Devil's Fruit (21+)

Mengumpulkan Penghuni Astral di Rumah Pinjaman



Mengumpulkan Penghuni Astral di Rumah Pinjaman

0Fruit 1441: Mengumpulkan Penghuni Astral di Rumah Pinjaman     

Seperti yang sudah Jovano rencanakan, dia tidak langsung mengusir para makhluk astral yang ada di rumah tersebut. Dia kumpulkan mereka semua di kebun belakang yang cukup luas untuk ditanyai, "Kalian, kenapa ada di sini?"     

Berbagai wujud jin, arwah, dan juga iblis level rendah yang masih sangat lemah kekuatannya, berdiri melayang di depan Jovano dan kedua istrinya di malam itu.     

"Aku tak tahu. Tiba-tiba saja ada di sini," kata si bentuk wanita berwajah rusak.     

"Aku dilempar ke sini setelah bosku dikalahkan." Yang ini dari si bentuk ala permen ikat berwajah gosong.     

"Aku sama seperti dia, hanya beda bos," ujar si tinggi besar berbulu hitam legam dengan taring mencuat dari mulutnya. "Ahh, ada istri dan anakku juga di sini. Itu mereka." Sosok besar itu menunjuk ke sudut kebun dan ada sosok serupa seperti dia meski berbeda ukuran.     

Jovano memanggil anak-anak dan istri sosok besar hitam untuk mendekat berkumpul dengan yang lain.      

"Aku hanya iseng ingin di sini saja karena di sini banyak teman." Kali ini si iblis kecil yang masih lemah.     

"Aku teman dia," sahut sesosok jin berwarna ungu kemerahan yang melayang di sebelah iblis kecil.     

"Aku … tolong jangan usir aku, aku hanya arwah menyedihkan yang ingin berlindung di sini saja." Sosok hantu lelaki yang tak bisa berjalan, hanya bisa menggunakan pantatnya untuk bergerak maju, berkata dengan wajah memelas.     

"Kakak, aku hanya ingin berteduh di sini saja, tidak ingin cari gara-gara." Ini adalah arwah anak kecil yang langsung berlindung di belakang sosok wanita berwajah rusak.     

"Aku diminta menunggu di sini." Sosok perempuan bergaun putih lusuh dengan rambut bagai sapu ijuk menjawab dengan suara paraunya bagai nenek renta. Bagian punggungnya sebenarnya memiliki lubang menganga berisi daging busuk dan belatung yang sesekali jatuh ke tanah dan menghilang.     

Jovano sedikit tertarik dengan si perempuan bersuara nenek itu. Dia bertanya, "Siapa yang menyuruhmu?"     

"Kau tak perlu tahu, bocah manusia!" Perempuan bersuara nenek renta itu melotot ke Jovano, seakan mata merahnya hampir melompat dari rongganya.     

Namun, itu tentu saja tidak menggentarkan bagi Jovano. Dia membalas, "Lebih baik, nih … saranku saja, sih … daripada kalian sakit … lebih baik bicara jujur di sini."      

"Kau mengancamku?" Sosok perempuan itu makin beringas menatap Jovano.     

"Sho, tolong urus dia." Dengan menggerakkan dagu ke depan, Jovano memberikan perintah ke salah satu istrinya.      

Shona paham dan mengangguk. Sebelum sosok perempuan itu merespon, tangan Shona sudah menembakkan gelembung air ke kepala sosok itu, membungkus di sana. "Jangan banyak bergerak kalau tak mau sakit. Aku hanya memindai memorimu saja, bukan ingin menyakitimu."     

Sosok perempuan tadi mau tak mau berhenti meronta hendak melepaskan gelembung air aneh dari kepalanya. Ternyata, seperti kata Shona, ketika dia tidak lagi berontak, dia tidak merasakan sesak bagai dada dan kepalanya hendak meledak. Kini, setelah dia tenang, dia berangsur-angsur bisa merasakan nyaman seperti tak ada apa-apa.     

Dengan gelembung membungkus kepala sosok perempuan bersuara renta, tangan Shona terulur ke depan ke ruang kosong sambil dia memejamkan mata agar lebih cepat berkonsentrasi mendapatkan apa yang dia cari.     

Adegan tersebut disaksikan semua penghuni astral di rumah itu. Mereka tak ada yang berani bergerak berlebihan dan menunggu bagaimana Jovano dan Shona saja.     

Kening Shona berkerut sambil matanya masih terpejam. "Kau … kau media voodoo, dan juga sudah mencelakai banyak orang sebelum ini. Kau … kau dikirim dukun jahat untuk membuat tempat ini … tidak laku dijual atau disewa, benar?" Lalu, mata Shona membuka.     

"Sho, santet, bukan voodoo. Kalo di Indonesia, dan wilayah Asia Tenggara begini, sebutannya santet, sayank," koreksi Jovano ke istri keduanya sambil tersenyum lembut.     

"Ahh, iya, aku lupa kalau di sini sebutannya santet, he he …." Shona tersipu. Lalu, dia menurunkan tangannya. Namun, tidak meniadakan gelembung air di kepala perempuan berpunggung bolong itu.     

"Hei! Lepaskan ini dari kepalaku! Kau sudah selesai, kan?" Perempuan itu menggunakan suara serak menakutkan untuk menyeru ke Shona.     

"Bagaimana, Jo?" tanya Shona sambil menoleh ke suaminya.     

"Sebutkan dosa-dosa dia, Sho." Jovano menaikkan dagunya dengan gaya jumawa. Dua lengan dilipat di bawah dada, terlihat penuh wibawa dan dominasi.     

Shona segera menyebutkan berbagai macam dosa yang telah diperbuat si perempuan berpunggung bolong tadi, totalnya ada 27 dosa.     

"Hm, kok banyak, yah!" Jovano menggerakkan kepalanya seperti sedang merilekskan otot-otot di leher.      

Mengetahui gelagat tak baik dari ucapan Jovano, si perempuan tadi mulai gusar dan menggunakan kekuatan hitam dia untuk melepaskan diri dari bekapan gelembung air Shona. "Aaarrghhh! Kalian penipu! Katanya tak ingin menyakiti kami! Tapi apa maksudnya ini!" Tangannya berjuang melepas gelembung itu tapi gelembung milik Shona justru seperti makin ketat membekap kepalanya kian ketat, bagaikan permen karet yang susah dilepas.     

"Tentu aja aku gak bakalan menyakiti kalian kalo kalian ini makhluk yang baik dan tidak banyak berbuat jahat ke manusia. Kalo sekedar menggoda atau isengin mereka untuk bikin mereka takut, sih … yah, aku masih bisa maklumi, tapi kalo ampe bikin celaka manusia, jangan harap bisa lolos dariku." Jovano mengatakan apa adanya.     

Mendengar ucapan Jovano yang beraroma ancaman, perempuan bersuara serak itu berteriak ke yang lainnya, "Kalian! Lekas bubar! Bubar! Dia pembohong! Dia hendak membunuh kalian!"     

Mendengar teriakan histeris melengking dari sosok perempuan itu, makhluk astral lainnya pun bergegas hendak kabur.     

Sayang sekali, Jovano sudah mengantisipasi ini. "Paman Wei Long!" serunya, dan segera saja naga iblis Wei Long sudah tiba di depan mereka dan mendadak saja dimensi berubah.     

"Ini! Apa ini!"     

"Aku ada di mana?"     

"Hei! Manusia pendusta! Laknat kau!"     

"Tolong jangan bunuh aku … hu hu huuu …."     

"Aku tidak pernah mencelakai manusia, tolong jangan bunuh aku, Tuan! Tolong ampuni aku! Aku hanya arwah menyedihkan begin, tak bisa apa-apa selain berteduh di rumah tadi, Tuan!"     

"Uwaaaaa! Bapak! Kami mau diapakan? Mak! Kami mau diapakan? Pulang! Aku mau pulang! Tak mau di sini! Uwaaaaa!"     

Masing-masing dari mereka mulai berteriak ketakutan karena mendadak saja sekitar mereka jadi ruang tanpa dimensi, hanya ada suasana kelabu dengan kabut tipis di sekitar mereka saja.     

Meski mereka hendak melarikan diri, namun seakan ilmu supernatural mereka tidak bisa menembus keluar dari apa yang sedang mengurung mereka sekarang.     

Alhasil, para anak jin hitam besar mulai menangis ketakutan, demikian juga istri si besar hitam yang harus sibuk menenangkan anak-anaknya meski dia sendiri juga ketakutan.     

Jovano memejamkan matanya dan tak berapa lama, dia berkata ke Shona. "Habisi dia. Dosanya terlalu banyak dan Sang Sumber sudah memberi ijin."     

Shona mengangguk dan meledakkan gelembung tadi, sehingga kepala makhluk perempuan itu juga ikut meledak. Setelahnya, Jovano mengeluarkan api iblis dia untuk mengubah tubuh sosok tadi menjadi abu.     

"K-Kau! Kau bisa mengeluarkan api iblis!" jerit si iblis kecil dengan wajah ketakutan. "Kau ini … apa?!"      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.