Devil's Fruit (21+)

Sampai di Tujuan! Tapi Sepertinya Ada ....



Sampai di Tujuan! Tapi Sepertinya Ada ....

0Fruit 1490: Sampai di Tujuan! Tapi Sepertinya Ada ....     

Akhirnya mobil yang ditumpangi kelompok Jovano sudah tiba di tempat wisata yang mereka tuju, Black Canyon.     

Ternyata, meski ini bukan akhir pekan, masih ada beberapa pengunjung yang datang ke sana.      

Wajar saja, karena tempatnya memang bagus dan sungguh menyejukkan tak hanya mata tapi juga batin.      

Ada banyak fasilitas yang bisa dinikmati pengunjung dan keluarganya di Black Canyon.     

Yang pasti, Jovano sudah tak sabar ingin ke salah satu fasilitas yang tersedia, yaitu camping area.      

Dia dan semua rombongannya termasuk Pak Aan menuju ke camping area. Pak Aan sudah yakin akan ikut berkemah dan tidak akan pulang.     

Setelah menyewa peralatan berkemah dan membayar lunas untuk 2 hari 1 malam, mereka segera memasuki tenda masing-masing. Jovano menyewa 3 tenda: 1 untuk dia dan 2 istrinya, 1 untuk Zivena, dan 1 lagi untuk Pak Aan.     

Ketiga tenda mereka berjejer di tanah landau dengan warung wisata di dekatnya dan juga pos penjaga tak jauh dari sana.      

Di bagian belakang tenda, terhampar pemandangan asri alam hijau penuh dengan vegetasi pepohonan, sedangkan di sekeliling ada bukit sesak akan pohon-pohon berwarna hijau tua.      

"Pak, ini nanti kita bisa bebas berwisata di tempat sekitar sini, kan?" Jovano ingin memastikan saja tempat mana saja yang boleh dijelajahi nantinya.     

Petugas yang ditanyai Jovano menjawab menggunakan bahasa Indonesia karena Jovano juga memakai bahasa itu, "Iya, Mister. Ada Kedung Sipingit kalau ingin main air, berendam, berenang, tubing."     

"Apa itu Kedung Sipingit?" Jovano belum paham akan istilah setempat.     

"Itu area wisata alam yang memiliki air terjun, Mister. Tidak terlalu tinggi air terjunnya, tapi menyenangkan untuk acara main dan berfoto." Petugas menjelaskan.      

"Apa lagi yang bisa kami lakukan di sini?"     

"Mister bisa melakukan outbond, wisata kuliner di sekitar sini. Ada banyak warung tersebar di area ini, Mister."     

"Ohh, begitu. Kalau begitu, nanti aku menyewa alat-alat untuk di air terjun, ya kan?"     

"Betul, Mister! Harus menyewa pelampung karena itu wajib dipakai jika ke Kedung."     

"Oke, baiklah, terima kasih informasinya."     

Lalu, Jovano berjalan kembali ke tendanya, di sana sudah ada kedua istri menunggu. Mereka duduk di atas matras tipis, Shona sedang meneguk air mineralnya, Serafima sedang asyik dengan media sosial yang diperkenalkan Shona.     

"Kalian ingin tidur dulu?" tanya Jovano.     

"Nanti saja. Aku ingin bermain-main dulu." Shona menyimpan botol air mineralnya ke cincin ruang pribadi dia.     

"Aku ikut saja apa kata kalian." Serafima belum mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.     

"Aku akan tengok Zizi dulu." Jovano beralih ke tenda adiknya. "Gimana, Zi, apa kamu ngerasa nyaman di sini?"     

"Nyaman, Kak. Aku suka yang berbau alam begini, energinya lebih banyak dan murni." Zivena mengangguk. "Tapi … ada beberapa makhluk astral yang kadang berseliweran."     

"Ohh, itu … biarkan saja selama mereka kagak ganggu kita." Jovano menempatkan pantatnya di sebelah sang adik. "Coba Kakak liat bola kristal di kamu." Dia sembari mengeluarkan bola kristal yang dulu diberikan Nafael untuk wadah poin misi mereka.     

Zivena melakukan hal sama. Mereka saling menatap 2 bola kristal bening berisi cairan berwarna keemasan di dalamnya. Cairan keemasan itu bergerak bergolak di dalam bola kristalnya.      

"Sudah mulai hampir terisi penuh, yah!"      

"Punya Kak Jo lebih banyak dariku."     

"Jangan berkecil hati. Kamu juga udah berbuat yang keren untuk mengisi kristal itu, kok Zi. Ini kira-kira sudah mencapai berapa, yah?"     

"Itu jumlah 10.000 kebajikan itu total yang harus kita cari, kan? Bukan dihitung dari masing-masing?"     

Jovano menggelengkan kepala. "Jumlah 10.000 itu total, kok Zi. Entah ini yang di bola kristal kita sudah mencapai berapa, tidak ada angka tertulis di sini."     

"Apakah aku perlu berkeliling Indonesia untuk pergi ke rumah sakit, yah Kak?" Zivena menatap kakaknya setelah menyimpan kembali bola kristal di cincin ruangnya.     

"Hm, itu semua Kak Jo serahkan ke kamu, Zi. Yang pasti, kamu harus ada pendamping, jangan sendirian saja. Duh, Gavin ini sepertinya masih betah di dalam, ha ha ha!"      

"Huh! Dasar iblis mesum yah begitu itu, Kak! Kerjaannya hanya itu dan itu saja!"     

"Biarkan saja, asalkan itu membahagiakan dia sekaligus tidak menyakiti manusia, biarkan saja." Jovano menepuk sayang kepala adiknya.     

"Baiklah, kalau si mesum itu sudah puas di dalam sana, suruh dia keluar dan temani aku berkeliling di rumah-rumah sakit Indonesia, Kak, agar misi kita lekas selesai!"     

"Iya, iya, nanti aku sampaikan ke dia."     

Kemudian, Jovano beralih ke tenda yang ditempati Pak Aan. "Bagaimana, Pak, aman semuanya?"      

"Aman dan nyaman, Pak Jo!" Pak Aan menjawab.     

"Oh ya, untuk baju ganti Pak Aan, bagaimana?" Jovano ingat bahwa dia tidak membiarkan Pak Aan ke rumah dulu untuk mengepak baju dan barang Beliau untuk ke Black Canyon ini.     

"Ahh, itu gampang, Pak Jo! Di dekat sini ada toko baju batik, nanti saya bisa beli di sana."     

"Heh? Ada toko baju? Pak Aan lihat, yah?" Jovano malah tidak sadar ada toko baju batik.     

"Ada, Pak Jo! Tadi tak jauh dari parkiran mobil yang di sebelah area untuk foto-foto itu." Pak Aan masih teringat.     

"Ahh, ayo kita ke sana, Pak! Biar saya saja yang belikan baju untuk Bapak."     

"Lah, Pak Jo, tak usah!" Pak Aan bukan sedang basa-basi menolak, tapi bayaran yang dia terima dari Jovano sangat besar, 3 kali lipat dari yang biasa dia terima dari turis lainnya.     

"Tidak, tidak, saya yang mengajak Bapak, maka saya yang harus bertanggung jawab atas apapun kebutuhan Bapak." Jovano bersikeras ingin memfasilitasi segala yang dibutuhkan Pak Aan.     

Akhirnya, Pak Aan menyerah dan pergi bersama Jovano ke area yang dimaksud Beliau tadi. Di sana, Jovano memborong beberapa baju tak hanya untuk Pak Aan saja tapi juga untuk dia dan kelompoknya.      

Tidak hanya baju batik saja yang dibeli Jovano tapi juga kaos oblong buatan konveksi Pekalongan beserta celana pendek berbagai ragam.     

Setelah itu, Jovano kembali ke tendanya.      

"Sore ini, bagaimana kalau kita main air sebentar?" Jovano memiliki saran. Semuanya setuju.     

Lantas, Jovano menyewa peralatan untuk main air di Kedung Sipingit.     

Memakai jaket pelampung, mereka mulai berenang santai di kawasan wisata air alam tersebut. Sesekali Serafima akan berfoto di sana, kadang swafoto, kadang dengan yang lainnya. Dia sedang getol-getolnya bermain di akun sosial media.      

Sedangkan Zivena memilih area sedikit menjauh dari kelompoknya, ke tempat yang lebih hening untuk menikmati acara bersantainya sendiri.     

Saat Zivena sedang berenang mengambang dengan tubuh telentang menghadap ke langit, tiba-tiba saja dia merasakan ada sesuatu seperti melintas di bawahnya.     

Lekas saja Zivena menoleh sambil jejakkan kaki ke dasar kedung, matanya melihat ke sekeliling. Apa tadi? Padahal dia merasa punggungnya seperti dilewati sesuatu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.