Devil's Fruit (21+)

Memberi Pelajaran di Warung Soto Tauto



Memberi Pelajaran di Warung Soto Tauto

0Fruit 1479: Memberi Pelajaran di  Warung Soto Tauto     

"Apa itu akun instagramm?" tanya Serafima ketika Shona menyebut mengenai salah satu akun media sosial dia.     

Shona menjelaskan dengan cepat sembari memperlihatkan ponsel dia ke Serafima.     

"Ugh! Aku juga mau punya beginian! Jo, buatkan aku yang seperti ini!" Sepertinya Serafima tidak ingin kalah dengan apa dimiliki Shona, sekaligus dia juga ingin lebih memahami penduduk bumi dan apa saja kegiatannya.      

"Ya, ya, nanti aku buatkan." Jovano seperti biasa, bersikap sabar, terutama pada Serafima.     

Kembali ke mobil, Pak Aan merekomendasikan mereka makan di salah satu warung soto tauto yang terkenal di kota itu.     

"Wah, boleh juga! Aku sudah lama ingin mencicipi makanan yang kata mom sangat enak dan hanya paling enak kalau dibuat orang Pekalongan asli." Jovano teringat akan ucapan ibunya mengenai soto tauto.     

Lantas, mobil membawa mereka ke bagian lain kota Pekalongan dan berhenti di sebuah warung yang cukup besar dan laris pengunjung.      

"Apakah ini soto tauto paling enak dan ternama di sini?" tanya Jovano ke Pak Aan.     

"Tidak, sih Pak Jo. Masih ada 3 lainnya di sini, tapi menurut saya, ini paling enak, he he he …." Pak Aan ternyata memasukkan selera Beliau sebagai rekomendasi kepada tamunya.     

Jovano dan yang lainnya memandang bangunan itu dan terdiam di depan pintu warung saja.     

"Pak Jo, tidak masuk? Ayo, masuk saja, tak apa, Pak Jo! Itu mumpung ada 1 meja kosong, loh! Di sini jarang ada meja kosong terlalu lama, apalagi di jam makan siang begini!" Pak Aan menyemangati turis yang dia bawa.     

Kehadiran Jovano dan kelompoknya meski masih berdiri di depan warungnya saja sudah membuat banyak orang menoleh ke mereka. Bagaimana mungkin itu tidak terjadi karena rambut 3 perempuan yang bersama Jovano begitu mencolok: oranye terang, blonde perak, dan blonde emas.     

Jovano dan 3 perempuan lainnya saling berpandangan, lalu Jovano mengangguk dan melangkah lebih dulu masuk ke dalam warung yang sebenarnya ini tak bisa disebut warung jika bagunannya lebih mirip seperti rumah makan.     

Pengunjung di sana terus menatap ke kelompok Jovano dan beberapa terus menatap lekat pada Serafima dan Shona yang sangat cantik memikat mata. Lalu ada Zivena yang masih belia dan terlihat menggemaskan.     

Sementara itu, pengunjung wanita berbisik dengan kawannya mengenai Jovano yang dipandang tampan menggiurkan.     

Keempat orang itu memang membuat siapapun terpesona dikarenakan fitur tubuh dan wajah mereka yang di atas rata-rata.      

Jovano dan yang lainnya memang mendapatkan meja kosong yang bisa memuat 4 orang, persis dengan jumlah mereka. Sementara itu, Pak Aan tidak ikut masuk, menunggu di mobil meski Jovano sudah menawarkan ikut makan, tapi Beliau menolak untuk kesopanan tugas. Tapi Pak Aan sudah memberitahu ke pihak pelayan warung bahwa Jovano dan lainnya bisa berbahasa Indonesia.     

Begitu Jovano dan 3 lainnya duduk, pelayan segera datang untuk membersihkan meja yang baru saja dipakai orang lain, sambil bertanya, "Sotonya tauto atau bening? Ayam atau kebo? Pake nasi? Pake mie? Jeroan?"     

Jovano agak bingung dengan itu. Maka, dia bertanya, "Apakah selain soto ada?"     

Pelayan itu melongo sejenak sebelum menjawab, "Tentu saja tidak ada selain soto, Mister."      

"Ya sudah, kalau begitu … pesan paket komplit saja." Jovano merasa lebih baik pesan semuanya saja agar mengetahui rasa otentik dari makanan di sini.      

"Ayam atau kebo untuk dagingnya, Mister?" tanya si pelayan.     

"Kalian ingin ayam atau kerbau?" Jovano bertanya ke 3 lainnya.     

"Ayam."     

"Kerbau."     

"Kerbau."     

Akhirnya, diputuskan bahwa soto tauto ayam 1 dan tauto kerbau 3.     

"Minumnya, Mister?" Pelayan masih bertanya. "Es teh, teh anget, atau es jeruk atau jeruk anget?"     

"Es teh." Semua sepakat menjawab itu. Pelayan mengangguk dan pergi dari sana.      

Jovano mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan itu, demikian juga Zivena.      

Sedangkan Shona sedang mengajari Serafima yang baru saja dibuatkan akun instagramm oleh Shona.      

Jovano saling pandang dengan adiknya. Mereka seperti sedang melakukan telepati.     

Kemudian, soto untuk mereka berempat sudah mulai dibawakan pelayan secara bergiliran, juga dengan minumannya. Setelahnya, pelayan lekas pergi dari sana.     

Jovano mengambil sendok dan garpu yang tersedia di depannya. Shona menyimpan ponselnya dan Serafima mulai melihat ke makanannya. Zivena mengambil plastik kecil berisi usus ayam goreng, sepertinya itu pelengkap untuk soto ini.     

"Ini makannya nasi yang masuk ke sotonya atau soto ditaruh ke nasi?" tanya Serafima saat melihat dua jenis makanan di depannya.     

"Sesuka kamu, sayank. Semuanya sama saja sah dan sama nikmatnya, kok!" Jovano tersenyum.      

"Ohh, oke kalau begitu." Serafima ikut mengambil sendok dan garpu seperti suaminya. Dia belum tahu bagaimana cara memakan soto tauto ini, makanya menunggu suaminya dulu. Dia percaya Jovano paling tahu segalanya dibandingkan yang lainnya.      

"Zizi, punya kamu ayam, yah?" tanya Shona sambil menatap soto bagian Zivena.     

"Iya, Kak Sho. Aku agak geli kalau makan kerbau. Tidak biasa. Kalau tidak ayam yah sapi." Zivena mengangguk sembari menjawab.     

Ketika mereka semua bersiap menyantap soto mereka masing-masing, mendadak, keempat orang itu menghentikan tangan mereka meski kepala sudah merunduk.      

Orang mungkin tidak memperhatikan kenapa mereka bertingkah seperti itu, berbarengan pula.      

Orang juga tidak mungkin tahu ataupun mendengar ketika Jovano berikan desisan rendah, mengatakan, "Berani meludahi makanan kami, maka jangan harap kau punya tubuh utuh setelah ini."     

Segera saja, mendengar desisan rendah dan nyaris tidak terdengar dari Jovano itu, 2 makhluk yang tadinya sudah mendekat, segera membeku kaget di tempat mereka.     

Kemudian, salah satu dari mereka merunduk menyamping untuk melongok ke wajah Jovano, sekedar memberikan dominasi dan rasa takut untuk Jovano.     

Namun, bukannya rasa takut dari Jovano yang makhluk itu dapatkan, justru dia mendapatkan dari Jovano seperti, "Fuuhh!"     

Makhluk itu segera mundur sambil menjerit dan melompat-lompat kesakitan.     

"Muka jelekmu itu … apa kau tidak pernah berkaca? Tak tau ada hal bernama skin care? Muka menjijikkan seperti itu kau banggakan? Mau aku lumerkan saja muka tak bergunamu itu?" Zivena berkata lirih dengan nada rendah ketika makhluk sejenis tadi ikut merunduk menatap wajahnya.     

Makhluk itu segera saja mundur, melayang ke belakang usai mendengar ucapan Zivena, lalu menghilang bersama rekannya yang kesakitan di bagian wajahnya.     

"Aku bingung, kenapa di negara ini begitu banyak astral jenis begitu yang kita temui sepanjang misi," keluh Serafima sambil memulai suapannya.      

"Mereka seperti permen. Punya ikatan di atas dan bawah, hi hi!" Shona menimpali. "Sepertinya itu memang astral khas negara ini."     

"Astral endemic negara ini, yah! Ha ha …." Jovano tergelak santai dan berkata, "Ayo, sekarang aman makanan ini dari liur mereka yang menjijikkan."     

"Mereka hanya jin tolol." Zivena akhirnya bisa memulai makan juga setelah dia berhasil mengusir makhluk astral tadi.     

Rupanya, yang membuat Jovano dan timnya mematung di depan warung tadi karena mereka melihat ada banyak 'hantu permen' di dalam warung dan mereka bergerak mendekat ke pengunjung untuk meludahi makanan pengunjung.     

Tapi, Jovano akhirnya meyakinkan timnya untuk tetap masuk dan hadapi saja para jin jahat itu. Dia sekaligus ingin memberi pelajaran pada jin-jin itu, salah satunya dengan meludahi mata jin yang mendekat ke dia menggunakan ludah api iblis. Tak heran jika jin tadi berteriak kesakitan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.