebih banyak ketimbang di cambuk ini.     

Baiklah, sepertinya si jin akan menahan saja.     

"Kau belum menjawab pertanyaan aku tadi, jin jelek!" Zivena melayang di udara sambil melipat dua tangan di depan dada sembari satu tangan memegangi pangkal cambuknya.     

"Ehem! Jadi begini, Nona Mulia, bisnis selalu memiliki persaingannya, benar?"     

"Lalu?"     

"Jadi, ada pihak yang kurang suka dengan larisnya hotel ini, makanya pihak itu datang ke bosku dan membayar bosku untuk mengirimkan aku ke sini agar hotel ini nantinya terkenal seram dan bisa menurun income-nya."     

"Kamu yakin kamu menceritakan yang sesungguhnya?"     

"Aku bersumpah, Nona Mulia!"     

"Sumpah apa yang bisa kau lakukan, hah! Kau ini makhluk rendahan, apa kau berani mengambil sumpah menggunakan nama Sang Sumber?" tantang Zivena.     

"A-Aku … aku tak berani. Sang Sumber pemilik semesta itu … terlalu … terlalu tinggi dan menakutkan bagiku. Aku tak layak." Jin itu segera menggeleng lemah.     

"Hm, lalu … ada berapa jin jelek sepertimu yang dikirim ke hotel ini untuk mengganggu pengunjung?" tanya Zivena masih dengan sikap sama. Dia tidak peduli jika dipandang arogan karena ini memang sudah sepantasnya di depan makhluk seperti jin. Dia harus mempertahankan wibawanya sebagai ras di atas jin.     

"Ada … sepertinya ada 5 lainnya selain aku." Jin itu terlihat sedang mengingat-ingat. Jarinya sambil menghitung.     

"Panggil mereka semua."     

"Ti-Tidak bisa, Nona Mulia. Aku tidak kenal mereka, kami tidak saling mengenal. Hanya … hanya menerima perintah saja dari bos untuk meluncur ke sini saban malam."     

Zivena diam sejenak. Dia paham bahwa dunia bisnis memang ada banyak persaingan baik yang sehat maupun yang tidak. Dan yang di depannya ini tergolong yang tidak sehat.     

Kenapa harus menggunakan cara mistik yang kotor hanya untuk melemahkan bisnis orang lain? Apakah pihak yang datang ke dukun itu sebenarnya tahu dengan jelas bahwa kualitas dia jauh di bawah si sukses sehingga dia tidak punya nyali dan tidak percaya diri dengan usahanya sendiri?     

Sungguh memalukan, sungguh jenis manusia rendahan! Zivena mengutuk jenis manusia semacam itu, hanya berani main belakang seperti pengecut! Tidak punya kemampuan tapi tidak mau memperbaiki diri, malah main mistik untuk mencelakakan orang lain.     

"Jadi, kau benar-benar tidak kenal dengan rekan kerjamu sendiri?"     

"Tidak, Nona Mulia, maafkan aku."     

"Kau tidak kenal, atau pura-pura tidak kenal?"     

"Aku tidak berani membohongimu, Nona Mulia! Aku tidak berani!" Wajah biru si jin langsung terlihat ketakutan ketika menjawab.      

Zivena tidak memiliki pilihan selain menghubungi sang kakak saat itu juga dengan anting komunikasi, tak peduli jika si kakak sedang sibuk meladeni kedua istrinya atau tidak, pokoknya dia butuh Jovano sekarang!     

Beberapa detik berikutnya, Jovano sudah melesat keluar dari kamarnya menggunakan tubuh astralnya yang transparan. "Ya, Zi?"     

"Kak, dia hendak mengganggu pengunjung hotel ini." Kemudian, Zivena menceritakan seperti apa yang dikatakan jin padanya tadi.     

Jin semakin ketakutan ketika melihat kedatangan Jovano. Meski dia jin golongan menengah, namun karena dia bisa mengetahui aura makhluk di sekitarnya, dia segera paham bahwa kekuatan Jovano melampaui Zivena.     

Dia menyesal malam ini datang ke kamar Zivena. Harusnya dia tidak sembarangan mendatangi kamar seseorang walau orang itu sedang sendirian saja.      

Jovano selesai mendengar penjelasan dari Zivena dan menatap ke jin tadi. "Apakah kau masih ingin tergabung di kelompok jahat bosmu?"     

"Tidak berani! Aku tidak berani lagi ke dia!" Jin itu lebih baik menjawab demikian meski dia tak tahu apakah dia memiliki nyali berkhianat dari bosnya.     

Kemudian, datang Shona dan Serafima mendekat ke Jovano. Zivena melirik keduanya, lega bahwa mereka memakai baju lengkap. Sekali lagi, Jovano menjelaskan ke dua istrinya mengenai si jin dan tugas yang diberikan oleh dukun jahat.     

"Biar aku pindai." Shona segera munculkan gelembung air yang dia lemparkan ke kepala jin tersebut. Si jin meronta ketakutan. "Diam saja jangan banyak bergerak atau kau akan mati kalau tidak diam."     

Jin segera diam dan tak berani banyak bergerak lagi. Shona dan lainnya tersenyum geli. Padahal Shona hanya memberikan ancaman kosong.     

"Hm, kau cukup jahat juga, yah!" Shona selesai memindai memori si jin. "Kau sering melakukan pekerjaan kotor dan jahat dari bosmu." Shona menggelengkan kepala dengan raut kecewa. Lalu dia menoleh ke Jovano. "Sebaiknya kamu tanya ke Sang Sumber, apakah boleh musnahkan dia. Dia ini jin jahat, Jo."     

Jin di depan Shona panik seketika, dia berontak ingin lepas dari gelembung air Shona dan berjuang melepaskan diri juga dari belitan cambuk Zivena.     

Apakah bisa?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.