Devil's Fruit (21+)

Merasuki untuk Menikmati [21+]



Merasuki untuk Menikmati [21+]

0Fruit 1535: Merasuki untuk Menikmati [21+]     

Voindra dan Gavin sudah masuk ke kelab malam terbesar di kota yang saat ini mereka singgahi.      

Pakaian Voindra seperti biasa—serba terbuka dan menantang pandangan para lawan jenis, sedangkan Gavin mengimbangi dengan berdandan ala playboy parlente.     

Mereka berdua terlihat cocok berjalan berdampingan menyusuri lantai-lantai di kelab malam. Banyak pasang mata tertuju pada mereka. Voindra dengan wajah perpaduan gadis Amerika Latin dengan gadis Balkan, sedangkan Gavin membawa ketampanan lelaki Asia Timur yang memikat nan eksotis.     

Tak hanya lelaki, para wanita juga melirik ke dua orang keturunan iblis Lust itu.      

"Kita berpencar saja." Voindra memutuskan demikian. "Kalau kau menempel padaku terus, bisa-bisa tak ada lelaki yang mau menghampiriku."     

Gavin belum sempat berkata apa-apa ketika dia hanya bisa melongo menyaksikan Voindra sudah berjalan menjauh darinya. Ia menelan kekecewaannya.     

"Hai, ganteng, sepertinya cewekmu meninggalkanmu?" Seorang wanita muda dengan dandanan seksi mendekat ke Gavin sambil mengelus lengannya.     

"Ohh, dia bukan cewekku. Hanya teman saja." Gavin menjawab cepat disertai senyum. Sepertinya dia bisa mendapatkan penghiburan dari wanita manis itu.     

Voindra menoleh ke belakang dan mendapati Gavin sudah digamit lengannya oleh seorang wanita dan mereka naik ke lantai atas, pastinya memesan sebuah bilik untuk mereka. Dia memutar bola matanya, sudah mengira kalau Gavin memang sebrengsek yang dia perkirakan.     

Awalnya, Voindra mengira Gavin hendak mengejar dirinya dan merayu dengan berbagai macam upaya, tapi hanya diuji sedikit oleh dia yang menjauh sebentar dari Gavin saja dan pemuda itu teralihkan pada wanita lain.     

"Cih! Brengsek selamanya." Voindra mendecih sambil memikirkan Gavin. Tadinya dia ingin melihat perjuangan Gavin mendapatkan dia, tapi … sepertinya dia terlalu tinggi memikirkannya.     

"Sendirian saja, cantik?" tanya seorang lelaki yang sudah berada di sampingnya ketika Voindra duduk di bar.     

"Tidak lagi, karena sudah ada kamu." Voindra menjawab diiringi senyum anggunnya.     

Lelaki itu tersenyum lebar mendengar ucapan Voindra dan menawarkan naik ke lantai atas.     

"Bilik?" tanya Voindra pada lelaki itu.     

"Ya, kau mau?" Si lelaki sambil menatap Voindra dari atas sampai bawah, seakan sedang memindai bagian mana saja yang ingin dia sentuh nantinya.     

"Aku sedang sedih malam ini, bisakah ke ruang VIP saja?" Voindra menampilkan wajah sedihnya. "Aku ingin bisa menangis tanpa perlu malu karena dilihat banyak orang."     

"O-ohh! Tentu saja! Ayo! Ayo kita ke sana!" Lelaki itu jadi lebih bersemangat karena Voindra malah menginginkan ruang VIP.     

Segera, mereka naik ke lantai paling atas di kelab tersebut dimana ada sekitar 5 ruang VIP yang bisa disewa oleh orang yang mampu secara finansial, karena ruangannya tertutup, luas dan didekorasi dengan baik, layak digunakan orang-orang kaya untuk bersenang-senang.     

Dengan cepatnya si lelaki menyanggupi permintaan Voindra untuk ke ruang VIP, maka bisa disimpulkan seberapa banyak isi dompet si lelaki.     

Sementara itu, di ruang bilik lantai 2, ruangan yang terdiri dari kaca dengan tirai semi transparan, Gavin sedang diladeni oleh wanita tadi.     

"Ummrpphh … umrrllhh …." Si wanita sedang sibuk di selangkangan Gavin, mulutnya sangat penuh akan batang jantan milik sang pemuda, sedikit heran sekaligus takjub akan besarnya tongkat ajaib yang saat ini memenuhi mulutnya.     

Tentu saja, wanita itu tidak akan pernah menyangka bahwa dia sedang meladeni keturunan iblis, seorang cambion.     

Sebenarnya, pikiran Gavin terus tertuju pada Voindra. Sedang apa gadis itu saat ini? Sedang bersama siapa dia? Lelaki macam apa yang menemani Voindra?     

Dikarenakan memikirkan hal itu, akhirnya Gavin melepaskan sedikit dirinya yang berubah menjadi elemen debu lewat ujung telunjuknya tanpa disadari wanita yang bersamanya, untuk mencari Voindra sebelum dia meledak karena rasa penasaran.     

Debu Gavin terus meluncur sambil mengambil sisa aroma Voindra yang sudah dia hafalkan dan dia menemukan jejak gadis itu di lantai paling atas.     

Ketika debu Gavin berhasil menyusup masuk melalui bawah pintu ruang VIP, dia segera melaju dan menyaksikan Voindra sedang berada di atas meja sambil pahanya dibuka lebar agar si lelaki bisa memanjakan area selatan Voindra.     

"Annghh … hnnghh … Dustin. Mgghh …." Voindra sudah tidak memakai pakaian apapun dan meliukkan tubuhnya ketika lidah si lelaki terus menguasai bagian paling menyenangkan bagi Voindra ketika disentuh.     

Melihat bagaimana Voindra terlihat memikat dan menggairahkan, Gavin merasa cemburu dan dia segera masuk ke dalam tubuh si lelaki untuk mengambil alih.     

Lelaki itu sempat mengejang sesaat ketika Gavin berhasil merasukinya. Kemudian, Gavin mulai beraksi menggunakan tubuh lelaki itu. Dia mengeliatkan lidahnya lebih liar dan beringas.     

"Haanghh … Dustin … unghh … enak sekali …." Voindra makin menggeliat karena nikmat sembari dua tangannya meremas payudaranya sendiri sambil sesekali dia akan melihat ke arah lelaki mangsanya bernama Dustin.     

Mata Voindra berbinar sekejap ketika dia menatap ke arah Dustin yang melirik ke dirinya. Dia tersenyum dan semakin menggeliat, hingga akhirnya dia meraih kepala Dustin, mencumbunya sesaat dan kemudian ganti dia yang merebahkan Dustin ke atas meja untuk dia lucuti semua pakaiannya.     

Setelah Dustin ditelanjangi, giliran Voindra yang memberikan pelayanan terbaik dari mulutnya.     

"Arrghh … urrfhhh … Voi … mmrrghh …." Dustin menggeram saat batang jantannya dimanjakan mulut piawai Voindra.     

Gadis itu melirik ke utara menyaksikan wajah nikmat Dustin sambil dia menyeringai.      

Setelah itu, Dustin menyerah dan membiarkan cairannya dihisap dan diteguk Voindra sebelum gadis itu mendadak saja mengangkangi wajahnya dan memerintahkan agar Dustin memanjakan lembah lembapnya kembali menggunakan lidah dan mulutnya.     

Voindra bergerak agresif di atas wajah Dustin sambil erangannya semakin keras ketika mutiara mungilnya dihisap-hisap mulut Dustin. "Ahahh! Dustiinnhh! Hnnrrghhh! Kau memang nakal! Ha ha hah!"      

Kemudian, permainan mereka kian memanas dengan Dustin terus menghujani Voindra dengan tusukan-tusukan nikmat menggunakan batang jantannya.     

Di atas meja, di sofa, hingga berdiri di jendela kaca. Semua gairah dituangkan dalam sudut dan bermacam area di ruang tersebut.     

Gavin sungguh menikmati permainan membara dengan Voindra meski harus meminjam tubuh Dustin. Setidaknya, dia mencapai kepuasan malam ini bersama Voindra.     

Lantas, setelah Dustin berhasil mendapatkan klimaks hingga 5 kali dan semuanya diambil Voindra untuk menjadi energi bagi gadis itu, Voindra melangkah keluar dari ruangan itu dan meninggalkan Dustin yang terkapar pingsan.     

Voindra sudah memakai semua pakaiannya dan melangkah santai sambil berdiri di depan bilik tempat Gavin berada. Dia ketuk sebelum membuka pintu bilik itu, bertanya ketika melongokkan kepalanya, "Belum selesai? Perlu aku bantu?"     

Wanita yang ada di sana terkejut dengan kehadiran Voindra. Saat ini, dia sedang ditunggangi Gavin dan mereka tidak memakai apapun juga. "Kau! Siapa kau! Mau apa ke sini?" Dia sedikit panik.     

"Dia temanku." Gavin memberikan jawaban. Tapi, dia mendadak tidak bernapsu lagi dengan wanita itu dan mencabut miliknya dan pergi keluar bersama Voindra.     

Berdua, mereka berjalan keluar dari kelab setelah merasa puas bersenang-senang.     

"Kau yakin tidak ingin menghubungi Zizi untuk menjemput kita?" tanya Gavin ketika mereka berjalan menyusuri trotoar.     

"Tak usah, aku ingin jalan begini saja. Siapa tahu menemukan mangsa baru, he he …." Voindra menyahut dari sebelah Gavin.     

"Kau masih belum puas setelah membuat pingsan seorang lelaki?" Gavin tak mengira Voindra memiliki napsu besar.      

"Kenapa? Kau sendiri … apa kau sudah puas menikmati tubuhku, Gav?" tanya Voindra sambil melirik diiringi senyum penuh arti pada pemuda di sampingnya.     

Gavin terhenyak dan berhenti untuk mencerna ucapan Voindra. "Maksudmu apa, Voi?"     

Voindra ikut berhenti dan menghadap ke Gavin. "Kenapa? Masih tak mau mengaku? Dustin tadi … aku memberitahukan padanya bahwa namaku adalah Angelica, bukan Voi."     

Mata Gavin menyala sekian detik. Rupanya Voindra tahu!     

Segera saja, keduanya saling merengkuh satu sama lain dan mencari semak tersembunyi untuk kembali mengulang apa yang tadi mereka perbuat di ruang VIP.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.