Devil's Fruit (21+)

Keluh-Kesah Asih



Keluh-Kesah Asih

0Fruit 1494: Keluh-Kesah Asih     

Zivena terlambat mengetahui adanya orang di warung yang berhasil dirasuki oleh jin kuat dan mengakibatkan ditusuknya salah satu penjaga tempat wisata tersebut.     

"Kau!" teriak Zivena sambil mendorong gadis Asih dan menarik penjaga yang terluka parah itu. Dia berkata pada lelaki yang mulai berkunang-kunang pandangannya, "Pak, keluar dari sini dan jangan cabut pisau itu, cari bule bernama Shona, minta dia menyembuhkanmu! Cepat!"     

"I-Iya …." Penjaga itu melangkah terseok-seok menuju ke area perkemahan lagi, semoga saja dia tidak ambruk di tengah jalan.     

"Kak Sho! Ada yang sekarat! Dekat warung soto!" Zivena menekan anting komunikasinya sebelum akhirnya dia mengurus Asih yang tadi didorong sampai menabrak tembok.     

Dengan kesalnya, Zivena hendak meraih Asih yang ternyata masih sadar dan masih dirasuki.     

Segera saja, Asih mengambil pisau lainnya dan ditempelkan ke lehernya. "Kau berani ke sini? Maka ucapkan selamat tinggal ke manusia ini, hi hi hi …."     

Zivena membeku di tempatnya berdiri. Dia tidak boleh salah mengambil tindakan atau Asih akan menjadi korban selanjutnya. Dia tidak mengira jin yang masuk ke tubuh Asih begitu kuat sampai bisa menguasai seluruh kesadaran Asih dan mengontrol gerak gadis muda itu. "Kau jangan macam-macam kalau tidak mau hancur menyedihkan!" teriaknya dengan kekesalan memuncak. Berani sekali jin seperti itu mencari masalah seberat ini dengannya.     

"Ha ha ha!" Jin tertawa melengking meminjam suara Asih. "Justru kau yang harusnya tidak boleh macam-macam denganku atau bocah ini tamat! Apa kau mau leher mulusnya berwarna merah? Ha ha ha … warna merah itu bagus, loh! Mau coba?"     

Zivena melotot ketika jin itu semakin menekan pisau di leher Asih. "Jangan! Jangan lakukan hal bodoh itu, dasar makhluk jelek!"     

"Sekali lagi aku dengar kau mengatai aku jelek, maka bocah ini akan aku habisi tanpa ragu!" jerit si jin meminjam suara Asih.     

"Oke! Oke! Aku mengerti! Sekarang, tolong keluar dari dia dan aku tidak akan apa-apakan kamu, aku janji! Kau bebas pergi dari sini tanpa terluka!" Zivena hanya ingin Asih kembali tanpa terluka sedikitpun.     

"Pak! Pak!" Ada suara Shona di luar warung. Ini menandakan petugas itu tidak berhasil melangkah lebih jauh dan mulai ambruk di depan warung soto.     

Zivena melirik ke belakang, dia sekilas melihat Shona sudah datang bersama beberapa orang. Dia lega, setidaknya sudah ada bala bantuan sembari dia akan mengurus jin di tubuh Asih.     

Ada yang hendak masuk ke warung tapi Zivena menghadang dengan 2 lengan yang terentang agar mereka tidak salah bertindak demi keselamatan Asih.      

"Mbak! Tenang, Mbak! Jangan gegabah!" Seorang wanita berteriak pada Asih.     

"Dia sudah bukan Asih lagi," timpal Zivena pelan.     

"Heh? Bukan siapa? Asih? Jadi namanya Asih?" Ada lelaki ikut bicara.     

"Mbak, sadar, Mbak! Jangan nekat! Semua bisa dibicarakan baik-baik!" Wanita lainnya berteriak.     

"Dia bukan Asih! Dia sudah dirasuki!" teriak Zivena saking kesalnya karena orang-orang ini tidak paham situasi yang terjadi sekarang.     

Orang-orang di belakang Zivena segera termangu sambil terheran-heran. Mereka tidak menyangka ternyata gadis penunggu warung soto itu sudah kerasukan.      

Seorang lelaki berkata dengan nada tak yakin, "Jadi … petugas yang ditusuk tadi …."     

"Ulah jin yang merasuki dia." Zivena menjawab sambil menunjuk Asih menggunakan dagunya.     

Mereka mulai bergumam satu sama lain mengomentari insiden mengerikan itu.      

Ketika orang sedang berdengung mengomentari kejadian itu, terdengar suara isak tangis lirih dari Asih. "Hiks! Hiks!"     

Kening Zivena berkerut.      

Seorang wanita berseru, "Mbak, kamu tidak apa-apa?" Dia cemas karena melihat tangan Asih masih menempelkan pisau ke lehernya sendiri.     

"Aku … aku hanya ingin dia berhenti … hiks! Tapi dia tidak mau mendengar … hiks!" Suara Asih kini melembut dan mendayu mengantarkan kesedihan.     

"Maksudnya gimana, Dik Asih?" tanya seorang bapak.     

"Dia! Dia lelaki bajingan itu!" Tangan Asih menunjuk ke arah luar. "Dia sering melecehkan aku di sini hampir tiap malam! Padahal aku sudah menolak! Tapi dia terus memaksa! Dia! Dia! Aku ingin dia mati! Mati! Mati! Arrghhh!" Asih menjerit-jerit kalut.     

Orang yang mendengar itupun terkesiap tidak siap mendengar adanya plot twist semacam ini dari gadis penunggu warung dan salah satu petugas jaga tempat ini.     

Melihat sepertinya Asih mulai kalap dan tidak terkontrol, Zivena hendak maju, tapi mendadak saja jin yang mengendalikan Asih kembali menempelkan pisau ke leher Asih dan mulai tertawa terbahak-bahak seakan senang karena berhasil menipu Zivena.      

"Aha ha ha! Ha ha ha!" Tawanya terus melengking tinggi dengan wajah mengerikan seolah itu bukan wajah Asih lagi. "Kau pikir kau ini siapa? Kau pikir sehebat apa dirimu, hah? Aha ha ha ha! Kau hanya bocah ingusan! Kau ini tidak ada apa-apanya di depanku! Ha ha ha!"      

Wajah Zivena cemberut karena dia dipecundangi di depan banyak orang. "Cepat katakan apa sebenarnya maumu. Jangan bertele-tele seperti jin murahan yang biasa aku temui."     

Mendadak wajah Asih menegang. "Kau! Aku ingat kau sudah banyak membantai kawan-kawanku! Aku tidak akan melepaskanmu!" Dia mengacungkan pisau ke Zivena.     

"Justru itu kata-kataku untukmu. Setelah ini, apa kau pikir kau bisa lolos begitu saja? Tunggu saja sampai aku mencabik dan membakarmu hidup-hidup." Zivena mulai tenang dan melipat kedua lengan di depan dadanya.     

Jin itu terheran-heran, kenapa Zivena seperti berubah santai begitu? Apakah hanya gertakan saja agar dia lengah? Atau Zivena sebenarnya menutupi kegugupannya sambil mencari celah untuk menyerangnya? Si jin bergulat dengan dugaan di benaknya.      

Mendadak, muncul suara lirih memilukan dari Asih, "Kak … tolong, tolong aku … aku tidak bermaksud menusuk Mas Sus."      

"Apakah dia sudah sadar?" tanya seorang wanita ketika mendengar ucapan Asih.     

Namun, kembali lagi terdengar suara kasar Asih menyahut, "Sudah, kau diam saja di dalam sana dan tak usah rewel! Biar aku yang menyampaikan keluh-kesahmu!" Jin seolah menghardik Asih yang mendadak sadar.     

"Kau dengar sendiri, dia sebenarnya tidak ingin melakukan itu tapi kau memaksanya. Kau akan lihat nanti hukuman apa dari Semesta untuk makhluk rendah sepertimu." Zivena menyeringai.     

"Diam! Atau aku akan—erghhh!" Asih mendadak saja kesulitan menggerakkan tangan yang memegangi pisau seakan tangan itu macet di udara. "Hei!"     

Kepala Zivena miring sambil dia tersenyum mengejek. Ya, dia benar-benar melakukan hal itu sembari menatap tingkah bingung si jin yang menguasai tubuh Asih, seakan itu sebuah tontonan menarik.     

Jin tidak sadar bahwa beberapa detik lalu ada butiran debu yang perlahan mulai berkumpul di bawah kakinya dan semakin merayap naik lalu berubah menjadi lebih kumpulan debu solid yang membentuk sebuah sosok lelaki dan menahan tangan Asih.     

Setelah itu, Zivena segera saja menerjang maju disaat sosok debu masih memegangi tangan Asih dan pisaupun jatuh.     

Zivena lekas menendang pisau tadi ke belakang dan masuk ke kolong meja. "Trims, Gav!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.