Devil's Fruit (21+)

Menikmati Kebersamaan di Depan Api Unggun, Tapi ....



Menikmati Kebersamaan di Depan Api Unggun, Tapi ....

0Fruit 1491: Menikmati Kebersamaan di Depan Api Unggun, Tapi ....     

Saat Zivena sedang berenang mengambang dengan tubuh telentang menghadap ke langit, tiba-tiba saja dia merasakan ada sesuatu seperti melintas di bawahnya.     

Lekas saja Zivena menoleh sambil jejakkan kaki ke dasar kedung, matanya melihat ke sekeliling. Apa tadi? Padahal dia merasa punggungnya seperti dilewati sesuatu.     

Apakah dia hanya berhalusinasi saja? Ya, mungkin itu. Karena ketika Zivena melayangkan pandangan disertai mengaktifkan mata supernatural dia, tidak menemukan apapun yang mencurigakan.     

Justru dia menemukan adanya peri-peri kecil yang bermain di pepohonan rendah di dekat kedung. Tidak mungkin mereka. Peri tidak berenang, apalagi melewati punggungnya di bawah air.     

Karena tidak menemukan apapun, Zivena kembali meneruskan acara bersantainya.      

"Zizi! Kau masih di sana sendirian saja?" Jovano mendekat ke adiknya sambil berenang dengan jaket pelampung di tubuhnya, sama seperti Zivena.     

Sebenarnya mereka tidak membutuhkan pelampung itu, tapi daripada tidak sesuai dengan ketentuan pengelola tempat wisata, maka mereka tetap mematuhi aturan.      

"Kak Jo! Aku masih senang di sini. Apakah Kak Jo ingin naik?" Zivena cukup menggerakkan kedua lengan dan kakinya di air, maka dia bisa mendekat ke kakaknya dalam posisi tidur telentang di atas air.     

"Tidak, belum akan naik. Ini belum petang." Jovano kini menjajari adiknya dengan gaya sama seperti Zivena. "Di sini enak, yah!"     

"Iya, Kak. Aku menyukai tempat seperti ini. Lebih damai ketimbang di kota yang terlalu berisik." Kini dia dan kakaknya sudah berbaring nyaman tenang di atas air sambil memandang langit sore yang sejuk tidak menyilaukan mata.     

"Wah, kalo gitu, kamu gak suka di Tokyo, dong!"     

"Semacam itu."     

"Ha ha ha … tapi untung saja rumah kita tidak di tengah kota, yah!"     

"Yeah! Mom sangat pandai memilih hunian. Hghh … aku tak sabar ingin mom bangun."     

"Sabar, yah! Nanti kalau Nafael muncul lagi, ingatkan Kakak untuk bertanya ke dia sudah seberapa banyak kebajikan yang kita kumpulkan selama ini."     

"Iya, Kak."     

Jovano memahami perasaan rindu adiknya kepada sang ibu, Andrea, karena dia juga merasakan hal sama. Ia raih pipi adiknya untuk dia elus sayang.     

"Kak Jo …."     

"Ya, dear?"     

"Nanti, aku ingin menengok mom, boleh?" pinta Zivena sambil menoleh ke samping menautkan pandangannya dengan sang kakak.     

"Tentu saja boleh. Nanti kita tengok bersama-sama, yah!" Senyum Jovano muncul menjadikan suasana hati Zivena lebih baik dari sebelumnya.     

Andrea berada di alam Cosmo, di sana ditemani Dante yang sudah bangun lebih dahulu dengan mengorbankan daya hidup Ratu Peri yang pernah menjadi istri Dante.     

Saat ini, Andrea masih tertidur pulas bagaikan Putri Salju yang terus didampingi pangerannya menanti ada keajaiban datang.     

Dan keajaiban itu berasal dari kedua anak mereka yang akan membebaskan sang ibu dari kutukan jahat. Sungguh sebuah cerita indah yang nantinya bisa diceritakan pada anak cucu mereka kelak.     

Ketika hari semakin berlari dan suasana menjelang petang mulai hadir, Jovano mengajak seluruh kelompoknya, termasuk Pak Aan, untuk segera naik ke daratan, menyudahi acara main air mereka.     

Kemudian, mereka mulai bergantian mandi di kamar mandi umum yang tersedia di sana. Untung saja tempatnya bersih atau Zivena dan Serafima akan mengomel.     

Padahal, mereka bisa saja cukup menggunakan energi sihir mereka untuk membuat tubuh mereka kembali bersih seperti habis mandi, tapi pasti Pak Aan akan heran.     

Jovano berpesan pada semua Tim Blanche untuk tetap bersikap bagaikan manusia biasa apabila ada di dekat manusia.     

Kemudian, petang berlalu diganti oleh malam. Ada beberapa tenda yang juga didirikan di sekitar mereka. Total ada 7 tenda termasuk milk kelompok Jovano.      

Karena cukup ada banyak orang yang berkemah, maka petugas diperbanyak untuk mengawasi dan menjaga semua pengunjung.     

Mereka mulai membuat api unggun lumayan besar, tak jauh dari tenda agar suhu bisa lebih hangat.     

Di sana, udara dengan cepat mulai dingin karena wilayah itu termasuk di dataran tinggi yang dikelilingi beberapa gunung meski bukan jenis gunung tinggi.      

Suhu di sana bisa mencapai 10 derajat celcius dan akan lebih dingin lagi di malam hari.     

Untuk Jovano dan kelompoknya, hawa dingin sama sekali bukan masalah, mereka bisa menggunakan kekuatan mereka untuk menghangatkan badan.     

Namun, berbeda dengan Pak Aan, Beliau sudah menggigil meski telah memakai jaket tebal. Beliau berulang kali mengusap-usap lengannya sendiri untuk bisa menciptakan kehangatan.      

"Pak Aan." Jovano menyapa sopirnya yang sedang duduk di depan api unggun bersama beberapa pengunjung lain di sana. Ia tersenyum dan membawakan secangkir cokelat hangat untuk Pak Aan.     

"Wah, terima kasih, Pak Jo!" Betapa girangnya Pak Aan menerima cokelat hangat dari Jovano. "Ini bosku," ucap Beliau pada pengunjung yang duduk bersamanya di depan api unggun.     

Jovano pun berkenalan dengan mereka sebagai kepantasan. Banyak yang terkesima dengan fasihnya cara Jovano melafalkan kalimat Indonesia. Apalagi ketika mereka mengetahui ibunda Jovano adalah orang Indonesia asli.     

"Wah, bule seperti Pak Jo pastinya sudah terbiasa dengan hawa dingin seperti ini, yah!" Salah satu dari pengunjung terkekeh sambil bercakap-cakap dengan Jovano.      

"Ha ha … bisa jadi begitu, Pak Muh!" Jovano menanggapi dengan ramah.     

"Pasti di Eropa sana sering ada salju, ya Mister Jo." Bapak lainnya berkata.      

"Ohh, saya tidak di Eropa tinggalnya, Pak."     

"Lah? Di mana?"     

"Rumah asli saya justru di Jepang, tepatnya di Tokyo."     

"Wah, sudah jadi orang Jepang!"     

Kemudian, mereka mulai ingin tahu mengenai kehidupan masyarakat Jepang. Jovano bahkan tidak sungkan memperlihatkan mengenai bisnis rumah makan milik orang tuanya di ponsel dia. Dia perlihatkan instagramm resmi Tropiza dan Joglo Fiesta.     

Bapak-bapak yang sepertinya sedang mendapatkan cuti dari kantornya itu berkerumun melihat layar ponsel Jovano.      

"Wah! Ternyata ibunya sukses di Jepang!"     

"Wow! Ibumu pintar sekali mempromosikan Indonesia dari makanan sampai kain dan pakaian pula!"     

Hati Jovano merasa hangat ketika mereka memuji ibunya.      

"Bapak-bapak pasti tidak menyangka kalau Pak Jo ini istrinya 2!" Pak Aan berkata dengan nada bombastis.     

Sontak saja para bapak di sana riuh merespon Pak Aan. Jovano hanya terkekeh saja.      

"Ya ampun! Bule juga ada yang berpoligami!"     

"Hebat! Mister ini masih semuda ini tapi istrinya sudah 2!"     

"Mister, kau sungguh membuat kami iri saja!      

"Ha ha ha!" Yang lainnya menimpali dengan tawa lepas. Suasana begitu menyenangkan malam itu di depan api unggun.     

Tak berapa lama, petugas mulai membawakan makanan untuk pengunjung yang telah memesan sejak tadi.     

"Wah, aku juga ingin pesan makanan kalau begitu." Jovano baru sadar dia belum memesan apapun untuk makan malam mereka. Meski dia dan kelompoknya tidak membutuhkan makan, tapi rasanya tak masalah berwisata kuliner di dunia manusia.     

"Pak Aan, yuk kita pesan makanan!" ajak Jovano. "Menunya apa saja?"     

"Wah, saya rekomendasikan nasi megono teri, Pak Jo! Itu enak sekali!" Pak Aan segera menyebut nama salah satu kuliner. "Nasi megono itu khas Pekalongan, tak ada di daerah lain di Indonesia, Pak!" promo Beliau.     

"Baiklah, kita pesan seperti yang Pak Aan katakan." Jovano mengangguk.     

Lalu, tak lama kemudian, nasi megono teri sudah tiba untuk Jovano dan seluruh kelompoknya. Dia mengundang kedua istri dan adiknya untuk keluar tenda dan makan di depan api unggun sambil berbincang dan berkenalan dengan semua pengunjung.     

Ketika pengunjung melihat Shona dan Serafima, mereka hanya bisa mengutuk Jovano dalam hati atas keberuntungan pemuda itu.      

Setelah sesi perkenalan dan basa-basi selesai, kelompok Jovano mulai makan.     

"Kenapa ada banyak makhluk astral jelek di sekeliling kita?" Zivena berbisik menggunakan bahasa Jepang ke Shona di sebelahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.