Devil's Fruit (21+)

Jin Penglaris Vs Jin Pengganggu Bisnis



Jin Penglaris Vs Jin Pengganggu Bisnis

0Fruit 1485: Jin Penglaris Vs Jin Pengganggu Bisnis     

Betapa kesalnya Zivena ketika dia menyadari bahwa kekuatan baru dia, yaitu listrik, ternyata sangat menguras energinya. Bahkan, setelah dipergunakan pun, itu hanya bisa mengisi daya baterai ponsel saja.     

Zivena jadi merasa kekuatan ini hanya sebuah kesia-siaan saja. Wajahnya menggelap dan dia memutuskan tak perlu menggunakan ini jika memang begitu lemah.     

-0—00—0-     

Esok harinya, Jovano dan rombongannya kembali memesan Pak Aan dan mobil sewaan seperti kemarin.     

"Pak, apakah ada warung soto lainnya?" Jovano bertanya. "Sepertinya kemarin Pak Aan mengatakan ada beberapa warung soto yang terkenal di sini."     

Harapan Jovano, dia bisa menemukan makhluk astral lainnya yang disewa pemilik warung soto untuk tujuan penglaris dagangan. Tentu ini akan meningkatkan barometer kebajikan yang harus dia kumpulkan, bukan?     

"Wah, iya, tentu saja ada, Pak Jo! Ayo, langsung masuk ke mobil, saya antar kalian ke sana! Kalau warung yang ini, termasuk warung lawas yang sudah beroperasi puluhan tahun. Yang kemarin itu baru belasan tahun saja, Pak!" Seperti biasa, Pak Aan ini sungguh pandai mempromosikan sesuatu. "Yang ini tidak kalah nikmat dengan yang kemarin, Pak Jo! Cuma berbeda sedikit dari warna kuahnya saja."     

"Wah, sepertinya kami akan menjajal soto jenis baru di sini, nih!" Jovano mengangguk-anggukkan kepala sambil memberi kode pada kelompoknya agar masuk ke mobil.     

"Mungkin bisa dikatakan demikian, sih Pak! Pokoknya, yang satu ini tidak kalah populer dengan yang kemarin! Sama-sama enak, dan sama-sama terkenal. Yang ini adalah favorit istri saya!" Pak Aan mulai masuk ke ruang kemudi setelah Beliau menutup semua pintu penumpang.     

"Ohh! Favoritnya istri Pak Aan!" Alis tebal Jovano terangkat.     

"Iya, Pak Jo! Kata istri, warung soto ini mengingatkan dia akan masa kecil yang sering diajak bapaknya ke warung itu setiap hari Minggu setelah bermain di pantai." Pak Aan sambil menyalakan mesin mobil.     

"Wow, warung yang sangat bermuatan dengan kenangan, yah Pak!"     

"Benar, Pak Jo! Makanya kadang istri lebih suka beli di sana, sedangkan saya yang warung kemarin, he he he."     

Mobil pun melaju di jalanan, bergabung dengan kendaraan lainnya.     

Seperti biasa, Jovano dan kelompoknya akan mendapati beberapa manusia di jalan yang kepalanya berwujud seperti kepala hewan.     

Ya, di mata Jovano dan kelompoknya, kepala orang-orang itu sungguh berganti menjadi kepala hewan, meski di mata orang biasa mereka tidak mungkin melihat hal itu.     

Ini bukan sesuatu yang aneh semenjak Jovano tiba di Indonesia. Ada fenomena demikian. Namun, orang-orang itu sungguhan manusia, bukan siluman ataupun astral yang menyamar.     

Kalau Jovano menganalisis, mereka itu orang yang sudah bercampur dengan makhluk astral, entah secara perjanjian gaib atau bercampur dalam arti sesungguhnya alias kawin atau bersetubuh.     

Memang, tidak semuanya menjadi memiliki kepala hewan. Yang bercampur dengan makhluk astral dan tetap menunjukkan kepala manusia di mata Jovano juga banyak, tapi tetap saja ada aura dan tanda dari orang semacam itu. Contohnya, Ferdi dan beberapa orang yang sudah pernah ditolong Jovano lepas dari gaib.     

Sebenarnya, Jovano dan timnya tidak ingin ikut campur mengenai orang-orang semacam itu dan membiarkan saja mereka berbuat demikain asalkan tidak merugikan kelompoknya.     

Terkadang, Jovano tidak ingin menaruh tangannya pada hal yang bukan wewenangnya. Dia hanya akan membantu siapa yang membutuhkan bantuan.      

Sedangkan orang-orang yang membuat perjanjian dengan makhluk astral seperti jin dan iblis, mereka akan dibiarkan Jovano kecuali sudah sangat meresahkan, seperti yang terjadi pada Ferdi sebelumnya.     

Serafima berdecak lirih ketika dia melihat pengendara motor di sebelah kacanya berkepala babi. "Tsk! Dasar busuk."      

Shona menoleh ke istri tertua Jovano dan tersenyum sambil mengelus lengan Serafima. "Sudah, biarkan saja, Sis. Itu pilihan dia."     

"Bisa-bisanya dia kawin dengan siluman babi, seperti tidak ada yang lebih baik saja!" rutuk Serafima menggunakan suara rendah.     

Tapi, karena saat itu Pak Aan tidak sedang mengobrol dengan Jovano, Beliau mendengar itu dan bertanya, "Eh? Siapa yang kawin dengan siluman babi, Bu?" Beliau sambil melirik menggunakan spion tengah ke kabin tempat 3 perempuan duduk.     

"Ohh, itu Pak … ada teman kami yang menikahi orang sangat gendut dan jelek mirip babi." Shona lekas menjawab menggunakan kelitan agar terkesan Serafima sedang menggunakan perumpamaan saja.     

"Ahh … saya kira memang ada siluman babi sungguhan, ha ha ha!" Pak Aan kembali melajukan mobil setelah kemacetan mulai terurai.     

"Pak Aan, apakah Bapak percaya siluman, jin, dan semacam itu?" tanya Shona sambil lalu.     

"Wah, saya kurang begitu percaya, Bu. Walau banyak teman saya yang katanya sudah pernah ditampaki makhluk-makhluk yang konon disebut hantu atau setan. Tapi bagi saya, kalau belum lihat sendiri, maka belum bisa percaya." Pak Aan menjawab apa adanya.     

"Ohh, rupanya Pak Aan ini orang yang butuh diberi bukti dulu, yah!" Jovano menyahut.     

"Ha ha, lha harus begitu, kan Pak Jo! Jangan mudah percaya pada yang katanya dan katanya saja. Harus lihat sendiri, harus mengalami sendiri. Jangan mudah percaya apapun yang dikatakan orang, karena ini jamannya hoax, Pak, Bu! Ha ha ha!" Pak Aan mulai membelokkan mobil di sebuah jalan kecil.     

"Yah, itu bagus, Pak! Memang seharusnya kita tak boleh menelan bulat-bulat apa saja omongan orang. Siapa tau itu hoax, ya Pak!"     

"Betul, Pak Jo! Nah, itu warung sotonya terlihat!" Pak Aan. "Ehh, tutup atau apa, sih?" Pak Aan agak kebingungan. "Bukannya jam segini harusnya sudah buka?"     

"Kenapa, Pak?" Jovano bertanya.     

"Itu loh, Pak Jo … kok seperti tutup tapi kok seperti ada kegiatan di dalamnya, yah? Ini warung memang sering begini, Pak, suka nggak jelas tutup atau buka, seperti nggak niat jualan! Tak heran warung ini mulai sepi beberapa tahun belakangan ini." Pak Aan menjelaskan cukup panjang.     

Sementara itu, di mata supernatural Jovano, warung itu jelas buka dan tak ada kesan tutup.     

Hanya saja … dia agak terganggu dengan beberapa makhluk astral yang ada di depan warung, jumlahnya ada 4. Ada 2 hantu permen dan 2 hantu perempuan berpakaian putih lusuh dengan rambut acak-acakan.     

Jovano mendengus pelan melihat pemandangan semacam itu. "Ayo, Pak! Itu buka, kok!"     

"Yakin, Pak Jo?" Pak Aan justru bingung. Di matanya, warung itu seperti sedang bersiap-siap buka. Tirainya masih menutup dengan pintu papan kayu hanya membuka beberapa saja, seakan belum siap buka.     

"Tentu saja yakin, Pak Aan! Ayo, hentikan mobilnya. Aku sudah tak sabar menjajal makanan soto favoritnya istri Pak Aan, soto penuh kenangan masa kecil yang indah." Jovano meminta Pak Aan memarkirkan mobil di depan warung soto.     

Mobil diparkirkan dan di kaca depan sudah berhadapan langsung dengan wajah buruk rupa setan perempuan. Ingin sekali Jovano menampar jin itu.     

Pak Aan seperti biasa, hanya berada di mobil saja dan mempersilahkan tamunya untuk menikmati wisata kuliner mereka.     

Jovano melangkah masuk ke warung yang sepi meski sudah buka sepenuhnya. Ibu pemilik warung duduk di sudut gerobak soto, siap menyambut pengunjung yang datang. "Permisi, Ibu. Saya dan keluarga saya ingin makan di sini."     

Ibu itu lekas berdiri menyambut Jovano dan menanyakan apa yang ingin dipesan begitu dia mengetahui Jovano bisa berbahasa Indonesia dengan fasih.      

Setelah memesan, Jovano dan kelompoknya mulai duduk.      

"Sungguh menggelikan." Jovano mengawali obrolan.     

"Kenapa, Kak Jo?" tanya Zivena.     

"Di warung kemarin, ada jin penglaris. Di sini malah bertemunya jin pengganggu bisnis, ha ha ha!" Dia berkata dengan suara rendah agar tidak terdengar ibu pemilik warung.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.