Devil's Fruit (21+)

Revka Mengamuk



Revka Mengamuk

0Fruit 1550: Revka Mengamuk     

Suasana mendadak sunyi usai Revka bertanya pada Jovano mengenai Serafima.     

Wajah gembira Jovano berubah muram saat nama istri pertamanya disebut. Ini seperti mencongkel luka yang baru saja kering.     

"Sera …." Jovano ingin sekali bisa menghindari pertanyaan ini, tapi dia sadar, cepat atau lambat, dia harus menghadapi itu. "Dia … diculik." Suaranya melirih.     

Seketika, Revka memekik kaget, "Diculik?" Matanya membelalak lebar.     

Andrea tidak kalah kaget karena dia pun belum mengetahui ini. Dia terlalu fokus pada kesembuhannya sendiri sampai tak sadar bahwa ada anggota dia yang tidak hadir.      

Anggota tim Blanche lainnya yang tidak ikut misi Jovano juga terperanjat mengetahui adanya penculikan pada Serafima. Kesan mereka baik terhadap gadis nephilim itu dan bahkan sudah mengetahui mengenai pernikahan Jovano dengannya. Maka dari itu, mereka ikut sedih untuk Serafima.     

"Bagaimana bisa dia diculik? Bagaimana bisa?!" teriak Revka dengan mata basah. Meski dia sering berdebat atau berkelahi dengan Serafima, dia tetap menyayangi adik sepupunya.     

Jovano mulai menceritakan dengan rinci semua kronologi yang berkaitan dengan Serafima, termasuk ketika istri pertamanya sudah berubah wujud jadi seperti setengah gurita.     

Revka meraung marah. Jika tak ingat itu adalah Jovano, menantu kebanggaannya, dia sudah mencekik Jovano sampai mati. "Kau tidak bisa menjaga istrimu!" gelegar suara Revka sambil menatap tajam pada Jovano.     

"Maafkan aku, Mama Mertua. Aku benar-benar lengah dan tidak waspada." Jovano menundukkan kepala dengan wajah sangat muram dan menyesal.     

Andrea masih belum paham dengan perbincangan Revka dan Jovano, dia bertanya lirih, "Kok mpok Kitty bilang Jovano gak bisa jaga bininya. Bukankah bini Jo itu Shosho?" Dia menatap suaminya.     

"Sayank, Serafima itu sudah menjadi istri anak sulungmu sejak kamu tertidur lama." Dante berkata lirih ke dekat telinga istrinya.     

"Ehh?! Jadi, bukan hanya Shona?" Andrea menoleh ke suaminya. Dante mengangguk. "Ya ampun, apakah ini jadi ciri khas keluarga kita, pada punya pasangan lebih dari 1."      

"Aku tak bisa memercayai kamu, Jo!" Revka berteriak ke Jovano dengan wajah sengitnya. "Sho! Sebaiknya kau cerai saja dari Jo! Mama tak mau kau bernasib seperti bibimu hanya karena dia tak becus menjagamu!"     

Wajah semua orang mendadak saja terkesiap atas ucapan Revka.     

"Mama! Jangan bicara begitu! Jovano tidak seburuk yang Mama pikir!" Shona bertahan membela suaminya. "Situasi saat itu begitu mengejutkan dan yang menyerang kami diduga seorang kaisar iblis!"     

Shona sungguh tidak mengira ibunya bisa memiliki ucapan seperti tadi. Mana sanggup dia dipisahkan dari Jovano? Dia sudah mematri cintanya pada Jovano secara mendalam di hatinya.     

Terlebih … Jovano adalah cinta pertamanya!     

"Kau! Kau bisa enak-enakan tertawa lepas dan bersenang-senang di sini padahal istrimu diculik dan entah apa yang dilakukan penculiknya ke Sera!" Telunjuk Revka menuding tegas ke Jovano yang terus muram. "Sementara saat ini, bisa saja Sera sedang dipotong-potong atau disiksa! Kau tahu sendiri kegilaan dan kebrengsekan kaum iblis!"     

"Mpok! Jangan menghakimi Jo hanya karena dia ingin menikmati pesta ini, dong!" Andrea sebagai ibu, sudah tak tahan berdiam diri tanpa berdiri di pihak anaknya. Yah, tipikal seorang ibu di mana pun.     

"Kau, yah! Masih bisa membela anakmu yang tak becus ini!" Revka ganti melotot ke Andrea sembari dari matanya terus keluar air mata tanpa dia terisak. "Apa kau masih bisa berkata gitu kalau itu menimpa saudaramu?"     

Andrea sudah hendak menjawab, tapi Dante mencegahnya.     

"Hunny, sebaiknya kita pergi sejenak, kita cari hal-hal menyenangkan di luar, yuk!" Pangeran Djanh segera membawa istrinya keluar dari Cosmo atas izin Andrea. Revka harus ditenangkan sesegera mungkin sebelum amarah melahap seluruh jiwanya.     

Suasana menyenangkan pesta seketika menjadi anjlok berubah muram dan kesedihan.     

Orang-orang lesu dan tidak memiliki minat lagi untuk meneruskan pesta perayaan untuk Andrea.     

***     

Di luar Cosmo, Revka masih belum bisa menenangkan dirinya mengenai Serafima. Dia ngotot ingin mencarinya jika memang Jovano sudah tak mampu.     

"Hunny bunny, jangan terburu napsu begitu. Lebih baik napsumu limpahkan saja padaku." Pangeran Djanh menghibur istrinya. Alhasil, dia menerima tendangan maut Revka.     

Usai terpental belasan meter, Pangeran Djanh bangkit lagi sambil mengusap darah hitam di ujung bibirnya. Dia terkekeh, sungguh seorang masokis bagi istrinya. "Baiklah, baiklah, aku hanya bercanda. Aku akan kerahkan informanku untuk mencari Serafima, bagaimana? Kau setuju?"     

"Lakukan yang terbaik! Temukan iblis bajingan mana yang berani berbuat seperti itu ke sepupuku!" Mata Revka menyala dengan amarah menggelegak.     

Pangeran Djanh mengangguk dan dia mulai memberikan telepati antar dimensi dia ke kepala intelijen dia dan memberikan perintah pencarian Serafima agar istrinya tenang.     

***     

Saat ini, tim Blanche mulai keluar dari Cosmo. Yang bertugas menjaga toko-toko Andrea mulai kembali ke pos masing-masing, sedangkan yang bersekolah juga kembali ke sekolahnya.     

Meskipun sebenarnya mereka tidak membutuhkan sekolah, tapi banyak dari mereka yang menyukai berbaur dengan manusia dan merasakan kehidupan ala manusia.     

"Jo, jangan dipikirkan apa yang diomongin ibu mertuamu." Andrea menepuk bahu anak sulungnya. "Memang sangat menyakitkan kehilangan pasangan, karena Mom pernah merasakan sendiri, 2 kali!"     

Jovano menoleh ke ibunya dan mengangguk. "Ya, Mom. Aku tahu."     

"Ayo! Mom ingin melihat sampai di mana kehebatan ilmu formasi array kamu!" Andrea ingin sedikit mengalihkan pikiran kusutnya sang sulung dari Serafima.     

Bagi Andrea, hidup harus terus berjalan. Mengenai Serafima, tentu saja akan dicari solusi terbaik tanpa mengabaikannya.      

Saat ini, Andrea kembali mengelola bisnis-bisnisnya yang kian pesat berkembang di Jepang. Bahkan dia ada pikiran ingin membuka cabang Tropiza dan Joglo Fiesta di luar Tokyo. Setidaknya di kota-kota besar Jepang.     

"Kau tak ingin mencoba membukanya di Indonesia, Sayank?" tanya Dante.     

"Hm, sempat kepikiran, sih! Tapi liat dulu ntar, apakah ada peluang sukses di sana." Andrea mengerutkan kening sambil berpikir.     

"Pasti sukses, Mom!" Jovano menimpali ketika kedua orang tuanya sedang berbincang di ruang tengah. "Karena konsep Tropiza adalah menghadirkan makanan enak dengan pelayan mirip selebrita, maka aku pikir itu akan diterima di negara manapun yang menyukai budaya pop. Indonesia aku yakin termasuk."     

"Gitu, yak?" Andrea menoleh ke Jovano.     

"Mom harus tau, Asia Tenggara ini ada banyak fans garis kerasnya Kpop. Pasti Tropiza laris di sana asalkan pelayannya dibuat semirip mungkin dengan idol Kpop." Jovano sudah memiliki data penelitian sendiri mengenai itu.     

"Ohh … aku baru tau itu." Andrea mengangguk-anggukkan kepala.     

"Kalau boleh jujur, fans Kpop paling royal membeli merchandise itu dari Tiongkok." Jovano menambahkan.     

"Hm, bisa aku jadikan bahan pertimbangan kalo gitu. Gimana dengan Korea Selatan? Apakah Tropiza bakalan laris di sana?" Andrea bertanya.     

Jovano mengangguk. "Itu juga. Dan negara-negara Amerika Latin juga banyak fans Kpop garis keras, Mom."     

Kepala Andrea lekas menggeleng. "No! No! Kagak mo jauh-jauh dari sini! Mendingan kuasai pasar Asia dulu. Kalo Asia udah mantap, baru ke Eropa en Amrik."     

Ketika mereka sedang berbincang mengenai bisnis restoran Andrea, mendadak muncul gejolak di ruang kosong depan mereka dan kemudian muncul Pangeran Djanh dan Revka.     

Andrea dan Dante siaga karena wajah Revka terlihat sangat kusut. Apakah akan ada pertempuran di rumah itu?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.