Devil's Fruit (21+)

Kesurupan Massal



Kesurupan Massal

0Fruit 1492: Kesurupan Massal     

Setelah sesi perkenalan dan basa-basi selesai, kelompok Jovano mulai makan.     

"Kenapa ada banyak makhluk astral jelek di sekeliling kita?" Zivena berbisik menggunakan bahasa Jepang ke Shona di sebelahnya.     

Shona mengedarkan pandangannya ke sekeliling dia dan tersenyum, sedangkan Serafima menyeringai.     

"Sepertinya mereka ingin mencicipi pedangku." Serafima berkata pelan.     

Jovano mendengar perkataan kelompoknya dan dia memang melihat ada banyak makhluk astral mendekat. Kebanyakan dari mereka adalah golongan bangsa jin, lainnya adalah arwah dan roh siluman.     

Menghela napas karena masih saja harus berurusan dengan bangsa tak kasat mata begitu di saat dia ingin menikmati waktu bersantainya, Jovano tidak bisa apa-apa selain mulai mengirimkan pertanyaan kepada Sang Sumber. Dia sudah gatal ingin melenyapkan mereka semua yang mengganggunya.     

"Guys, kita selesaikan dulu makan kita, ayo makan dengan cepat." Jovano memberikan perintah ke kelompoknya.     

Kemudian, kelompok itu benar-benar mempercepat makannya dan tidak bisa menikmati hidangan yang tersedia, sungguh menjengkelkan.     

Pak Aan kaget dengan cepatnya para bos dia memakan nasi megono teri. "Wah, wah, kalian cepat sekali habisnya makanannya. Apakah sangat enak?"     

Kepala Jovano mengangguk sambil menjawab, "Iya, Pak! Ini enak sekali, aku ingin makan ini lagi besok."     

"Ohh, jangan khawatir, Pak Jo! Yang jual tidak ke mana-mana, kok! Besok akan saya pastikan menu ini ada lagi untuk kalian." Pak Aan tersenyum lebar karena tamunya ternyata menyukai makanan rekomendasinya.     

Padahal, Jovano hanya sekedar basa-basi, tapi dia mengakui masih mendapatkan sensasi makanan lezat meski harus mempercepat menghabiskannya. Dia sungguh ingin memakan menu ini lagi besok. Harus!     

Sembari menunggu jawaban dari Sang Sumber, Jovano dan kelompoknya tetap duduk di tempatnya sembari siaga. Mereka berlagak tidak melihat makhluk gaib yang mengelilingi mereka.      

Bentuk makhluk-makhluk itu menyeramkan dan jelek. Wajah mereka rata-rata hancur dan pastinya akan menakutkan di mata manusia biasa.      

"Arrghh! Arrghhh!" Mendadak saja terdengar teriakan dari dalam tenda salah satu pengunjung.     

"Ehh? Seperti suara Mona!" Salah satu bapak di sana bergegas bangun dari duduknya.     

"Pak Willie! Mona kesurupan!" teriak salah satu perempuan yang satu tenda dengan Mona.     

"Biar aku." Zivena ikut bangun dan berjalan cepat seperti yang lainnya ke tenda Mona berada.     

"Enyaahhh! Enyaahh! Pergi sana! Pergiiii!" Tiba-tiba, terdengar teriakan lain di tenda berbeda.     

"Linda kesurupan!"      

Orang bergegas ke tenda Linda juga.     

"Yang ini biar aku saja." Shona bangun dari duduknya dan bergegas pergi ke Linda.     

"Sera, ayo kita buat pagar penghalang saja." Jovano merasa sepertinya makhluk-makhluk gaib itu tidak bermaksud menyerang dia namun mengarahkan serangannya ke manusia di sekitar Jovano.      

"Aku tak paham caranya." Serafima jujur.     

"Ikuti saja caraku. Aku akan gunakan batu khusus yang memiliki energi array penghalang." Jovano justru bergerak ke arah lain yang menjauh dari tenda.     

Mempercayakan perempuan-perempuan yang kesurupan, Jovano lebih ingin fokus pada pembangunan array penghalang saja di sekeliling tenda.      

Dia merasa kecolongan. Jovano pikir, para jin dan gerombolannya akan menyerang dia, tapi ternyata dia salah.      

"Sera! Bawa batu ini ke sudut yang sana!" teriak Jovano sambil lemparkan sebuah batu yang memiliki pendar perak ke istri pertamanya.     

Serafima menangkap batu dari Jovano dan segera berlari ke arah yang ditunjuk Jovano.      

Suasana di area kemah mendadak penuh dengan hiruk-pikuk dan teriakan dari beberapa orang yang kerasukan. Tidak ada yang menyadari Jovano dan Serafima bergerak menjauh dari tenda.     

Baru saja Jovano sedang mengatur batu-batu di empat penjuru mata angin untuk membuat penghalang gaib, mendadak dia dikejutkan dengan seseorang yang berlari cepat ke arah hutan di belakang perkemahan. Itu adalah seorang lelaki yang tadi ikut mengobrol dengannya.     

Mau tak mau dia mengurungkan pengaturan batu dan mengejar orang itu.      

Kalau saja Jovano menggunakan energi supernatural dia, dia bisa melesat bagaikan gundala, tapi itu akan terlihat aneh. Maka, dia menahan tenaganya dan berlari di kecepatan tercepat manusa saja.     

Tapp!     

Jovano sudah menangkap lelaki itu yang berontak di pelukannya. "Pak Dion! Sadar, Pak!"     

Tapi Pak Dion malah makin berontak dengan beringas. Meski itu bukan hal sulit bagi Jovano untuk menaklukkan Pak Dion, namun beberapa orang mulai berdatangan karena mereka sempat melihat Pak Dion lari begitu saja ke arah hutan.     

Tak ingin berlama-lama membuang waktu yang berharga, Jovano menaruh tapak tangannya di puncak kepala Pak Dion, lalu dia melakukan gerakan seperti sedang menarik sesuatu dari kepala Pak Dion.     

Jika orang lain menyembuhkan kerasukan dari ujung jempol kaki, berbeda dengan Jovano yang lebih mumpuni kemampuannya. Dia cukup menarik keluar makhluk jahat itu dari kepala orang yang dirasuki.     

Zreett!     

"Jangan ganggu orang ini kalau tak mau aku bakar!" Ucapan Jovano penuh dengan ancaman sambil matanya bersinar selama satu detik ke jin itu.     

Jin tadi bergegas mundur menjauh, tidak mengira bahwa manusia seperti Jovano bisa melakukan itu padanya.     

Sementara itu, beberapa orang yang mengejar Pak Dion melihat semua adegan tadi, dari Jovano menangkap Pak Dion hingga seperti menarik sesuatu dari kepala Pak Dion dan kemudian berbicara di area kosong.     

"Bu-Bulenya bisa ngusir setan!" Salah satu dari mereka sampai berkata dengan wajah melongo. Bapak lainnya mengangguk setuju.     

"Hei, hei! Ayo bantu Mister bawa Pak Dion!" Bapak lainnya segera tersadar dan mereka lekas membawa kembali Pak Dion yang setengah pingsan kembali ke tenda.     

Sementara itu, di 2 tenda sudah ada Zivena dan Shona yang menyembuhkan Mona dan Linda menggunakan cara masing-masing. Orang-orang yang menonton sampai dibuat takjub akan cepatnya dua bule menyadarkan Mona dan Linda.     

Sementara itu, Jovano dan Serafima kembali bekerja sama untuk menaruh beberapa batu di koordinat yang tepat untuk menghasilkan energi penghalang bagi para makhluk astral yang hendak masuk.     

Untuk yang sudah terlanjur masuk, maka Jovano akan menangani mereka setelah ini. Jumlahnya ada sekitar 20 lebih.     

Seketika, terdengar jawaban dari Semesta untuk Jovano. "Lakukan yang harus kau lakukan, tapi jangan berlebihan."     

Setelah mendapatkan jawaban dari Sang Sumber melalui Semesta, maka Jovano bisa lebih leluasa mengambil tindakan. Dia menoleh ke Serafima dan mereka tersenyum sembari sama-sama mengangguk.     

Maka, kedua orang itu melepaskan setengah jiwa mereka keluar dari tubuh fisik dan mulai membantai jin dan gerombolan yang ada di dalam lingkaran penghalang.     

Sementara itu, puluhan lainnya sudah mengepung di luar penghalang, siap untuk menyerang. Mereka memukul-mukul array yang dipasang Jovano seakan di sana ada dinding tak terlihat yang menahan mereka masuk ke area perkemahan.     

"Sepertinya … bule-bule ini … mereka mengerti klenik!"      

"Ya, teknik mereka hebat sekali! Tidak sampai satu menit, semua demit dikeluarkan!"     

"Padahal korban berganti-ganti, tapi semua dengan cepat ditangani, yah!"     

"Hebat nian istri dan adiknya mister Jo ini!"     

Orang-orang mulai bergumam setelah mereka menyaksikan sendiri bagaimana Shona dan Zivena mencabut keluar jin yang merasuki banyak perempuan, tak hanya Mona dan Linda saja.     

Kebanyakan dari korban adalah perempuan.     

Saat Jovano dan Serafima selesai membantai yang mereka temui di luar tenda, mereka mulai mendekat ke tenda untuk melihat kinerja Shona dan Zivena.     

Tapi, mendadak saja ada bapak lain yang kesurupan. Dia berteriak gahar dengan mata melotot hingga tak ada yang berhasil menahan tubuh dia yang seolah menjadi kuat berkali lipat dari kekuatan manusia biasa.     

Jovano berlari ke bapak itu dan memegang dan menjatuhkannya ke tanah sebelum akhirnya dia cabut jin yang merasukinya.     

Sementara itu … di hutan tak jauh dari perkemahan, ada wanita ular dengan 3 anteknya bertengger di sebuah batu besar sambil menyaksikan perkemahan.     

Wanita ular itu berkata pada jin-jin di sana, "Tunggu apa lagi? Cepat dobrak masuk dan serang mereka!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.