Devil's Fruit (21+)

Andrea Bangun



Andrea Bangun

0Fruit 1545: Andrea Bangun     

Kristal jiwa milik Andrea kini sudah berada di tangan Dante. Lelaki nephilim itu begitu terharu dengan benda di tangannya. Sebentar lagi, penantian panjangnya akan usai dan dia akan bersatu kembali dengan Andrea.     

Dante berdiri di sebelah peti es Andrea, tangannya terangkat di atas peti, di dalamnya ada Andrea yang tertidur dan terlihat pucat namun cantik sekali.     

Ketika akhirnya kristal jiwa itu dilepas perlahan oleh tangan Dante, benda berwarna merah gelap itu melayang pelan dan kemudian mulai masuk menembus peti es tanpa ada kendala.     

Pelan-pelan, es yang melingkupi Andrea mulai berubah menjadi gas atau uap, bukan air, sehingga itu melayang ke atas dan menjadi udara yang kemudian keluar dan menghilang.     

Setelah sebagian uap es itu terangkat, wujud cantik Andrea mulai terlihat lebih jelas. Bagian dadanya mulai bersinar kemerahan, pertanda kristal jiwanya sudah masuk dan mengisi kekosongan di sana.     

Semua orang di sekelilingnya menanti penuh harap. Mata mereka tidak berkedip, takut terlewatkan sesuatu meski hanya kecil.      

Meski harus berdesakan karena ruangan itu tidak bisa menampung semua orang yang hendak melihat bangunnya Andrea, kesayangan mereka, namun tidak menyurutkan semangat mereka.     

Detik demi detik dinantikan, hingga di detik ke-127 setelah semua es berubah menjadi uap, mata lentik Andrea mulai bergerak dan terbuka secara perlahan.     

Dante dan yang lainnya di sana segera menahan napas dengan mulut ternganga karena haru dan bahagia.      

Kemudian, mata lentik itu mulai berkedip-kedip sembari ada uap es berhamburan tipis mengikuti gerakan kedipan tersebut. Kepala ditolehkan dan keluar suara merdu, "Aku … ini … tidurku lama, yak?" tanya Andrea sambil menatap suami di sebelahnya.     

"Sayankku!" Dante sudah tidak bisa menahan diri dan memeluk Andrea yang masih rebah di atas meja bekas menaruh peti es.     

"Ehh?" Andrea tertegun direngkuh suaminya seperti itu, bahkan Dante menangis.     

Tak hanya Dante yang menerjang Andrea, ada juga Jovano dan Zivena.     

"Mom! Mom!"     

"Mommy! Mommy!"     

Jovano dan Zivena saling berteriak memanggil ibu mereka sembari terisak-isak diakibatkan haru dan bahagia. Betapa ini sebuah penantian yang sangat panjang dan melelahkan, namun semua seolah terasa singkat dan menyenangkan begitu Andrea bangun.     

Ini mirip seperti ketika wanita mengandung 9 bulan lamanya, lalu melahirkan dengan susah-payah, penuh perjuangan antara hidup dan mati. Ketika bayinya sudah berhasil terlahir dengan selamat, penderitaan 9 bulan dan persalinan langsung lenyap tak berbekas diganti dengan kebahagiaan saja.     

Atau ketika seseorang mendaki gunung terjal, begitu menyakitkan bagi jiwa dan raga hingga ingin berhenti. Namun, terus saja dijalani meski remuk-redam. Namun, ketika mencapai puncak dan melihat matahari terbit di ufuk timur, semua rasa sakit sebelumnya seolah lenyap dan hanya menyisakan senyum bahagia saja.     

"Ini … kalian kenapa, sih? Oi! Ada apa? Kenapa aku bangun tidur aja malah dipeluk-peluk segala?" Andrea sampai bingung dengan sikap keluarganya.     

Ditambah, ketika dia melihat banyaknya orang di sekeliling dia, dari siluman, hewan iblis, sampai mutan dan berbagai ras lainnya di Cosmo, semua berjejalan ingin melihat Andrea.     

"Kalian … kenapa seramai ini cuma kalo kepingin liat aku bangun tidur, aelah!" Logat bicara yang sama dari Andrea pun keluar.     

"Mommy … pokoknya aku lega sekali Mommy akhirnya bangun." Zivena menangis tersedu-sedu seperti anak kecil.     

"Ya ampun, cup cup cup … ini bocah napa, yak? Maknya bangun tidur aja malah mewek." Andrea lalu terkekeh geli sambil mengelus-elus kepala putri bungsunya.     

"Mommy tidak boleh tidur lagi! Tidak boleh! Hu hu huuu …." Zivena makin bermanja.     

Andrea malah menimpalinya dengan tawa renyah,"Etdah ini bocah, ha ha ha! Mamaknya kagak dibolehin tidur. Disuruh kerja rodi?" Dia tatap geli Zivena yang bermanja di dadanya.     

"Hiks! Kerja rodi itu apa, Mommy?" Mata besar Zivena yang basah oleh air mata menatap lugu ibunya, mendadak saja gayanya seperti bocah usia 5 tahun.     

Sekali lagi Andrea tertawa melihat keanehan sikap putri bungsunya yang biasanya ketus, tegas, dan pandai berceramah. "Kerja rodi itu … pokoknya gak enak, lah!" Hingga kemudian, Andrea menyadari sesuatu. "Wait! Kok kamu … kamu udah segede ini, Zizi?"     

Kemudian, Andrea beralih ke Jovano. Keningnya berkerut. "Perasaan kamu kagak gitu mukanya, deh Jo? Kalian ini … kok aku jadi bingung, yak?" Ia menggaruk kepalanya sambil memikirkan apa yang sebenarnya terjadi.     

"Sudah, tak usah dipikirkan terlalu dalam dulu mengenai itu." Dante dengan lembut mengusap rambut istrinya.      

Lalu, mata Andrea beralih ke orang-orang yang mengelilinginya. "Hai kalian semua!" Dia melambaikan tangan ke mereka sambil tersenyum lebar.     

"Pokoknya, malam ini harus ada pesta!" Jovano sambil mengusap mata basahnya dan tersenyum sampai sebagian giginya terlihat.     

Semua orang bersorak senang.     

Sedangkan Andrea, dia bingung. Pesta apa? Kenapa harus ada pesta? Hanya karena dia bangun tidur? Boros sekali anak sulungnya itu! Setiap dia bangun ada pesta? Ck ck ck! Sepertinya dia masih harus mengajari ilmu irit pada Jovano.     

.     

.     

Sore harinya, ketika semua orang sudah selesai menyapa dan mengobrol singkat dengan Andrea, Dante mendekat ke istrinya yang sedang bersantai di kolam air misterius yang ada di belakang pondok.     

Jovano dan Zivena membiarkan mereka berduaan saja di sana, memberikan kesempatan pada sang ayah untuk berintim-intim dengan istri tercinta yang sudah lama dirindukan.     

"Sayank …." Dante menoleh ke istri di sampingnya sambil menyapa menggunakan suara lembut.     

"Hm …." Andrea duduk sambil kedua lengannya terentang ke samping di bebatuan tepi kolam. Matanya terpejam.     

"Kira-kira apa yang kamu ingat terakhir kali … sebelum kamu tidur?" Dante ingin perlahan-lahan mengembalikan ingatan istrinya agar Andrea tidak terus bertanya-tanya kenapa anak-anak mereka dan beberapa orang di Cosmo menjadi semakin terlihat besar dan tumbuh dewasa.     

"Hm … terakhir sebelum aku tidur. Apa, yak?" Andrea masih memejamkan mata sambil dia terus mengingat-ingat dengan sikap masih santai.     

Terdengar bunyi gumaman rendah dari Andrea sembari dia terus mengingatnya.     

Sebelum tidur … sebelum tidur … ada yang menembus dadanya … ada yang menancap di tubuhnya … menyerap kekuatannya dan menarik keluar jiwanya … Ivy ….     

"Hakh! Ivy!" Segera saja Andrea membuka mata sambil dia mendelik terkejut sendiri. Lalu, dia menoleh ke suaminya. "Ivy … mana Ivy?" Wajahnya menampakkan kecemasan dan panik. Dua lengannya sudah turun dan masuk ke air.     

"Sayank, tenanglah … kumohon tenang dulu." Dante lebih mendekat ke sang istri sambil berusaha memasukkan Andrea ke rengkuhan kedua lengan kokohnya.      

Secara pelan-pelan, Dante menceritakan mengenai apa yang terjadi kala itu di peperangan mereka melawan pasukan Ivy dan apa pula yang akhirnya terjadi pada Ivy.     

Andrea melongo, matanya mulai basah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.