Devil's Fruit (21+)

Menyambut Para Tamu dengan Hangat, Tapi Ada Pertanyaan yang ....



Menyambut Para Tamu dengan Hangat, Tapi Ada Pertanyaan yang ....

0Fruit 1549: Menyambut Para Tamu dengan Hangat, Tapi Ada Pertanyaan yang ....     

Noir mendarat dengan Andrea dan Eunika duduk tenang di punggungnya. Kepakan sayap besar singa griffin itu menimbulkan angin besar meski tidak akan melukai orang-orang di bawahnya.     

Para tamu menatap kaget ke Andrea.      

"Mama!" Kuro menjerit dan langsung menerjang Andrea begitu ibu angkatnya turun dari Noir. Si manja Kuro langsung saja menangis lepas sambil terus memeluk Andrea. "Kangen! Kangen! Kangen!" serunya.     

Andrea terkekeh sambil menepuk-nepuk kepala putri angkatnya. "Iya, iya, sini Mama liat dulu, kamu makin cakep apa kagak setelah jadi bini orang." Dia jauhkan sebentar wajah Kuro di dadanya agar bisa dia tangkup dan tatap dengan seksama.     

"Mama, Zevo sering nakal, Ma …." lapor Kuro seketika sambil masih terisak.     

"Heh?" Zevo kaget. "Eng—enggak, Mama Andrea! Aku enggak nakal!" Dua tangannya bergoyang-goyang di depan tanda penyangkalan. Wajahnya panik.     

"Enggak apanya!" Kuro menoleh, dan mengadu lagi, "Kamu tiap malam selalu menindas aku!"     

"Me—menindas?" Zevo menelan ludah. Kapan dia menindas sang istri? Setiap malam? Semua orang menatap Zevo dengan pandangan curiga. "Su—sumpah! Aku gak pernah jahatin Kuro, sumpaahhh!" Dia kelabakan.     

"Kamu suka menindas dan membuat trik agar aku tidak berdaya!" Kuro masih mengadukan suaminya dengan wajah lucu seperti anak kecil mengadu mengenai temannya yang nakal.     

"Wah, Zev … kamu ini gimana, sih Bro?" Jovano berkomentar dengan tatapan menghakimi.     

"Sungguh, Jo! Aku … aku enggak …." Zevo bingung.     

"Kak Zevo, jangan jahati kak Kuro, dong. Begini-begini, aku sayang dia, loh!" Zivena menimpali.     

"Sumpah! Aku …." Zevo masih mencari kata untuk berkelit.     

Andrea sepertinya paham dan berkata, "Kuro sayank, apa Zevo melakukan trik agar bisa melepas pakaian kamu?"     

"Iya, Ma! Iya! Itu!" Kuro mengangguk penuh semangat.     

"Apa Zevo tiap malam menindih kamu dan membuat kamu berkeringat, mendesah dan lelah setelahnya?" tanya Andrea sambil menahan senyum.     

Sekali lagi, Kuro mengangguk cepat dan semangat seraya berkata, "Betul, Ma! Begitu kelakuan jahat dia!" Wajahnya cemberut dengan mulut mengerucut dan pipi menggembung, sangat imut menggemaskan seperti anak kecil.     

Kini semua orang mulai paham apa maksud menindas dan menjahati setiap malam. Mereka mulai mendesah lega dan ada beberapa yang tertawa kecil.      

Kuro terlalu lugu sehingga tak bisa membedakan mana menindas dan mana menindih untuk bercinta.     

"Sayank, Kuro kesayangan Mama …." Andrea harus pelan-pelan mengatakan itu kepada anaknya yang ini. "Itu justru tandanya Zevo sayang dan menyukai kamu."     

"Eh?" Kuro termangu.     

"Apa kamu mau dia melakukan itu ke gadis lain?" pancing Andrea terus menahan senyum geli.     

"Tidak boleh!" tegas Kuro dengan pandangan membunuh ke Zevo.      

"Nanti Mama ajarkan cara meng-counter serangan tiap malam dia, oke!" Andrea mengecup dahi Kuro. "Sekarang Mama harus menyambut yang lainnya dulu."     

"Um, iya, Ma." Kuro mengangguk patuh.     

"Kak Kuro ini lebih bungsu dari aku yang bungsu, ha ha ha!" goda Zivena melihat tingkah lugu dan polos Kuro serta bagaimana si ular iblis mengadu seperti anak kecil.     

"Zizi isshh … jangan bicara begitu." Kuro mencubit pelan pinggang Zivena sambil tersipu malu. Kini, Zevo mendekat lagi ke dia sambil terkekeh meringis.     

"Halo anak Mama yang kini sudah seganteng ini." Andrea menyapa Shiro si ular putih. Dia bawa anak angkatnya ke pelukan.     

"Mama." Shiro masih dengan kepribadiannya yang tenang dan dingin. Meski tidak akan dingin pada Andrea. "Aku senang Mama akhirnya bangun."     

"Iya. Pasti kamu lelah mengurus bisnis Mama selama Mama tidur panjang. Maaf, yah!" Andrea mengelus sayang pipi Shiro.     

"Tak masalah mengenai itu, Ma. Toh Zevo juga ikut membantu." Shiro memberikan senyum langka dia ke Andrea.     

Lalu  Andrea beralih ke Shelly. "Bebeb aku sayank!"     

"Ndrea! Ndrea!" Shelly akhirnya tak bisa menahan tangisnya. Tadi dia masih bisa tegar ketika melihat Andrea, tapi begitu mereka berpelukan, tangisnya pecah.     

Tapi, segera Andrea melepaskan pelukan erat dia ke sang sahabat. "Kamu … hamil?"     

"Eh? Kok tahu?" Shelly terkejut karena perutnya masih belum terlihat menggembung.     

Andrea tersenyum dan menepuk lembut hidung Shelly. "Jangan meragukan kemampuan dukun aku, Beb!"      

Shelly pun tertawa renyah sambil berkata, "Mohon doanya, yah Ndrea. Aku harap ini bisa lahir selamat dan jadi anak yang membanggakan orang tua."     

"Ya, itu sudah pasti. Dia pasti selamat dan menjadi orang hebat untuk keluarganya." Andrea mengangguk.     

Lalu Andrea menyapa Kenzo dan meminta sang panglima menjaga sahabatnya dengan lebih ketat karena Shelly sedang hamil.     

Setelahnya, Andrea berpelukan dengan Myren, keduanya terharu karena bisa bertemu lagi.     

"Kak Myren kagak hamil lagi, nih?" selidik Andrea.     

"Bocah nakal! Nanti saja kalau Vicario sudah SMA." Myren tersipu sambil mencubit hidung adik kesayangannya. Meski berbeda ibu, tapi Myren tak peduli dan menganggap Andrea adik terbaiknya.     

"Kelamaan, Kak! Sekarang aja!" goda Andrea.     

Myren segera membalas, "Lah, kamu sendiri kapan kasi adik untuk Zizi? Dia udah gede, loh!"     

"Rencananya sih waktu dia udah SMP. Tapi kan ternyata aku jadi sleeping beauty, nih!" tangkis Andrea dengan pintar.     

"Berarti nanti malam udah mulai gempuran dahsyat dan kerja keras, dong!" goda Myren dan dijawab tawa menggoda yang lainnya, yang paham.     

"Ha ha ha … itu semua tergantung Dante, apa dia bisa perform dengan baik. Ehek!" Andrea masih sempat melirik nakal ke suaminya.     

Kemudian, Andrea menyapa Ronh, Vargana, Pangeran Abvru, hingga akhirnya tiba di Revka. "Walah, walah, Mpok! Lama kagak liat kenapa dadamu semakin semangka aja? Oplas, Mpok?"     

"Heh! Enak saja moncongmu kalo ngomong!" Revka tak terima dikata dadanya mengalami operasi plastik.     

Pangeran Djanh mendekat sambil berkata, "Itu berkat kerja kerasku tiap malam."     

Yang lain tertawa mendengarnya sementara wajah Revka merah padam sambil memukul kepala suaminya meski tidak akan terasa apapun bagi Pangeran Djanh yang kuat.     

Setelah menyapa semua orang dengan hangat, Andrea memperkenalkan Eunika pada semua orang. "Mungkin ada dari kalian yang tahu, mungkin juga belum. Ini adalah Eunika, anak aku." Dia rangkul bahu gadis peri yang berdiri malu-malu tak percaya diri di sampingnya. "Awas saja kalo ada dari kalian yang nakalin dia, aku cemplungin ke Hutan Kegelapan di kampungku."     

Sebagian besar dari tim Blanche sudah mengetahui asal-usul Eunika makanya mereka mengangguk saja ketika Andrea memperkenalkan si gadis peri.     

Eunika juga tidak keberatan dikatakan sebagai anak Andrea karena ibunya sempat berpesan agar dia berhubungan baik dengan istri ayahnya. Ini pesan sebelum Ratu Peri Yredis tertidur panjang akibat sekarat.     

Sementara semua orang bersuka cita menyambut Andrea, Revka mengerutkan keningnya dan bertanya ke Jovano. "Menantuku, di mana si bawel jelek Sera?"     

Mendadak, Jovano diam dan keadaan jadi hening seketika usai pertanyaan Revka mengalun keluar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.