Devil's Fruit (21+)

Pesta di Cosmo: Tugas Berat Dante Menanti



Pesta di Cosmo: Tugas Berat Dante Menanti

0Fruit 1546: Pesta di Cosmo: Tugas Berat Dante Menanti     

"Sayank! Tolong, jangan panik dulu! Kumohon!" Dante lekas memeluk Andrea yang menangis.     

"Ivy … Ivy anakku … hu hu huuu …." Andrea tersedu-sedu di pelukan suaminya.     

.     

.     

"Maafkan kalau hanya seperti ini saja yang bisa aku lakukan untuk Ivy, Ma." Jovano sudah membawa kedua orang tua dan adiknya pergi ke alam Wadidaw dia.     

Beberapa selir Gavin yang tinggal di alam itu segera menyingkir karena pemilik alam sebenarnya sudah datang untuk urusan yang bukan berkaitan dengan mereka.     

Mata Andrea menatap anak keduanya yang kini sudah kaku dan pastinya tanpa nyawa lagi di dalam sebuah kotak es buatan King Zardakh.     

Tangan Andrea mengusap peti tempat Ivy dikurung. Usapan seorang ibu yang hatinya terluka karena melihat mayat anaknya. Meskipun dia ingat bagaimana Ivy bertindak jahat pada dia dan kelompoknya, tapi naluri sayang ibu tetaplah naluri ibu.     

Andrea memeluk sebentar peti es itu sambil terisak menangisi kematian Ivy. Kemudian, dia menoleh ke keluarganya dan bertanya, "Tidak bisakah dia dihidupkan?"     

Jovano menggelengkan kepalanya. "Maaf, tidak bisa lagi, Mom." Padahal, dia mengetahui cara membangunkan Ivy, namun itu sungguh merupakan hal paling berisiko dan dia tak ingin mengambil risiko itu.     

Lebih baik membohongi ibunya daripada kelompok mereka terluka lagi akibat Ivy.     

Peti es dari King Zardakh ini terbuat dari bahan es khusus yang akan memenjarakan jiwa seseorang tanpa bisa dilelehkan kecuali atas kuasa pembuatnya.      

Apalagi, ditambah aura alam pribadi milik Jovano yang ternyata bisa menekan kekuatan murni vampir seperti Ivy, menyebabkan Ivy benar-benar tetap menjadi mayat saja di dalam petinya.     

"Ini … tidak bisakah dia dibawa ke Cosmo dan diberi makam di sana saja?" Andrea masih mencoba mengucapkan permintaannya.     

Jovano menggeleng lagi sambil berkata ke ibunya, "Maaf, Mom, itu juga tidak bisa. Akan sangat menyakitkan bagi keluarga om Noir kalau Ivy dimakamkan di Cosmo."     

Andrea termenung, dia segera teringat akan nasib Sabrina dan anak-anaknya yang mati karena Ivy. Jovano benar, tindakan membawa jasad Ivy ke Cosmo hanya akan menyakiti Noir dan sisa anaknya. Dia pun menganggukkan kepala, menerima kenyataan meski pahit.     

"Oke, biarin dia di sini, kalo gitu." Andrea pasrah dan menatap putra sulungnya. "Tapi, kalau aku lagi kangen, please bawa Mom ke sini, yak Jo!"     

"Tentu aja, Mom. Jangan khawatir tentang itu." Jovano tersenyum lalu memeluk ibunya untuk memberikan penghiburan.     

Setelah berkabung sejenak di makam Ivy, Andrea dan keluarganya kembali ke Cosmo. Kini, alam Cosmo dikembalikan Jovano ke pemilik aslinya, Andrea.     

Malam itu, mereka berpesta makan dan minum sampai puas.     

Andrea sudah mengetahui mengenai Ivy, dan juga sudah tahu bahwa dia dan Dante awalnya terluka berat hingga koma gara-gara Ivy dan Jovano serta Zivena harus mencari pecahan kristal jiwanya ke segala penjuru alam dan galaksi demi dia.     

Sungguh besar rasa haru dan bangga Andrea memiliki anak seperti Jovano dan Zivena.     

"Ayo! Ayo! Makan sampai tak bisa berdiri!" seru Andrea sambil mulai mengambil potongan besar daging paha rusa sayap api yang ditaklukkan Noir sebelumnya.     

Semuanya bersorak gembira menyertai Andrea sebagai pusat pesta.     

"Noir, sekarang kau gagah sekali dengan sayap punya Gazum, ya kan?" Andrea menepuk-nepuk bahu Noir yang duduk di dekatnya sambil tertawa riang. Benar-benar seperti Andrea biasanya bertingkah.     

"Terima kasih, Nyonyaku." Noir mengangguk. "Ini sebuah keberuntungan sekaligus kesedihan bagiku." Meski dia tidak begitu akrab dengan Gazum, tapi keduanya merupakan rekan hebat dalam pertarungan.     

"Ya, ya, tak apa, di dalam dirimu pasti juga berdiam Gazum, benar?" Andrea mengusap-usap tempat yang tadi dia tepuk.      

Noir mengangguk dan menyahut, "Benar, Nyonyaku."     

"Anak-anakmu juga kini sudah besar, sudah hampir menyamai dirimu yang gagah!" Andrea menatap satu demi satu anak-anak Noir dan Sabrina yang tersisa.     

"Terima kasih, Nyonyaku." Noir mengangguk, lalu menoleh bangga ke anak-anaknya.     

"Tapi … tentunya sekarang om Noir sudah tidak kesepian lagi sejak ada Mogu, Mom!" Jovano menggoda Noir dan Mogu bersamaan.     

"Ah! Ya! Mogu! Halo, senang berkenalan denganmu!" Andrea melambai ke Mogu, hippogriff dari alam hybrid yang ngotot ikut Jovano demi bisa bersama Noir.     

"Terima salam dariku, Nyonya." Mogu menganggukkan kepalanya tanda hormat ke Andrea.     

"Noir, cobain ama Mogu lah!" Andrea malah ikut-ikutan Jovano.     

"Nyonya, jangan menggoda begitu." Noir menundukkan kepala sebesar atap rumahnya.     

Andrea segera kibas-kibaskan tangan dan berkata, "Hei, jangan salah paham! Namanya makhluk itu pasti berpasang-pasangan. Tak ada salahnya kamu berpasangan dengan Mogu. Atau ada anakmu yang tak suka dengan kebersamaan kalian?" Dia menatap satu demi satu anak Noir.     

"Kami setuju saja jika ayah ingin mengambil Mogu sebagai pasangan baru." Leofel sebagai pemimpin anak Noir, bersuara mewakili adik-adiknya.     

Segera, pipi Mogu menjadi merona karena malu.     

"Tapi, ayah yang keras kepala meski kami sudah berusaha mendekatkan mereka, Nyonya Andrea!" Jaida tak bisa menahan diri dan ikut bersuara.     

"Ohh? Ha ha ha!" Andrea tertawa lepas. "Noir, tidak masalah memulai hidup baru dengan pasangan baru. Jangan terus terikat dengan masa lalu. Aku yakin Bree pasti merestui kalian dari surga sana."     

Semua orang segera memberikan ucapan dukungan pada Noir dan Mogu.     

"Lalu, kamu, Kyu, apa kau tidak ingin menambah momongan, hm?" Mata Andrea segera tertuju ke Kyuna lalu melirik sekilas ke Rogard. "Anak kalian, Kevon dan Alyn udah gede, loh!"     

"Noni putri ini sungguh pandai menggoda." Kyuna tersipu sambil bersandar manja di tubuh suaminya, Rogard.     

"Kenapa? Memangnya Dante kasi banyak kerjaan ke Ro makanya kalian gak bisa punya banyak anak?" Andrea melirik suaminya dengan pandangan menuduh.     

"Ampun, Sayank! Aku tidak pernah begitu. Aku selalu duduk di samping peti es kamu setiap hari tanpa berpindah!" Dante lekas mengoreksi tuduhan istrinya.     

"Hi hi! Kalo gitu, Ro … apa kamu udah gak berminat lagi ama Kyu? Istrimu masih seksi dan montok, loh! Yang rajin bikin anak, dong!" Andrea yang ceplas-ceplos memang tak bisa dicegah.     

"Nyonya, aku … itu …." Rogard kehilangan kata-kata.     

Yang lain segera menimpali dengan kalimat godaan untuk Kyuna dan Rogard.     

Hingga mata Andrea kemudian tertuju pada satu sosok yang duduk tak jauh dari Jovano dan Zivena. "Dari sejak aku bangun, aku liat bocah itu. Siapa dia, yak? Apa aku amnesia akan seseorang?" Telunjuknya mengarah ke Eunika.     

Dante dan Jovano saling pandang. Inilah bagian paling menakutkan dan susah yang harus ditempuh untuk memberitahukan mengenai Eunika kepada Andrea.     

"Uhuk! Sepertinya … biar Dad saja yang secara khusus mengatakan ke Mom." Jovano tidak mau banyak terlibat. "Silahkan, Dad! Waktu dan tempat dipersilahkan untuk dicari."     

Dante mengumpat dalam hati. Kenapa putranya tak mau membantu menjelaskan? Tapi, ini memang kesalahan dia sendiri sehingga dia yang harus menghadapi Andrea, apapun yang terjadi.     

"Jangan katakan dia istri barumu waktu aku lagi bobok cantik, Dan?" Mata Andrea segera memicing tajam menoleh ke suaminya.     

"Bu—bukan itu!" Dante lekas menggerakkan kedua tangan sebagai tanda penyangkalan. Ketika dia melirik ke yang lainnya, mereka berlagak menatap arah lain. Sialan, maki Dante dalam hati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.