Devil's Fruit (21+)

Dipinjami Alam Pribadi untuk Membangun Istana Harem



Dipinjami Alam Pribadi untuk Membangun Istana Harem

0Fruit 1474: Dipinjami Alam Pribadi untuk Membangun Istana Harem     

Jovano sudah menjelaskan kepada kedua istri dan adiknya mengenai tujuan dia menjadikan Cempluk budak diberikan ke Gavin, terutama agar Serafima tidak salah paham berkepanjangan.     

Tidak hanya itu saja kebaikan Jovano pada Gavin. Dia juga meminjamkan alam pribadi dia, Alam Wadidaw, ke Gavin untuk menampung para budak Gavin di istana harem yang dibangun di sana.     

Ini karena Jovano memahami nafsu birahi Gavin sebagai incubus muda tentu saja sedang menggelora dan membakar panas jiwanya.      

Disebabkan mereka sedang dalam misi penting untuk mengumpulkan kristal jiwa milik Andrea, maka Jovano tidak memiliki kesempatan membelikan alam pribadi untuk Gavin. Dia tak mungkin mengadakan perjalanan ke Underworld untuk membeli benda mahal tersebut.     

Apalagi, alam pribadi tidak mudah ditemukan di Underworld kecuali ada lelang khusus. Oleh karena itu, Jovano berbaik hati meminjamkan alam pribadinya untuk sementara digunakan Gavin.     

Ini sudah terjadi semenjak tim Jovano selesai menjalankan misi di alam makhluk fantasi.     

Gavin bisa menyimpan beberapa peri yang dia sukai dan persetujuan dari peri itu sendiri mendiami alam pribadi sebagai budak ranjang Gavin.     

Di sana, Gavin membangun istana haremnya menggunakan kekuatan elemen kayu dia. Meski dari kayu, namun tergolong megah dan cantik.     

Sudah ada sekitar 4 budak yang ada di sana, terdiri dari 2 peri, 1 elf, dan 1 penyihir. Mereka semua memikat mata dan menyenangkan bagi Gavin.     

Yang ironis dari semua itu adalah, adanya kuburan Ivy di alam pribadi itu. Ya, Jovano memang sengaja menempatkan mayat Ivy di Alam Wadidaw dia sejak dulu karena hanya atmosfer alam itu yang bisa 'membunuh' Ivy.     

Mayat Ivy diabadikan di sebuah peti es yang tak bisa ditembus siapapun kecuali memiliki kekuatan raja iblis seperti King Zardakh karena memang peti tersebut adalah ciptaan dari kekuatan besar kakek Jovano itu.     

Maka, selain Gavin bisa bersenang-senang dengan para budak menawannya, dia sekaligus bisa menatap Ivy yang terpejam abadi di dalam peti esnya.     

Jovano sudah meminta pada Gavin untuk tidak mengutak-atik adik vampirnya di sana. Tentu saja Gavin tak berani. Dia hanya memandangi Ivy dan akan membuat perasaannya kalut sebentar untuk kemudian dihibur oleh para budaknya.     

"Gav, sekarang koleksi budakmu bertambah, bro!" Jovano menepuk bahu Gavin.     

Pemuda itu mengangguk, dari matanya terpancar rasa terima kasihnya ke sahabat dia. "Ini semua berkat kebaikan Kak Jo."     

"Santai aja, bro. Ahh, nanti kalau kita udah selesaikan misi ini, kita bisa ke Underworld, kita cari alam pribadi untuk kamu, yah!" Jovano menjanjikan itu.     

"Halah, Kak, gak usah repot-repot gitu. Nanti aku akan minta ke papaku aja, Kak!" Gavin tidak ingin terus-menerus dilimpahi kebaikan Jovano.     

Jovano tersenyum dan menepuk lagi bahu Gavin. Dia tak yakin ayah Gavin, panglima Kenzo, akan memiliki cukup uang untuk membeli sebuah alam pribadi.     

Bukannya Jovano merendahkan kemampuan finansial dari Kenzo, tapi dia tahu persis berapa kisaran harga dari sebuah alam pribadi di pelelangan Underworld.     

Harganya melebihi semua uang yang dimiliki manusia terkaya di bumi sekalipun. Dalam arti, jika semua uang di bumi dikumpulkan, itu masih belum cukup untuk membeli sebuah alam pribadi.     

Bisa dibayangkan, bukan?     

Inilah kenapa alam pribadi merupakan barang amat berharga yang hanya dimiliki segelintir iblis bangsawan, terutama bangsawan yang benar-benar kaya raya.     

Besar atau kecilnya alam pribadi beserta isinya juga mempengaruhi harganya. Alam pribadi milik Andrea dan Jovano adalah hasil King Zardakh merogoh pundi-pundi harta Beliau begitu dalam.     

Sedangkan alam pribadi yang pernah dimiliki Ivy, itu adalah hasil dari merampas alam pribadi milik seorang bangsawan iblis.      

"Nah, sekarang, misi kita di daerah ini sepertinya udah kelar, ya kan?" Jovano berkata sambil memasukkan Cempluk ke dalam alam pribadinya sebelum diserahkan kembali ke Gavin.      

Memang, yang bisa memasukkan dan mengeluarkan penghuni di sana hanya pemilik asli, yaitu Jovano. Sedangkan kenapa Gavin bisa leluasa masuk ke sana, itu adalah pengaturan dari Jovano.     

Gavin menerima alam pribadi Jovano dan mengangguk. "Aku akan berpamitan dengan pak Lurah dan penduduk desa ini."     

"Ya, memang sudah semestinya begitu, walau kau bisa menghilang begitu saja dan Om Wei menghapus ingatan semua orang yang mengenal Arvin, tapi sebaiknya secara alami saja, yah!" Jovano menyetujui rencana Gavin yang tidak akan menggunakan sihir.     

"Ya, Kak. Kasihan Om Wei jika terus dibuat capek." Gavin sambil melirik ke Wei Long yang sedang melayang santai di udara.     

Wei Long segera menoleh ke Gavin, berseru kesal, "Heh, bocah! Apa kau sedang meremehkan kekuatanku, huh?"     

Gavin menahan tawanya dan berkata, "Tidak berani, Om! Hanya ingin membiarkan Om Wei leyeh-leyeh dulu sementara waktu."     

"Huh! Sepertinya kau lebih beradab ketimbang bocah yang ini," ujar Wei Long sambil melirik tajam ke Jovano, "yang selalu menyuruh ini dan itu padaku!"     

"Wah, maafkan aku, Om Wei!" Jovano memasang tampang memelas penuh penyesalan, tapi jelas itu hanya pura-pura saja.     

"Kau ini sudah memperbudak aku dan tidak memberiku upah layak!" Wei Long melipat dua lengan kecil di depan dada dengan gaya angkuh.     

"Duh, sepertinya aku tidak pernah memberikan kristal elemen dengan patut ke Om Wei, yah! Bagaimana jika ini dulu, Om?" Jovano segera mengeluarkan sekitar belasan kristal elemen spasial yang berwarna bening tembus pandang.     

"Kristal spasial!" Mata Wei Long melotot membara akan rasa mendamba. Menggunakan ekornya, dia menyabet semua kristal di tangan Jovano. "Huh! Sudah seharusnya kau begini sejak dulu, bocah sialan!"     

"Kalau begitu, aku sudah dimaafkan, benar kan Om?" Jovano menggoda Wei Long yang mulai menyimpan kristal tadi di dimensi ciptaannya sendiri.     

"Huh! Karena kau sudah mengemis begitu dan memberiku hal baik seperti kristal spasial, anggap saja itu sudah cukup. Aku ini naga iblis yang sangat baik, kau harus tahu!" Wei Long menaikkan dagunya.     

"Tentu! Tentu saja aku tau, Om! Mana mungkin aku tidak mengetahui betapa dermawannya Om Wei." Jovano sambil menahan tawa ketika 'menjilat' Wei Long. Bagaimanapun, dia banyak mendapatkan bantuan dari naga iblis mungil itu.     

"Omong-omong, ke mana Om Ver, yah?" Shona mendadak bertanya mengenai si burung api Vermilion, Hong Wang.     

"Ahh, biarkan saja dia kelayapan tak jelas." Zivena mengibaskan tangan. "Dia memang seperti itu."     

"Oke, jadi ini kita semua sudah selesai di sini dan akan lanjut ke daerah lain, kan?" Serafima bertanya.     

"Yup! Nanti kita akan menuju ke bagian barat." Jovano menggerakkan tangannya dari kiri ke kanan di udara sehingga muncullah bentangan peta Indonesia melayang secara ajaib. "Aku ingin ke sini."      

"Pekalongan?" tanya Serafima.     

"Kenapa ke sana, Jo? Tidak ke ibukotanya saja, Semarang?" Shona bertanya.     

"Karena di sana ada pusat kerajaan dari penguasa laut utara." Jovano tersenyum. "Sepertinya tidak buruk berkunjung di sana, ya kan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.