Devil's Fruit (21+)

Kekuatan Baru yang ... Ah, Sudahlah!



Kekuatan Baru yang ... Ah, Sudahlah!

0Fruit 1484: Kekuatan Baru yang ... Ah, Sudahlah!     

Jovano dan kelompoknya kembali ke hotel mereka yang kini sudah nyaman tanpa ada gangguan astral apapun. Yah, setidaknya untuk saat ini.     

"Malam ini kita lebih baik rehat saja dulu, ya!" Jovano memberikan perintah sebagai kepala tim.     

Semua anggota mengangguk patuh. Zivena segera kembali ke kamarnya dan Jovano mengajak kedua istrinya masuk ke kamar mereka sendiri.     

Malam itu, di kamarnya, Zivena kembali menelaah mengenai kekuatan baru dia. Itu adalah kekuatan yang dia dapatkan baru-baru ini namun belum terlalu dia kuasai.     

Dia buka tapak tangannya dan dari sana muncul percikan listrik seperti petir. Namun, Zivena yakin itu bukan petir. Dia meyakini ini adalah listrik, benar-benar listrik murni.     

Apakah ini berbahaya? Apakah ini justru menguntungkan dirinya karena mendapatkan kekuatan baru?     

Dia belum berani menggunakan kekuatan ini karena tak tahu apa efeknya pada orang lain dan terutama pada dirinya sendiri.     

Mungkin nanti jika dia memiliki waktu luang, dia akan melatih kekuatan barunya ini agar bisa dia manfaatkan untuk mempercepat tugas dari malaikat.     

Mengingat itu, membuat Zivena mau tak mau mengingat muka datar Nafael.      

"Huh! Orang menyebalkan muka tembok isi kulkas!" Tanpa bisa dicegah, dia malah mengomel sendiri tentang Nafael.     

Tak ingin lebih memperpanjang ingatannya mengenai Nafael, Zivena memilih untuk menjajal kekuatannya.     

Pada apa enaknya?     

Kalau ke listrik di kamarnya, bagaimana nanti jika dia tidak bisa mengontrol dan malah akan meledakkan hotelnya?      

Tidak boleh! Itu tidak boleh terjadi!     

Maka, ketika mata Zivena tertuju tak sengaja pada ponselnya, dia pun meraih ponsel itu. Akan dia jajal kekuatan listriknya pada benda satu ini. Kalaupun meledak, dia tidak merasa bersalah. Paling-paling hanya perlu membeli ponsel baru.     

Baiklah. Ayo coba!     

Dengan memegang ponsel di tangan kiri, tangan kanan Zivena diarahkan ke ponsel tersebut.     

Tapi, ternyata tidak terjadi apapun juga. Ada apa ini? Kenapa tidak memberikan efek apapun? Apakah dia salah?     

Maka, dia mencoba lagi untuk mengeluarkan energinya, dipompakan ke tangan kirinya dengan memusatkan pikiran untuk memunculkan energi listriknya.     

Drrtt … drrtt ….     

Muncul bunyi pelan persis seperti bunyi listrik pada umumnya.      

Nah, muncul, itu sudah muncul. Maka, Zivena segera arahkan ke ponselnya, tepat di lubang pantat si ponsel dengan maksud hendak menembakkan listrik di sana agar daya ponsel terisi.     

Tapi, sayang sungguh sayang, sekeras apapun Zivena mengerahkan energinya, dia tidak berhasil menembakkan listrik pada pantat ponselnya.     

Dia pun berhenti berusaha dan napasnya terengah-engah. Ternyata mengeluarkan energi listrik ini cukup menguras tenaga dia.     

Kesal karena dia tidak sukses dalam percobaan pertama, Zivena melempar ponsel ke samping di kasurnya sembari dia mendengus sebal.     

Kemudian, dia mencoba menelaah mana sekiranya yang membuat dia gagal. Hingga beberapa menit berikutnya, mata dia berbinar cerah karena mendapatkan jawaban dari kegagalannya.     

Kembali, dia ambil ponsel di dekatnya dan dia pegangi di tangan kiri dengan pantat ponsel berada di depannya. Setelah itu, dia mengarahkan tangannya, namun, bedanya kali ini dia tidak mengarahkan tapak tangan ke ponsel tanpa menyentuh, melainkan menggunakan ujung telunjuknya untuk ditempelkan ke pantat ponsel.     

Ya, dia mendadak saja menemukan ide ini untuk dicoba. Tak ada salahnya, kan? Kalaupun gagal, dia bisa mencari ide lain.     

Ketika dia mengerahkan energinya lagi ke pantat ponsel, mendadak saja, ponselnya yang masih tersisa setengah dari daya penuhnya, mendadak menunjukkan indikasi daya yang mulai naik.     

Mata Zivena melotot lebar dengan senyum yang sama lebarnya sampai semua gigi depannya terlihat.      

"Berhasil! Berhasil! Wa ha ha! Berhasil! Arghh!" Mendadak Zivena menurunkan jari telunjuk kanannya dari pantat ponsel dengan napas terengah-engah lagi.     

"Sialan! Baru sebentar saja sudah selelah itu? Boros sekali energi kekuatan baruku ini!" keluhnya dengan wajah muram.     

"Aku harus pakai Buah Energi Roh!" Teringat akan itu, dia menjadi lebih muram. Dia teringat bahwa dia sudah kehabisan buah itu beberapa bulan lalu. Dia lupa meminta ke kakaknya untuk disimpan di cincin ruang dia, mengira dia tidak perlu itu karena ada sang kakak di dekatnya.     

Tapi, ini sudah malam dan tentunya si kakak pasti sedang bersenang-senang dengan kedua istrinya, ya kan? Dia malas mengganggu hal semacam itu.     

Tapi dia sangat penasaran dengan kekuatan barunya ini dan terpaksa menghubungi si kakak dengan menggunakan energi telepati, berharap itu masih sampai sebelum dia benar-benar kehabisan tenaga dan pingsan.     

Plop!     

Mendadak saja Jovano sudah berada di kamarnya, lengkap dengan pakaian yang pantas karena Jovano paham adiknya kesal jika ada orang yang seenaknya tidak berpakaian dengan alasan masih berada di tengah ….     

"Kak, aku minta buah energinya, dong!" Zivena sedikit cemberut saat mengatakan itu, antara kesal dengan dirinya sendiri dan malu harus mengganggu waktu intim sang kakak.     

Jovano tersenyum dan segera saja memunculkan 100 buah energi di udara. "Masukkan ini ke cincin ruangmu, sayank."     

Barulah senyum Zivena muncul ketika melihat buah tersebut dan mengangguk sebelum dia memasukkan 100 Buah Energi Roh ke dalam cincin ruangnya. Dia yakin itu lebih dari cukup yang dia butuhkan.     

"Sudah, Kak. Sana kembali ke istri-istri binal Kakak." Zivena sedikit mengerucutkan bibirnya sambil wajahnya merona. Dia memang malu jika membayangkan orang terdekatnya melakukan hal intim. Kadang dia heran, apa enaknya seperti itu? Orang dewasa terkadang aneh dan tidak masuk akal! pikir Zivena.     

"Baiklah, aku tinggal dulu, yah! Kamu lekas tidur, jangan banyak begadang." Jovano sebagai kakak tentu saja menasehati itu.     

Zivena memutar bola matanya, menjawab, "Seperti kita butuh tidur ala manusia saja, Kak."     

Jovano tertawa dan menghilang dari hadapan Zivena.      

Kini, Zivena sudah memiliki cadangan banyak buah energi, dia memakan 5 sekaligus dan merasa energinya tergantikan seluruhnya.      

Tersenyum senang, maka dia mulai melakukan apa yang sudah dia mulai tadi.     

Saat telunjuknya ditempelkan ke pantat ponsel, dan indikator daya ponselnya menunjukkan kenaikan, dia segera mengambil kesimpulan, bahwa energinya ini bisa digunakan saat dia memegang objek yang dia inginkan, tidak bisa ditembakkan dari tapak tangan, tidak seperti cahaya iluminati yang pernah dia gunakan untuk membunuh 4 jin tadi sore.      

Setelah daya ponselnya terisi sepenuhnya, Zivena menarik telunjuk dari pantat ponselnya dan sedikit tersengal napasnya.     

"Astaga, hanya begini saja sudah sepayah ini energiku? Borosnya, ya ampun!" Zivena mengerutkan dahi sembari memasang wajah kesal.     

Dia sudah menghabiskan banyak energi tubuhnya dan hanya mampu mengeluarkan kekuatan listrik yang mengisi setengah dari baterai ponselnya!     

Bagaimana jika dia membutuhkan itu untuk melawan astral jahat yang kuat? Belum sempat dia melumpuhkan lawan, malah dia yang lumpuh pingsan kehabisan tenaga lebih dulu.     

Memikirkan ini, wajah Zivena makin cemberut.     

Yang benar saja!     

Kekuatan baru dia ini sungguh tidak berguna?      

Kekuatan yang hanya bisa dipakai untuk mengisi baterai ponsel saja?     

Wajah Zivena kian menggelap kesal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.