Devil's Fruit (21+)

Ternyata Ligord Adalah ....



Ternyata Ligord Adalah ....

0Fruit 1483: Ternyata Ligord Adalah ....     

Saat Zivena sudah meyakini dirinya tamat, mendadak saja muncul kilatan cahaya putih keperakan yang menyilaukan di depan Zivena, menahan serangan Ligord.     

"Janganlah kau berlebihan atau Tuanmu akan murka padamu." Terdengar suara Nafael ketika dia menangkap tangan raksasa Ligord di udara dengan mudahnya.      

Besarnya tubuh Ligord bisa ditandingi Nafael. Bahkan sayap mereka berdua saja bisa menutupi langit sehingga di kota terkesan mendung dikarenakan sinar matahari tertutupi awan.     

Andaikan manusia bisa melihat bahwa bukan awan yang menutupi sinar matahari melainkan ….     

Melihat bahwa ada malaikat agung yang menahan serangannya dan melindungi Zivena, tentu saja Ligord terkesiap kaget. Dia tidak mengira bahwa cucu adiknya dibela sosok malaikat agung.     

Mungkin Ligord belum tahu bahwa Zivena memiliki kekuatan malaikat meski hanya kecil saja. Wajar saja, karena dia tidak begitu dekat dengan King Zardakh.     

Ligord langsung mengukur kekuatan dia dengan Nafael dan segera menemukan bahwa dia masih kalah dari si malaikat. "Aku hanya ingin mengambil hakku!" Dia mencoba memberikan alasan dengan maksud membuat Nafael menyingkir.     

Yang dia ketahui, malaikat biasanya tidak akan ikut campur urusan makhluk lain sekacau apapun situasi kecuali Sang Sumber sendiri yang memerintahkannya.     

Dan dalam situasi ini, Ligord tidak yakin Sang Sumber berada di pihak Zivena. Hei! Bocah itu cucunya Zardakh, adiknya! Sedangkan Zardakh itu iblis! Tidak mungkin sosok seperti Zivena dipandang banyak di mata malaikat maupun Sang Sumber.     

"Hakmu apanya? Hak pantatmu, heh?" Zivena sudah tidak tahan dan berteriak sengit ke Ligord. Mengabaikan wajah gusar Ligord, dia melanjutkan, "Aku bertindak sesuai dengan hati nuraniku dan hati nuraniku berkata kalau para jin tadi sudah sepatutnya dimusnahkan! Lalu kenapa kau malah yang repot? Apakah kau ingin ikut dihukum Sang Sumber?"     

Wajah gelap Ligord semakin menggelap akibat ucapan lugas Zivena  yang tidak disaring sedikitpun. "Bocah, kamu—"     

"Hentikan, Iblis, dan jangan lagi menyentuh anak ini. Dia mendapatkan berkat kasih sayang dari Tuanku Agung." Nafael bertutur sambil berdiri gagah di depan Zivena  demi menghalangi Ligord bisa mengambil kesempatan.     

"Kenapa kalian para malaikat selalu saja semena-mena?" Ligord seolah sedang melayangkan protesnya.     

Sementara itu, King Zardakh dan Jovano kembali di sisi Zivena dan kedua istri Jovano. Mereka berkumpul menjadi satu kelompok di belakang Nafael.     

"Kami menjalankan perintah Tuan Agung, maka dari itu, sebaiknya kau tidak berlebihan dalam tindakanmu agar tidak membangkitkan murka Tuanku." Nafael tidak terlalu mengambil hati ucapan Ligord.     

Karena memandang Zivena sudah diberi perlindungan oleh malaikat agung macam Nafael, entah apakah benar Sang Sumber yang mengutus Nafael, akhirnya Ligord pun mendengus dan menghilang menjadi asap di udara kosong.      

Seperti yang diketahui Ligord, malaikat biasanya hanya akan bertindak atas perintah Sang Sumber. Namun, benarkah Nafael diutus oleh Sang Sumber untuk menjaga Zivena? Bukan kehendak pribadi Nafael?     

Karena, ada juga kelompok malaikat yang menggunakan kehendak pribadi mereka dan mengabaikan izin Sang Sumber.     

Tapi, daripada bertaruh terlalu banyak, Ligord memutuskan pergi.     

Setelah kakak King Zardakh pergi kembali ke Underworld, raja iblis itu menghela napas lega. "Fyuuhh! Untung saja dia bersedia mundur."     

Zivena menatap ketus pada kakeknya dan berkata, "Kau ini! Apanya yang raja iblis, huh? Kau seperti ayam sayur di depan kakakmu!"     

"Zizi …." Jovano baru saja selesai menyembuhkan luka dalamnya dari serangan Ligord tadi menggunakan pil buatan ibunya di cincin ruang Ring-go. Dia ingin menghentikan sang adik dari lidah tajamnya.     

"Haiihh … Zizi, aku memang raja iblis, tapi dia kaisar iblis!" Akhirnya terungkap sudah alasan kenapa King Zardakh begitu gentar pada Ligord tadi. Bahkan, dia tidak bisa menandingin kekuatan Ligord meski si kakak hanya mengibas santai tangannya saja.     

"Rupanya dia kaisar iblis!" Jovano setengah memekik kaget. "Pantas saja kekuatannya begitu menekan aku, sampai-sampai aku seperti tercekik waktu dia mengeluarkan energinya!" Dia merasa dirinya sangat beruntung masih bisa bernapas detik ini jika mengingat sebesar apa kekuatan Ligord tadi. Sungguh mengerikan.     

"Sepertinya ada banyak tingkatan di hirarki Underworld," ucap Serafima setelah menelaah semua kejadian di depan matanya. Suami dia sampai terpental semenyedihkan itu … pasti kekuatan Ligord benar-benar tidak bukan sekedar main-main belaka levelnya.     

"Benar." King Zardakh mengangguk pada cucu menantunya dan melanjutkan, "Di tingkat tertinggi ada Lord satu-satunya, yaitu Yang Termulia Satan. Lalu di bawahnya ada para pangeran iblis seperti Yang Mulia Lucifer dan lainnya. Lalu di bawahnya lagi ada kaisar iblis seperti Ligord tadi dan di bawah itu ada levelku, raja iblis, dan kemudian para bangsawan iblis dan seterusnya." Dia tidak ingin terlalu banyak menjelaskan, cukup yang penting saja.     

Nafael kemudian berkata, "Kalian sudah aman sekarang. Aku akan kembali ke Tuanku. Tugasku di sini sudah selesai."     

"Tunggu dulu, Kak Nafael!" seru Jovano sebelum Nafael pergi menghilang di balik awan seperti biasanya. "Terima kasih banyak, yah Kak! Lagi-lagi kau menyelamatkan kami." Lalu dia meringis tanpa mengurangi rasa hormat dia kepada Nafael.     

"Aku hanya menjalankan tugas saja." Nafael menjawab Jovano, lantas menoleh ke Zivena, berkata, "Kau mendapat sorot istimewa dari Tuanku."     

Kemudian, Nafael menyentuhkan ujung telunjuk raksasa dia pada dahi Zivena. Itu sungguh kontras terlihatnya. Jari raksasa menempel pada dahi gadis remaja.     

Segera, Zivena merasakan adanya sesuatu yang terasa hangat namun sejuk hingga susah dijabarkan masuk ke dalam dahinya. Setelah itu, Nafael menarik jarinya lagi.      

"Apa itu tadi?" tanya Zivena setelah Nafael melakukan hal tadi.     

"Itu adalah tanda istimewa yang diberikan Tuanku padamu. Jika kau dalam bahaya, kau bisa fokus pada tanda itu sambil memohon Tuanku untuk menyelamatkanmu."     

"Hmph! Kurasa aku tidak perlu itu." Zivena melengos ke arah lain dengan wajah angkuhnya.     

"Terserah kau saja. Aku hanya melaksanakan perintah." Nafael tidak mengambil pusing ucapan Zivena.     

"Ya, ya, ya, dasar kau ini orang tak punya pendirian, tak punya keinginan. Sungguh membosankan." Mendadak saja Zivena berkata macam itu membuat kakaknya segera menegur halus dia.     

"Aku adalah milik Tuanku dan kepada dialah aku bekerja. Selamat tinggal." Nafael mulai terbang, mengepakkan sayap besarnya. Sebelum dia naik ke angkasa, dia masih sempat melirik singkat ke arah King Zardakh.     

Sepeninggal Nafael, akhirnya keadaan kembali tenang dan nyaman.     

"Kalau begitu, Opa kembali dulu, yah!" King Zardakh pamit.     

"Opa, kau tidak akan kenapa-kenapa, kan?" Jovano mengkhawatirkan kakeknya.     

"Memangnya apa yang bisa terjadi padaku? Ha ha ha!" Meski berkata sombong begitu, King Zardakh tetaplah merasa haru atas perhatian cucu kesayangannya ini.     

"Yah, siapa tau nanti si kancut Ligord itu mencari masalah ke Opa hanya gara-gara gak bisa recokin kami." Jovano mengungkapkan kecemasannya tanpa ragu.     

"Ah, tenang saja, dia mana berani bertindak ke Opa setelah tau kalau kalian dilindungi malaikat level atas begitu, he he he … santai saja. Nah, Opa pergi dulu, yah! Jaga diri kalian baik-baik dan jauhi masalah yang tidak perlu, mengerti?"     

Belum sempat Jovano dan lainnya menyahut, King Zardakh sudah menghilang dari hadapan mereka.     

"Huft, opa buru-buru, pasti sudah ditunggu cem-cemannya." Jovano sepertinya paling memahami sang kakek.     

"Kita kembali ke tubuh kita, yuk!" ajak Shona.     

Mereka mengangguk setuju dan memang masuk kembali ke raga mereka, menyatukan jiwa yang masih tersisa di sana.     

"Haahh … ayo kembali ke hotel!" Jovano melihat langit dan sudah mulai berwarna jingga. "Kasihan Pak Aan sudah lama menunggu pastinya."     

Kelompok itupun berjalan kembali ke mobil yang memang sudah menunggu.     

Tanpa mereka ketahui, dari balik pohon beringin raksasa di alun-alun tersebut, ada mata seseorang yang terus menatap Jovano dan kelompoknya.      

Siapa? Lawan atau kawan?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.