Devil's Fruit (21+)

Tiba di Kota Batik



Tiba di Kota Batik

0Fruit 1475: Tiba di Kota Batik     

"Aku ingin ke sini." Jovano mengetuk suatu spot di peta Indonesia yang dia bentang di udara.     

"Pekalongan?" tanya Serafima.     

"Kenapa ke sana, Jo? Tidak ke ibukotanya saja, Semarang?" Shona bertanya.     

"Karena di sana ada pusat kerajaan dari penguasa laut utara." Jovano tersenyum. "Sepertinya tidak buruk berkunjung di sana, ya kan?" Seringai kecilnya muncul.     

Semua anggota timnya pun mengangguk.     

-0—00—0-     

"Untung saja kau berhasil membujuk pak Lurah agar tidak terlalu sedih ketika kita pamit pergi dari desa itu." Serafima menatap suami di sampingnya ketika mereka dalam perjalanan ke Pekalongan menggunakan kereta api.     

Jovano sengaja ingin memakai alat transportasi itu agar istri pertamanya bisa merasakan seperti apa naik kereta. Shona dan yang lainnya tentu tidak asing dengan kereta karena mereka sebelumnya tinggal di Jepang yang memiliki banyak kereta.     

Sedangkan Serafima, dia baru saja mengalami perjalanan keluar dari alam Antediluvian, alam khusus kaum nephilim, sehingga dia belum paham beberapa hal yang ada di bumi.     

Sementara itu, di kursi belakang Jovano ada Shona yang duduk bersama Zivena, mereka masing-masing sibuk dengan ponselnya.     

Sedangkan Gavin, dia masih berada di Alam Wadidaw milik Jovano yang dipinjamkan kepadanya. Di sana, dia ingin mengunjungi para selirnya, termasuk selir barunya, Cempluk.     

Sepertinya Gavin akan ada di sana untuk beberapa hari. Jovano tidak keberatan. Toh, keberhasilan mereka menyembuhkan Ferdi dan memusnahkan pengaruh siluman pengambil jiwa manusia seperti Cempluk juga dikarenakan jasa Gavin.     

Anggap saja Jovano sedang memberikan cuti panjang pada Gavin.     

.     

.     

Mereka berempat tiba di stasiun kereta kota Pekalongan sudah cukup malam. Segera saja mereka mencari hotel yang baik.     

Setelah bertanya-tanya pada penduduk setempat, mereka menemukan sebuah hotel yang cukup jauh dari stasiun, tapi itu tidak masalah.     

Menggunakan Taksi Kota Batik yang banyak ditemukan di stasiun tersebut, Jovano dan 3 lainnya masuk ke mobil jenis SUV itu. Cukup membuat lega karena Jovano mengira akan mendapatkan taksi berjenis mobil sedan yang akan cukup sempit untuk membawa 4 orang.     

Untung saja ternyata taksi resmi kota Pekalongan ini menggunakan mobil yang bisa memuat keluarga dengan nyaman.     

Taksi mengantar tim Jovano ke sebuah hotel butik yang dekat dengan alun-alun kota dan bangunannya bernuansa etnik tradisional seperti rumah jaman dulu.     

"Hm, tidak buruk hotelnya." Jovano menatap bagian depan hotel yang langsung mencerminkan rumah kuno namun berpadu dengan nuansa modern di sekitarnya, menjadikan itu terasa unik.     

"Wah, hotelnya cantik, yah!" Shona terkesan dengan bangunan hotel yang memadukan kuno dengan modern.      

"Semoga ada kamar untuk 3 orang." Serafima hanya mengatakan itu.     

"Aku butuh kamar yang bersih dan tenang." Zivena lain lagi.     

"Ayo!" Jovano mengajak 3 perempuan itu masuk ke dalam bangunan hotel, ke lobi utama yang memang lebih kental nuansa kunonya dengan interior seperti di masa lampau.     

"Wah, bangunan aslinya sudah berusia sekitar 90 tahun lebih! Hampir satu abad!" Shona membaca keterangan mengenai hotel tersebut di salah satu potret di tembok dekat meja resepsionis sementara suaminya sedang mengurus pemesanan kamar.     

"Ada butik batik juga di sana." Zivena menunjuk ke sebuah ruangan.     

"Nanti kita harus mampir, yah! Kata mama Andrea, batik merupakan kain khas Indonesia yang terkenal di dunia." Shona menjawab adik iparnya. Zivena mengangguk.     

Sementara itu, Serafima karena tidak paham dengan apapun yang dibicarakan dua perempuan lainnya, dia menyusul Jovano yang sedang memilih kamar di meja resepsionis.     

Tak berapa lama kemudian, mereka sudah mendapatkan kamar. 2 kamar, yaitu Deluxe Balcony yang menyediakan double king bed.     

"Kak Sho, kalau Kak Jo sibuk melulu dengan si rambut merah, kakak bisa datang ke kamarku, kok!" goda Zivena saat mereka berjalan ke kamar diantar seorang room boy.     

Shona terkekeh dan mencubit kecil pipi Zivena.     

Sedangkan Jovano mengacak puncak kepala adiknya. "Jangan harap kamu ditemani salah satu kakak iparmu nanti, karena Kak Jo kamu ini akan membuat mereka sibuk!"     

"Jo, isshh!" Shona menepuk lengan suaminya dengan rona di wajahnya karena malu. Kulit wajah putih bersih Shona kentara jelas ketika dia sedang merona.     

Sementara itu, room boy yang berjalan di depan mereka, keheranan dengan percakapan tamu di belakangnya. Kenapa kesannya 2 dari wanita muda di belakang dia ini merupakan pasangan pemuda itu? Benarkah?      

Pemuda itu memiliki 2 istri? Ya ampun, si room boy hanya bisa diam sambil menahan diri untuk tidak menoleh demi ingin melihat lagi pasangan unik itu.     

Pemuda berwajah bule dengan 2 istri bule pula? Baru kali ini dia mengetahui bahwa bule juga bisa melakukan poligami dan semuanya terlihat rukun.     

Sungguh unik! Dia akan menceritakan itu ke rekan kerjanya nanti hanya sebagai luapan keheranan dia. Bule yang berpoligami! Karena biasanya, yang melakukan demikian hanyalah orang-orang berwajah Timur Tengah dan Asia Tenggara.     

Setelah semua orang mendapatkan kamarnya masing-masing. Room boy itu benar-benar melihat salah satu kamar mahal di sana sungguh dimasuki pemuda dengan 2 wanita yang bersamanya!     

Selesai mengantar Jovano dan 2 istrinya di kamar Deluxe Balcony, kini dia beralih ke kamar serupa untuk mengantar Zivena. Cukup heran juga dia kenapa gadis remaja ini dipesankan kamar sebesar ini hanya untuk seorang diri saja.     

Tapi, karena dia hanya bertugas mengantar tamu ke kamarnya, maka room boy ini diam saja dan menjelaskan singkat mengenai beberapa hal kepada Zivena sebelum pergi dari sana.     

Pada malam harinya, Jovano memang sibuk dengan kedua istrinya di kamar yang tentu saja sudah dia lingkupi dengan array penghalang agar suara aktif mereka tidak sampai terdengar penghuni kamar sebelah.     

Sementara itu di kamarnya, Zivena memilih untuk berdiam diri sembari menelaah kekuatan baru dia yang belum begitu dia kuasai.     

Namun, dikala Zivena sedang asyik sendiri itu, tiba-tiba saja muncul sosok astral yang tidak dia harapkan.     

Mata Zivena menatap galak ke sosok tersebut. Itu berwujud perempuan dengan penampilan kacau dan lumayan menyeramkan.      

"Mau apa kau!" tegas Zivena pada sosok yang baru saja masuk ke kamarnya melalui jendela luar.     

"Hah! Kau bisa melihatku?" Si astral menyeringai sampai mulutnya melebar dari ujung telinga ke telinga satunya, memperlihatkan gigi bertaringnya ketika matanya yang seperti tidak memiliki kelopak itu melotot merah ke Zivena.     

Zivena memutar bola matanya dengan jengah. Dia memang sedang menyembunyikan aura supernatural dia sehingga bagi astral yang bertemu dia, Zivena hanya seperti anak indigo saja. "Jangankan bisa melihatmu, jelek! Aku bahkan bisa memusnahkanmu!"     

"Ha ha ha!" Makhluk astral menyeramkan berwujud wanita itu tertawa melengking mendengar ucapan Zivena. "Benarkah demikian?"     

Baru saja makhluk astral itu selesai bicara, mendadak saja Zivena sudah melesat ke arah makhluk itu dan mencengkeram leher si astral yang mulai ketakutan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.