Devil's Fruit (21+)

Mengusir Jin dan Bersiap Pergi Berwisata Alam



Mengusir Jin dan Bersiap Pergi Berwisata Alam

0Fruit 1486: Mengusir Jin dan Bersiap Pergi Berwisata Alam     

Setelah memesan, Jovano dan kelompoknya mulai duduk.      

"Sungguh menggelikan." Jovano mengawali obrolan.     

"Kenapa, Kak Jo?" tanya Zivena.     

"Di warung kemarin, ada jin penglaris. Di sini malah bertemunya jin pengganggu bisnis, ha ha ha!" Dia berkata dengan suara rendah agar tidak terdengar ibu pemilik warung.     

"Iya, benar. Sepertinya manusia memang senang bermain-main dengan api untuk menyakiti orang lain." Shona berkomentar. Pastinya akan sangat menggelikan ketika kalimat semacam ini keluar dari mulut keturunan iblis.      

Namun, kelompok ini, Tim Blanche ini merupakan sosok-sosok unik yang benar-benar keluar dari pakem biasanya. Mereka keturunan iblis maupun siluman, tapi mereka justru mengasihi manusia dan ingin melindungi manusia serta berharap bisa hidup berdampingan dengan manusia dengan rukun damai.      

"Aku kasihan dengan ibu pemilik warung, Kak Jo." Zivena mengerucutkan bibirnya dengan wajah sedih.     

"Iya, Kakak juga merasa demikian, Zizi. Nanti akan Kakak bantu Beliau agar tidak lagi mendapatkan hal malang seperti ini." Jovano mengangguk setuju dengan ucapan adiknya.     

Dia tentu saja sudah menyiapkan rencana begitu dia tadi memutuskan masuk ke warung yang terlihat sepi dan setengah tutup di mata manusia biasa.     

Soto mulai dihidangkan pada Jovano dan kelompoknya. Ditambah nasi dan camilan pendamping lainnya seperti usus goreng dan berbagai macam kerupuk (kerupuk kulit sapi, kerupuk putih biasa, dan kerupuk udang).     

Ketika mereka memakan soto itu, mereka memiliki respon hampir sama satu sama lain.     

"Hm, enak!" Serafima melebarkan mata dengan rona suka-cita.     

"Segar, yah!" Shona menimpali     

"Ini enak sekali! Aku lebih suka yang ini ketimbang yang kemarin!" Ini Zivena. "Ini sesuai seleraku!"     

"Wah, ini memang pantas kalau bertahan puluhan tahun. Benar-benar enak dan layak menjadi kuliner kenangan sepanjang masa." Jovano ikut berkomentar.     

Empat orang itu mengangguk-anggukkan kepala tanda setuju dengan kalimat yang dilontarkan oleh masing-masing dari mereka.     

"Sungguh, aku tidak rela soto seenak ini diganggu makhluk-makhluk jelek seperti di depan tadi." Zivena menunjukkan raut sengit seakan dia siap mencakar siapapun yang membuatnya marah.     

Mereka mulai menyantap soto sampai habis tandas. Bahkan Jovano dan Zivena sama-sama memesan yang kedua meski tidak lagi menggunakan nasi.     

Shona dan Serafima tersenyum melihat lahapnya makan dua kakak dan adik itu.      

Ketika selesai, Jovano dan Zivena sama-sama menggeram rendah sambil mengelus perut mereka yang kekenyangan.     

"Ha ha ha … rasanya aku bisa makan ini setiap hari." Jovano berkata.     

"Hei! Itu kalimatku, Kak!" Zivena menyahut.     

"Ha ha ha …."     

Lalu, setelah semuanya selesai, mereka pamit pada ibu pemilik warung dan pelayan yang sepertinya anak dari ibu itu.     

"Ini … ini terlalu banyak, Mister!" Ibu pemilik warung menatap 4 lembar uang merah yang diberikan Jovano padanya. "Semuanya hanya 180 ribu, Mister."     

"Yah, anggap saja ini keberuntungan Ibu." Jovano tersenyum pada pemilik warung.     

Karena ibu pemilik warung melihat ketulusan di mata Jovano, maka Beliau hanya bisa mengucapkan terima kasih berulang kali sambil tersenyum haru. Wajah tuanya sangat menyentuh hati Jovano.     

"Ibu, apakah ini bisnis Ibu dari dulu?" tanya Jovano ingin tahu.     

"Iya, Mister. Ini bisnis bapak saya dan diteruskan ke saya."     

"Bapak masih ada?"     

"Sudah meninggal puluhan tahun lalu, Mister."     

"Sakit apa bapak?"     

"Entah, Mister, sakitnya aneh, sering kejang-kejang kalau selewat petang sampai pagi. Dibawa ke dokter juga tidak ditemukan penyakitnya apa. Bapak hanya bertahan setengah tahun saja."     

Jovano kian geram. Ini pasti ulah orang jahat yang mengirimkan teluh pada ayahnya ibu pemilik warung. Dia heran, kenapa harus bersaing secara pengecut begitu? Jikalau memang yakin miliknya lebih baik dari saingan, untuk apa menggunakan cara licik, kotor, dan rendahan?     

Dia masih tak habis pikir dengan otak para pecundang berpikiran busuk di dunia ini. Hal begini yang menyebabkan pengaruh jahat jin dan iblis mudah merasuki manusia yang semakin rusak dan korup!     

"Ibu, semoga, setelah ini, warung Ibu kembali ramai, yah!" Jovano menepuk pelan punggung si ibu pemilik warung.     

"Iya, Mister, terima kasih doanya." Ibu pemilik warung menyeka air mata di sudut pelupuk yang nyaris jatuh. Sungguh baru kali ini dia menemui bule yang sangat baik, ramah, lembut, sopan, dan dermawan melebihi bangsanya sendiri.      

Setelah itu, Jovano dan kelompoknya berjalan keluar dari warung.     

Ibu pemilik warung baru tersadar akan ucapan Jovano tadi. 'Dari mana dia tahu warungku ini sepi belakangan tahun ini?'     

Tapi, Jovano sudah menghilang di balik tirai penanda nama warung.     

Di depan sana, Jovano dan Zivena bersama-sama menempelkan dua tapak tangan mereka ke punggung 4 makhluk astral yang membelakangi mereka.     

"Arrghhh!" Keempat makhluk astral itu menjerit kesakitan ketika punggung mereka ditempeli tapak tangan Jovano dan Zivena. Rasanya sangat menyakitkan dan pedih seperti dibakar menggunakan magma.     

Bergegas, mereka menoleh dengan tatapan ganas ke kelompok Jovano.     

"Kalo kalian masih kepingin punya tubuh utuh, buruan pergi dari sini." Jovano sedikit membocorkan energi iblis dia, dan 4 jin jahat itu segera lari terbirit-birit.     

Pak Aan yang turun dari mobil melihat keanehan. Seperti Jovano dan Zivena sedang melakukan hal janggal dan seperti keduanya sedang bicara dengan sesuatu, padahal Shona dan Serafima tidak di dekat mereka.     

Tapi, sudahlah, terkadang bule memang bertingkah aneh, ya kan? "Ayo, Pak dan Ibu-Ibu semuanya, silahkan masuk ke mobil!"     

"Pak, tempat wisata terkenal di kota ini apa?"     

"Ohh, ada! Kita bisa ke Linggo Asri, atau yang lebih jauh sedikit seperti Dieng atau beberapa curug terkenal di kabupaten!" Pak Aan kemudian menyebutkan beberapa destinasi wisata terkenal yang sedang hits saat ini di Pekalongan.     

"Aku tertarik dengan Black Canyon." Jovano langsung memilih itu setelah dia membuka internet untuk mencari apa saja tempat wisata di area Pekalongan.     

"Ohh, itu di Petungkriono, Pak! Di kecamatan itu memang sangat banyak tempat wisata." Pak Aan mulai menjabarkan satu demi satu tempat di wilayah tersebut yang dia ketahui.     

"Coba ke sana, yuk!" Jovano menoleh ke 3 perempuan di belakang.     

"Ayo saja, siapa takut!" Shona menyahut.     

"Aku ini petualang, tentu saja aku akan ikut!" Serafima terdengar antusias.     

"Hm, apa sih yang perlu ditakuti di sana?" sahut Zivena dengan nada meremehkan. Maklum saja, darah iblis dari ibunya masih mengalir di tubuhnya meski sedikit.      

Maka, diputuskan mereka akan pergi ke Black Canyon di Petungkriono. Mobil bergerak dulu ke hotel agar Jovano dan yang lain bisa menyiapkan baju-baju untuk di sana, siapa tahu mereka akan basah setelah bermain air.     

Black Canyon di Petungkriono di kabupaten Pekalongan adalah sebuah sungai yang dikelilingi tebing berwarna kehitaman dan ini daya tariknya.     

Di sana, pengunjung dikenai biaya puluhan ribu per paket kegiatan. Ada berenang atau bisa juga rafting. Apapun jenis kegiatan yang melonjakkan adrenalin.     

Menurut Pak Aan, biasanya bule senang dengan jenis wisata alam seperti itu.     

Kira-kira, Jovano dan kelompoknya akan menjumpai apa di sana, yah? Atau jangan-jangan tidak ada makhluk astral sama sekali?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.