Devil's Fruit (21+)

Antara Anak dan Ibu Sambung



Antara Anak dan Ibu Sambung

0Fruit 1548: Antara Anak dan Ibu Sambung     

Andrea tidak mau lagi meributkan mengenai Dante dan ratu peri Yredis di hatinya. Dia harus merelakan itu karena toh sudah terjadi dan bukan kemauan suaminya untuk melupakan dan berselingkuh darinya.     

Justru, Andrea lebih merasa berdosa ketika dulu dia menerima Giorgio dengan penuh kesadaran dan dia lakukan dengan kerelaan pula. Bagaimana mungkin dia bisa menghakimi Dante?     

Karena itu, Andrea sekarang harus bisa menerimanya dengan tulus hubungan masa lalu suaminya dengan wanita lain, apapun itu rasnya. Dia juga harus bisa menerima Eunika seperti Dante menerima Ivy dulu dan memperlakukan Ivy begitu baiknya.     

Apa hak Andrea marah mengenai itu?     

"Eunika, sudah makan?" tanya Andrea ketika esoknya dia bertemu si putri peri.     

Eunika yang masih memetik buah-buah beri oranye di kebun belakang Cosmo, segera menoleh ke arah suara. "Su—sudah, Nyonya!" Dia gugup, wajahnya sampai memerah karena itu sampai-sampai dia menundukkan kepala, takut sekaligus segan pada Andrea yang sudah bisa disebut pemimpin semua orang di Cosmo.     

Andrea terkekeh dan menghampiri Eunika. "Kamu ini … ngapain manggil aku nyonya, sih? Ayo, panggil aja mama atau mom seperti anak-anakku yang lainnya." Dia elus rambut kebiruan Eunika yang sangat halus dan panjang hampir menyentuh lutut.     

"Eh?" Eunika sepertinya bingung. Dia bisa memanggil begitu pada Andrea?     

"Jangan eh, tapi mom. Ayo, coba, gih!" Suara lembut beserta usapan sayang Andrea pada Eunika mencoba menggerus kecanggungan di antara mereka.     

"M—Mom?" Eunika mencoba menyebutkan itu ke Andrea.     

"Aseekk! Nah, gitu!" Senyum lebar Andrea muncul sambil dia merangkul bahu Eunika dengan gaya akrab. "Sedang apa di sini? Mana yang lainnya?"     

"Aku … aku biasa memetik beri di sini, M—Mom." Eunika belum terbiasa memanggil seperti itu pada siapapun, apalagi panggilan seorang ibu.     

Andrea sudah mengetahui bahwa ibu kandung Eunika, Ratu Peri Yredis, sedang sekarat di alam peri sana usai memberikan daya hidupnya kepada Dante agar bangun dari komanya. Itulah kenapa dia ingin menyayangi Eunika seperti anaknya sendiri. Apalagi, gadis peri itu sangat imut dan lembut sikapnya.     

"Ayo, Mom ajak kamu ke bukit sana untuk liat banyak banget buah-buahan aneka ragam." Lalu, Andrea bersiul melengking.     

Tak berapa lama, Noir sudah terbang menghampiri Andrea dan Eunika. "Salam, Nyonya." Singa petir yang kini mirip seperti griphon itu menundukkan kepala ke Andrea.     

"Noir, antar kami ke bukit bagian barat sana, dong!" Tangan Andrea menunjuk ke sebuah arah nun jauh yang sepertinya sangat hijau dan asri.     

"Silahkan, Nyonya dan Tuan Putri." Noir merebahkan dirinya agar kedua gadis bisa naik ke punggungnya. Tapi, karena tubuhnya masih saja terlalu besar dan tinggi meski rebah, maka Andrea hanya bisa menggamit pinggang Eunika dan membawanya terbang ke punggung Noir.     

"Walo aku bisa terbang, tapi gak pa-pa kan yak aku pinjem punggungmu bentar, Noir!" Andrea menepuk ringan leher Noir sambil bertutur ala kadarnya. "Gak usah ngebut-ngebut, Noir, kita mo sekalian jalan-jalan pagi."     

"Sebuah kehormatan bagi saya, Nyonya." Noir kemudian mulai bangkit berdiri dan mengepakkan sayap Gazum, lalu terbang pelan ke arah barat seperti yang diinginkan Andrea.     

Setelah Noir terbang membawa kedua wanita berbeda ras dan usia, Dante dan yang lainnya saling berkumpul dan berkomentar.     

"Dad, sepertinya mom sudah bisa menerima situasimu." Jovano menyaksikan dengan teliti bagaimana ibunya sudah menerima Eunika.     

"Yah, semoga benar demikian." Dante seraya hembuskan napas pelan.     

"Memangnya kalian bertengkar, Daddy?" tanya Zivena karena ucapan ayahnya terdengar tak meyakinkan.     

Dante menggelengkan kepala. "Semalam mommy kalian begitu manis mengatakan ke Daddy." Lalu dia menceritakan apa yang disampaikan Andrea sebelum mereka tidur.     

"Mama mertua begitu berbesar hati." Shona tak bisa tidak mengagumi Andrea.      

"Mungkin karena keadaan jadi imbang." Voindra mengetuk-ketuk dagunya disertai kening berkerut karena berpikir. Sepertinya dia bisa merasakan apa yang dipikirkan Andrea.     

"Yah, apapun itu, kita bisa merasa lega karena ini." Dante tersenyum bahagia. Dengan begini, hubungan dia dan Andrea tidak terancam punah.     

"Dad, kau tak ingin ikut mereka ke barat?" tanya Jovano sambil tepuk lengan ayahnya.     

"Biarkan saja mereka berdua saling mengenal satu sama lain. Itu pastinya baik untuk mereka." Dante memiliki pemikiran lain.     

Jovano mengangguk-anggukkan kepala dan berkata, "Hm, benar juga, sih! Nah, sembari mereka sibuk jalan-jalan, gimana kalo kita siapkan pesta?"     

"Maksud Kak Jo? Pesta apa lagi, nih?" Zivena sedikit heran. Bukankah semalam mereka sudah berpesta sampai menggila?     

"Ya kali anggota Blanche lainnya dicuekin saat mom udah bangun gini. Bisa-bisa mereka ngamuk ntar kalo kagak dikasi tau, ha ha ha!" Jovano mengerling jenaka ke adiknya.     

"Oh benar juga!" Zivena mengangguk setuju.     

"Ayo kita undang mereka ke Cosmo!" Jovano berinisiatif. "Tapi, jangan katakan kalo mom udah bangun, yak! Biar jadi kejutan untuk mereka!"     

"Oke!" Semua setuju dengan rencana Jovano.     

Sementara itu, di bukit bagian barat, seperti yang dijanjikan Andrea, di sana ada banyak kebun liar berisi sangat beragam buah-buahan beraneka bentuk dan ukuran, yang pasti, itu tidak ada di dunia manusia.     

"Wah, buah Sabit!" Mata Eunika berbinar ketika dia melihat buah berbentuk seperti bulan sabit, warnanya merah dengan polkadot warna kuning, sangat indah.     

"Itu ada di alam peri?" tanya Andrea masih di atas punggung Noir dan Eunika duduk di depannya.     

Eunika mengangguk. "Aku sangat suka buah Sabit. Rasanya sangat manis dan banyak airnya." Ada senyum muncul malu-malu dari bibir gadis peri itu.     

Andrea senang melihatnya. "Yah, baguslah kalo emang kamu suka. Yuk kita turun!" Dia melompat turun lebih dulu dan kemudian menjulurkan tangan ke Eunika.     

Sedikit ragu dan malu, Eunika menerima tangan Andrea, ibu sambungnya.     

Mereka memetik buah Sabit sebanyak mungkin dan disimpan di cincin Ring-Go yang kini sudah kembali ke pemilik aslinya.     

"Hei, coba kita ke sana!" Andrea menunjuk ke arah lain, tak jauh dari tempat mereka berdiri.     

Eunika mengangguk dan mengikuti langkah Andrea. Ketika tiba di sebuah rerimbunan tanaman, matanya berbinar takjub, "Wah, buah apa ini? Cantik sekali!"     

Tangan Eunika tidak bisa menahan diri untuk menyentuh buah sebesar apel namun berbentuk mirip potongan perhiasan berlian, warnanya biru keemasan.     

"Sesuai bentuknya, sebut saja dia buah Berlian." Sebagai pemilik alam ini, Andrea memberikan nama secara suka-suka dia saja.     

"Bisa dimakan?" tanya Eunika sambil menatap Andrea, penuh harap.     

"Tentu. Coba saja." Andrea lebih dulu memetik buah Berlian dan menggigitnya. Meski buah itu memiliki ujung-ujung tajam dan bersudut runcing, tapi ketika dimakan, justru terasa seperti ketika memakan roti sponge, sangat lembut.     

"Um! Lembut sekali!" Eunika menyukainya dengan segera. "Apalagi dia manis walau sedikit ada pahit, tapi ini perpaduan rasa yang menyenangkan!" Kini dia sudah mulai bisa memburaikan banyak kata-kata di depan Andrea, tidak semalu sebelumnya.     

Sementara itu, Jovano sudah mengundang semua anggota tim Blanche ke alam Cosmo.     

Ada Kuro, Shiro, Zevo, Vargana, Pangeran Abvru, Myren, Ronh, Kenzo, dan juga Sherly. Tak lupa mengundang Pangeran Djanh dan Revka sebagai mertua Jovano.      

Adik bungsu Vargana, Vicario, dan juga adik-adik Shona, Xavea dan Romanov, tidak diajak karena mereka memang bukan tim Blanche. Mereka tetap di rumah masing-masing mengerjakan tugas sekolah mereka.     

Ketika Revka tiba, dia langsung berceloteh, "Ada apa sih disuruh ke sini? Emangnya harus gitu ngeliat muka es dia melulu? Bosan banget lah!" Lidahnya memang tak ada obat untuk berkata-kata pedas meski sebenarnya hatinya berkata lain.     

"Muka es apanya maksudmu, mpok Kitty gatel?" Suara Andrea terdengar ketika Noir mulai mendarat dengan Andrea dan Eunika duduk tenang di punggungnya.     

Para tamu menatap kaget ke Andrea.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.