Devil's Fruit (21+)

Melawan Bos Jin Warung Soto



Melawan Bos Jin Warung Soto

0Fruit 1480: Melawan Bos Jin Warung Soto     

Satu 'hantu permen' yang ditemui tim Jovano di sebuah warung soto tauto yang cukup ternama di kota itu mendapatkan ludah api iblis pada wajah dan matanya.     

Sedangkan hantu permen lainnya lagi diberi ucapan pedas Zivena yang mengikis mental si hantu.     

Kedua 'hantu permen' yang sebenarnya penyamaran dari jin itupun segera kabur ke belakang.      

Sementara itu, pemilik warung menyaksikan semua adegan tadi. Segera saja pemilik warung paham bahwa Jovano dan kelompoknya pasti anak indigo yang memiliki kekuatan untuk mengusir makhluk astral.     

Maka, tak heran ketika Jovano dan kelompoknya sudah menyelesaikan seluruh hidangan dan minuman, pemilik warung secara pribadi menemui mereka di mejanya.      

"Anu, Mister dan Madam sekalian … ini … itu … makanan dan minumannya gratis untuk kalian."  Pemilik warung berkata dengan nada pelan agar tidak didengar yang lain.     

Serafima dan yang lainnya menatap heran ke pemilik warung, tapi Jovano tidak. Dia paham makna ucapan pemilik warung tersebut.      

"Kami akan membayar soto enak ini, Pak!" kata Jovano tanpa ingin mengambil keuntungan.     

"Ti-Tidak usah, Mister! Semuanya gratis, kok!" Pemilik warung bersikeras.     

"Kenapa begitu?" tanya Serafima tak tahan.     

"Err … anu … kalian kebetulan menjadi pembeli ke-100 minggu ini! Nah, makanya, kalian mendapatkan fasilitas gratis dari kami!" Pemilik warung tidak kekurangan akal.     

Lekas saja Jovano memberi isyarat pada pemilik warung agar merunduk mendekat ke dirinya.      

Ketika pemilik warung merunduk sesuai kode jari Jovano, pemuda blasteran itu bertutur, "Makanya, Pak, jangan lagi pakai hal begituan untuk penglaris warung Bapak."     

Usai mendengar itu dari Jovano, pemilik warung segera menegakkan tubuhnya dengan sikap canggung. "Itu …."     

"Pak, warung soto Bapak ini sudah bagus dan makanannya juga enak tanpa perlu begituan." Jovano melanjutkan dengan nada pelan untuk menghormati si bapak pemilik warung agar tidak didengar orang di dekatnya.     

Bayangkan jika pembicaraan mereka ini terdengar pengunjung lain, akan seperti apa nanti warung ini nasibnya? Bisa-bisa sepi mendadak.     

Setelah mengatakan apa yang ingin dikatakan, Jovano mengajak kelompoknya untuk pergi dari sana sembari memberikan 2 lembar uang merah ke pemilik warung. "Ambil saja sisanya, Pak. Ingat pesan saya tadi kalau tak ingin Bapak kenapa-kenapa."     

Keempat bule itu keluar dari warung, namun rupanya ada yang belum bisa menerima apa yang terjadi.     

"Diam di sana kalian, manusia bangsat!" seru sosok besar berbulu cokelat lusuh bagaikan monster jelek dengan lendir terus menetes jatuh dari ujung mulutnya.      

Mata makhluk astral itu memerah dan menyala ketika menatap kelompok Jovano yang sudah hendak masuk ke dalam mobil.     

Jovano menoleh ke belakang untuk membalas tatapan makhluk yang menyeru padanya. Ketiga lainnya ikut menoleh ke belakang. Makhluk besar itu sudah ada di atap warung, seakan warung itu memiliki 2 lantai karena saking besarnya makhluk itu seukuran warung.      

Menggunakan bahasa astral, Jovano menyahut, "Ohh, akhirnya kau muncul juga. Kenapa? Anak buah cengengmu mengadu padamu?"     

Sementara itu, Pak Aan mulai membuka pintu mobil, tapi Beliau heran melihat para tamu bulenya malah seperti mematung sambil menatap ke arah atap warung.     

Ada apa di sana? Pak Aan sampai ikut menoleh ke atap, tapi tentu saja mata manusia biasanya tidak akan menemukan apa-apa, hanya merasa sedikit mendung di langit.      

Ohh, mungkin para tamu bulenya ini sedang menatap mendung. Memangnya di luar negeri tidak ada mendung? Pak Aan hanya bisa terheran-heran di tempatnya.      

"Pak Jo, Nyonya dan Nona, ayo masuk!" Pak Aan terpaksa mengajak.     

Jovano dan lainnya tersadar dan mengalihkan pandangan bersamaan ke Pak Aan.     

"Ahh, ya Pak. Ayo!" Jovano mengajak kelompoknya masuk ke mobil. Dia sendiri duduk di depan bersama Pak Aan seperti sebelumnya.     

Kemudian, setelah mobil mulai meluncur meninggalkan warung soto itu, Jovano sesekali menanggapi ucapan Pak Aan, namun selebihnya dia diam, banyak diam.     

Pak Aan merasa tamunya agak pendiam saat ini, tapi biarlah, orang tidak mungkin harus talk-active terus, kan? Akhirnya, Pak Aan pun memilih diam setelah tahu dia harus mengembalikan tamu bulenya ini ke hotel.     

Tapi, mendadak, Jovano mengganti destinasi. "Bawa kami ke daerah terbuka, Pak!"     

"Ehh? Daerah terbuka?" Pak Aan tidak jadi berbelok ke arah jalan yang menuju hotel. "Ke alun-alun kota, mau?" tawar Beliau.     

"Boleh." Kepala Jovano mengangguk.     

Setelah mobil tiba di alun-alun kota, Jovano mengajak kelompoknya ke area yang agak sepi untuk duduk bersama. Kemudian, mereka yang di mata manusia biasa sedang duduk bersantai saja, sebenarnya setengah dari jiwa mereka keluar untuk mendatangi makhluk besar di atap warung soto tadi.      

Rupanya Jovano sejak tadi sudah melepas setengah jiwanya ke sana, dan kini 3 perempuan yang bersamanya mengikuti dia.     

Sejak tadi, jiwa Jovano sudah menghadapi makhluk besar tadi.      

Ketika setengah jiwa ketiga orang kelompok Jovano bergabung dengan Jovano, mereka melihat saat ini Jovano sedang bertarung dengan makhluk itu.      

Jovano sedang mengayunkan tangannya sehingga muncul derak petir ungu kehitaman muncul dari udara tipis di hadapan si makhluk astral besar itu.      

Muncul bunyi dentuman keras dari petir Jovano saat itu menghantam tubuh astral besar tersebut.     

Namun, ternyata itu hanya membuat si makhluk besar itu terdorong mundur tanpa ada tanda-tanda dia terluka. Sepertinya si astral memiliki kekuatan defensive yang baik.      

Melihat 3 perempuan pendamping Jovano datang, makhluk besar itu mengira dia akan dikeroyok. Padahal, kalau dia bisa jujur, menghadapi Jovano saja sudah kepayahan begini, apalagi ditambah 3 lainnya.     

Maka, si makhluk astral besar segera memanggil 3 anak buah yang dia anggap kuat untuk menghadapi Shona, Serafima, dan Zivena. Sehingga, dia bisa lebih fokus melawan Jovano.     

Walau tidak terluka, namun si astral besar tetap saja mundur beberapa langkah di udara sembari memuntahkan sedikit darah hijau kehitaman. Matanya tajam menatap Jovano, tidak mengira manusia seperti Jovano mampu melawan dia dan menyudutkannya cukup banyak.     

Namun, Jovano tidak ingin berhenti begitu saja meski lawannya sudah memuntahkan darah jinnya. Jovano tentu paham bahwa makhluk itu hanyalah golongan jin belaka, maka dari itu, dia ingin melawan dengan level yang sama dengan makhluk tersebut, tidak ingin langsung memakai kekuatan iblisnya.      

Apakah Jovano sedang ingin bermain-main saja?     

Kini, gelombang petir ungu kehitaman bermunculan dari tangan Jovano dan juga muncul di sekitar makhluk astral besar tersebut, segera melesat cepat mengurung tubuh jin besar dari berbagai sisi agar si jin tidak bisa melarikan diri. Bahkan penjara petir juga muncul dari atas dan bawah.     

Ini benar-benar menimbulkan kepanikan makhluk jin besar itu.     

Hal itu mengakibatkan Jovano makin bersemangat. Dia benci jin-jin yang mencelakai manusia, maka sekarang dia perlu menghukum jin di depannya itu.     

Jovano kian berkobar ingin memberikan serangan pada lawannya yang mulai terlihat lemah dan sudah terluka dalam, dia meyakini itu. Dia menerjang maju hendak memunculkan telapak tangannya yang berselimutkan petir ungu kehitaman pada jin tadi.     

Namun, sesuatu yang mengejutkan datang secara tiba-tiba tanpa peringatan. Apa itu? Siapa?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.