Devil's Fruit (21+)

Pertempuran Energi



Pertempuran Energi

Fruit 1487: Pertempuran Energi     

Sudah Jovano tetapkan bahwa tim mereka akan berwisata ke sebuah kawasan alam terbuka yang dinyatakan terkenal di kabupaten Pekalongan, tepatnya di kecamatan Petungkriono.     

Mereka sudah berkemas dan berharap bisa tiba di sana tepat waktu.     

Jovano sudah menanyakan mengenai objek wisata ini kepada hotel dan dikatakan bahwa di sana bisa menginap ala camping.     

Tentu saja ini makin membuat tim Jovano bersemangat. Meski begitu, mereka tetap hanya membawa 1 tas ransel biasa masing-masing orang. Untuk apa bawa banyak pakaian kalau mereka bisa memunculkan pakaian secara ajaib.     

Tas ransel itupun hanya sebagai gimmick saja bahwa mereka bepergian sebagai backpacker.     

Pak Aan diberitahu mengenai rencana mereka akan melakukan camping di sana nantinya dan Beliau dipersilahkan menolak ikut kalau memang tidak bisa.     

"Ohh, tidak masalah, Pak Jo! Saya akan dampingi kalian ke manapun kalian pergi!" Pak Aan rupanya bersedia.     

"Nanti bagaimana dengan istri Bapak?" tanya Jovano, dia tidak ingin ada masalah antara Pak Aan dengan istri Beliau.     

"Ohh, itu soal mudah, Pak Jo! Istri sih asalkan saya pulang bawa duit supaya dapur tetap ngebul, pasti dia tidak akan rewel, Pak! Ha ha ha!" Lelaki paruh baya itu tertawa lepas.     

Jovano ikut tertawa dan menepuk lengan Pak Aan sambil berkata, "Baguslah kalau begitu! Akan saya pastikan istri Pak Aan tidak akan rewel ketika Pak Aan pulang nantinya!" Lalu keduanya tertawa bersama.     

Sudah diputuskan, Jovano akan menginap sekitar 2 hingga 3 hari di Black Canyon.     

.     

.      

Pak Aan memilih jalur tercepat dari hotel ke Petungkriono. "Lewat jalur Doro saja, ya Pak Jo! Itu lebih cepat dibandingkan lewat Warungasem. Cuma 1,5 jam saja!"     

Jovano tidak begitu paham dengan wilayah itu, dia mengangguk setuju saja. "Saya manut dengan keputusan Pak Aan mengenai jalan."     

Mobil terus melaju sudah mulai keluar dari kota Pekalongan dan mulai memasuki daerah Kuripan dulu sebelum nantinya akan menuju ke arah kabupaten Pekalongan.      

Setelah sampai di daerah Watusalam, mobil belok hingga menyusuri jalan raya Kedungkebo hingga nantinya sampai jalan raya Kebonsari hingga ke wilayah Karangdadap.     

Ketika mobil baru saja melewati Polsek Karangdadap, mendadak saja Jovano merasakan energi menusuk yang ditujukan padanya.      

Dia lekas duduk diam dan menurunkan pandangan ke bawah seperti orang tidur untuk lebih berkonsentrasi. Ada yang menyerang dia secara energi.     

Ketika Jovano merunut arah serangan, ternyata itu dari seorang dukun ilmu hitam yang merupakan bos dari 4 makhluk astral yang diserang punggungnya oleh Jovano dan Zivena di depan warung soto tadi pagi.     

Rupanya, keempat makhluk gaib itu melaporkan perbuatan Jovano pada si dukun dan dukun tidak terima.     

Oleh karena itu, tak heran jika Jovano dilacak dan ditemukan.     

Mungkin, Pak Aan tidak akan mengira bahwa orang yang duduk di sebelahnya dan diam seperti tidur itu sesungguhnya sedang berperang dengan dukun dari jarak jauh.     

Mereka perang secara energi.      

Jovano tidak berani bertindak gegabah pada dukun itu sebelum ada izin dari Sang Sumber. Dia bisa saja langsung mematikan si dukun, tapi tidak begitu konsepnya.     

Semua harus atas izin dari Sang Sumber. Bisa saja menurut Jovano si dukun sangat bejat dan jahat, tapi bila Sang Sumber memutuskan untuk memaafkannya, lalu apa? Jovano bisa apa?     

Maka dari itu, sejak berpuluh menit ini, Jovano masih menahan diri sekaligus menahan kekuatannya. Dia lebih banyak menangkis dan mengelak saja.     

Bahkan ketika dukun itu juga mengirimkan energi jahat ke mobil agar celaka, Jovano pula yang menangkisnya.     

Hingga timnya mulai menyadari hal itu.     

Zivena melakukan telepati ke kakaknya, "Kak, aku bantu hajar, yah!"     

"Tidak usah, Zi. Kamu cukup bantu tangkis saja energi jahat dan apapun yang dikirimkan si dukun ke mobil ini. Terutama ke Pak Aan, tolong jaga dia."     

Lalu, Zivena menyampaikan yang dipesankan oleh Jovano tadi ke Shona dan Serafima menggunakan anting komunikasi.     

Jika Jovano dan Zivena bisa melakukan telepati tanpa bantuan anting komunikasi, tidak demikian dengan Shona dan Serafima. Mereka bukan saudara sedarah dengan Jovano maka dari itu masih membutuhkan anting komunikasi sebagai alat senyap saat ingin bertukar informasi.     

Kemampuan telepati Jovano dan Zivena pun tidak serta-merta muncul. Mereka baru mendapatkannya ketika mereka mulai menjalankan misi. Itupun membutuhkan energi yang lumayan banyak melakukan itu.     

Seperti yang diminta Jovano, ketiga perempuan di kabin tengah mobil terus berusaha menangkis serangan energi dan juga makhluk astral kiriman yang akan mengganggu mobil dan Pak Aan.     

Jovano sudah mewanti-wanti mereka agar tidak sampai mencelakai si astral agar tidak salah di mata Sang Sumber. Cukup ditangkis dan didorong menjauh saja.     

Dukun yang menyerang Jovano tidak percaya Jovano memiliki energi iblis seperti yang disampaikan 4 kacungnya tadi. Apalagi saat ini dia bisa bertarung seimbang dengan Jovano, menandakan Jovano hanyalah manusia biasa yang memiliki sedikit kemampuan supernatural saja.     

Si dukun jahat hanya berpikir bahwa keempat bawahannya tadi hanya mengada-ada saja. Oleh karena itu, dia semakin percaya diri melawan Jovano. Dia berusaha terus menekan Jovano menggunakan energi hitamnya.      

Hingga tidak terasa mobil sudah mencapai jalan raya Doro. Jovano juga mulai lelah harus meladeni pertempuran menahan diri begini dikarenakan belum adanya jawaban dari Sang Sumber. Dia merogoh tas dan mengeluarkan Buah Energi Roh.      

Tentu saja itu keluar dari cincin ruang dia, sedangkan tas hanya menyamarkan saja agar Pak Aan di sebelahnya tidak curiga.     

Pak Aan melihat Jovano memakan buah yang mirip dengan apel, tapi warnanya seperti pelangi. "Wah, buah apa itu, Pak Jo? Bagus sekali! Apel jenis baru?"     

"Iya, Pak. Ini apel jenis baru yang dikembangkan di Eropa. Masih dalam tahap ujicoba." Jovano sudah menyiapkan jawaban itu.      

Mata Pak Aan terkesan takjub. "Orang Eropa memang canggih-canggih, ya Pak Jo! Bisa bikin apel aneh begitu."     

Melirik sejenak ke Pak Aan, Jovano menduga Pak Aan sepertinya penasaran dengan rasa dari buah yang ada di tangannya yang tinggal separo. "Bapak mau? Tapi ini ada rasa alkoholnya. Seperti vodka."     

"Ohh, tidak, Pak Jo! Tidak usah! Saya kan menyetir, tentu saja tidak boleh memakan atau minum begituan!" Pak Aan lekas menolak.     

Ini tepat seperti yang diperkirakan Jovano. Itulah kenapa dia sengaja berkata buah di tangannya ada rasa minuman kerasnya, agar supaya Pak Aan mundur seketika.     

Kalaupun Pak Aan tidak mundur, Jovano masih punya kalimat lain yang bisa melawan keinginan sopirnya.     

"Pak Jo mengantuk?" Pak Aan tadi sempat melihat gesture kepala Jovano yang menunduk dan senyap dari pemuda yang biasanya suka mengobrol dengannya itu.     

"Sepertinya begitu, Pak Aan." Meski itu hanya basa-basi, tapi Jovano memilih berbohong agar dia bisa lebih konsentrasi lagi melawan si dukun.     

"Tidur saja, Pak! Masih sekitar 1 jam lagi."     

"Baik, kalau Pak Aan mulai mengantuk, tolong berhenti dulu, yah Pak! Jangan dipaksakan."     

"Beres, Pak Jo!"     

Kemudian mobil terus meluncur dengan Jovano dan timnya masih melawan serangan yang masih saja berdatangan tidak ada hentinya.     

Kenapa Sang Sumber lama sekali?!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.