Devil's Fruit (21+)

Serafima Memunculkan Anak-Anaknya



Serafima Memunculkan Anak-Anaknya

0Fruit 1552: Serafima Memunculkan Anak-Anaknya     

Kelompok Jovano tidak mengira sama sekali bahwa akan ada Serafima muncul di hadapan mereka. Benar-benar Serafima, namun dengan wujud yang sedikit berbeda, sama seperti yang pernah dilihat Jovano terakhir kalinya, yaitu tubuh yang sudah memiliki gen iblis, kakinya mirip monster gurita iblis.     

"Sera!" Jovano hendak menghampiri istrinya.     

Namun, Serafima lekas julurkan tapak tangan ke Jovano dan menembak suaminya dengan bola Vreth yang berbahaya milik nephilim. Tidak itu saja, Vreth yang ditembakkan Serafima juga bermuatan kekuatan iblis.     

Itu menjadikan bola energi itu semakin berbahaya. Jelas bahwa Serafima tidak sedang pamer kekuatan saja tapi juga memiliki niat membunuh ke Jovano. Itu juga terpapar jelas melalui ekspresi wajahnya.     

"Jo! Awas!" Andrea melesat maju bersama Dante. Mereka jelas mengetahui energi semacam apa yang sedang ditembakkan Serafima ke putra mereka.     

Dante segera melesatkan Vreth miliknya sedangkan Andrea mengeluarkan perisai kristal yang kuat dari RingGo. Itu adalah perisai yang pernah rusak ketika digunakan Jovano saat bertarung sebelumnya dan kini sudah diperbaiki oleh Andrea sendiri.     

Bola Vreth Serafima berbentrokan dengan Vreth milik Dante sedangkan perisai kristal Andrea sudah menjaga dia dan putranya.     

Terjadi ledakan energi kuat di udara dan mengakibatkan Dante dan yang lainnya terpental ke belakang akibat dorongan energi tadi.      

"Uhuk!" Dante memuntahkan seteguk darah merah kehitaman dan wajahnya sedikit memucat, sedangkan Serafima jauh di depannya hanya mendongakkan kepalanya tanpa terluka dalam seperti Dante.     

"Dan!" Andrea melesat ke suaminya dan memasukkan pil alkimia level sempurna untuk memulihkan luka dalam Dante.     

Sementara itu, Revka hanya bisa menahan menangis murka dia ketika melihat penampilan Serafima. "Kau! Apa kau tak ingat aku, bocah tolol?!" teriaknya ke sepupu kesayangannya.     

Serafima menoleh ke Revka dan mengulurkan tapak tangan, bersiap memberikan Vreth seperti halnya yang dia lakukan ke Jovano. "Siapa kau? Orang tak penting! Mati saja!"     

Vreth ditembakkan Serafima ke Revka. Andrea melesat sigap dan memunculkan perisai kristalnya ke depan Revka sambil perisai itu membesar melindungi dia dan sang frenemi.     

Meski perisai itu berhasil menahan serangan Serafima, namun mereka berdua terdorong ke belakang belasan meter jauhnya. Andrea lega perisai kristalnya cukup kuat melawan tembakan Serafima.      

Tubuh Revka bergetar karena murka. "Iblis bangsat! Kenapa kau begitu biadab melakukan itu pada sepupuku! Apa salah dia?" teriaknya kepada Melith dan Dazmaroth.     

Melith dan Dazmaroth justru tertawa terkekeh.      

"Dia memang tidak punya salah apa-apa pada kami," jawab Melith dengan gaya genitnya. "Aku hanya suka saja melihat dia dan kekuatannya dan ingin melakukan sedikit eksperimen terhadapnya. Sesederhana itu." Lalu dia mengangkat bahu dengan gaya menyebalkan di mata pihak Revka.     

"Eksperimen! Yakinlah bahwa kau akan kucincang sebagai eksperimen!" Revka berteriak gahar melengking seakan menguasai langit.     

Segera, muncul beberapa dari tim Blanche di dekat pihak Revka.     

"Mama!" Shona menuju ke ibunya dengan wajah cemas. "Aku dengar suara dan energi kuat Mama. Ada apa?" Tapi, dia tak perlu mendapatkan jawaban dari ibunya setelah menoleh depan sana. "Sis Sera!"     

"Jo! Aunty dan Uncle!" Vargana diikuti Voindra dan Pangeran Abvru segera mendekat ke Jovano dan keluarganya.     

Tak ketinggalan Zivena dan Gavin juga muncul tak berapa lama.      

Mereka semua menatap sedih sekaligus marah pada Serafima dan kelompok iblis.     

"Wah, wah … kalian ingin main keroyokan? Ck ck ck … sungguh tidak elegan." Melith mencibir dengan suara genit. Dia menoleh ke Serafima dan memerintah, "Hei, budakku sayank … keluarkan anak-anakmu."     

Mata Jovano dan yang lainnya membelalak kaget mendengar apa yang baru saja diucapkan Melith. Anak? Bahkan … anak-anak?     

Kekagetan mereka terjawab dengan munculnya belasan monster gurita berkepala humanoid meski berbentuk aneh dan menyeramkan dengan setengah tubuh atasnya seperti manusia, memiliki tangan namun ada cakar panjang dan besar pada setiap 7 jarinya. Tinggi mereka seperti anak umur 10 tahun.      

"I—itu anak-anak Sera?" Revka sampai termangu melihat apa yang ada di depan matanya. Begitu mengerikan!     

Mata Jovano sudah basah sepenuhnya meski tak ada isak tangis. Serafima belum pernah hamil anaknya tapi sekarang istrinya itu malah sudah hamil dengan monster gurita iblis. Bukankah ini sesuatu yang sangat menyakitkan sanubari? "Jahat sekali kalian melakukan itu ke istriku!" raungnya sambil memunculkan kekuatan dari kedua telapak tangannya, peduli setan jika umurnya dikurangi oleh Sang Sumber.     

"Tunggu apa lagi, anak-anak manis? Serang mereka!" seru Melith memberi perintah pada monster gurita kecil itu.     

Belasan anak Serafima menerjang ke tim Blanche secara serempak dengan raut ganas seakan ingin mencabik-cabik siapapun lawan mereka.     

Wosshh!     

Api Hitam Neraka Jovano sudah menyambar 4 anak Serafima yang paling depan. Kini Cahaya Surgawinya diarahkan ke Melith.     

Dazmaroth segera membawa Melith menghindar dari serangan Jovano. Kecepatan dan gerak refleksnya sangat bagus sehingga keduanya bisa selamat dari terjangan Cahaya Surgawi.     

Vargana dan yang lainnya maju serempak untuk bertarung melawan anak-anak Serafima yang tersisa.     

"Biar kami yang mengurus bocah-bocah menjijikkan ini, Jo!" seru Vargana dengan sikap tegas penuh dengan aura kepemimpinan kuat seperti ibunya.     

Melihat anak-anak hasil eksperimen dia dihancurkan Jovano dengan mudahnya, Melith meradang marah dan berteriak ke Jovano, "Hei kau! Apakah kau sudah merasa hebat hanya karena kau punya Api Neraka? Ketahuilah, dia sudah sepenuhnya menjadi milikku, alat yang bisa aku gunakan kapanpun aku mau! Indukan terbaik yang aku punya! Dia sudah melupakanmu! Dia tak butuh kau! Ha ha ha!"      

Melith sengaja mengatakan itu hanya untuk membakar amarah Jovano. Dengan begitu, dia puas setelah merasa dirugikan Jovano.     

"Tuan Putri, sebaiknya Anda kembali ke singgasana saja dan menonton dari sana." Dazmaroth mengucap penuh kelembutan pada Melith.      

Memiliki garis keturunan langsung dari Ratu Iblis Lilith tentu saja sosoknya dipuja dan dihormati banyak kaum iblis lainnya. Ini sebuah perlakuan yang disukai Melith.     

"Baiklah, aku akan bersantai dan menonton dari tempatku saja." Usai mengatakan itu, Melith masuk ke robekan ruang dimensi yang dibuat Dazmaroth dan menghilang dengan cepat.     

"Tunggu! Jangan pergi!" Jovano menembakkan Cahaya Surgawinya ke arah robekan ruang dimensi yang dimasuki Melith. Sayang sekali, dia terlambat sekian detik dan gagal.      

Sementara itu, Dazmaroth masih tinggal bersama kubunya untuk meladeni tim Andrea.     

Vargana dan yang lainnya sibuk melawan anak-anak Serafima. Ternyata, bocah-bocah gurita itu tidak bisa disepelekan. Mereka menggunakan kaki tentakelnya sebagai senjata mematikan yang harus dihindari.     

"Awas!" Pangeran Abvru melesat meraih istrinya saat salah satu tentakel hendak dilecutkan ke Vargana.     

Hasilnnya? Justru tubuh Pangeran Abvru yang terkena lecutan itu dan melepuh seketika seperti disiram magma cair. "Arrghh!" Sang pangeran meraung kesakitan.     

Andrea mengeluarkan salep obat buatannya yang mujarab untuk memulihkan luka melepuh Pangeran Abvru.     

Sedangkan Voindra melawan bocah gurita yang memiliki tembakan Vreth di setiap tentakelnya. Dia harus sigap menghindar dari rentetan tembakan yang diarahkan padanya.     

Berbeda dengan Zivena, dia dan Gavin menghadapi bocah gurita yang tentakelnya berperan melecutkan energi petir dan api secara bersamaan. Kadang petirnya menyambar-nyambar hendak meraih tubuh kedua muda-mudi itu.     

Sementara, Serafima memandangi anak-anaknya sedang bertempur dengan tim Blanche, Jovano menatap tajam ke arahnya. Akhirnya, Serafima sadar dan berkata pada suaminya, "Apa? Untuk apa kau melihat-lihat aku?"     

Jovano menahan amarahnya dan bertanya ke istrinya, "Kau benar-benar tidak ingat aku, Sera? Sungguh melupakan aku?"     

"Yang kuingat darimu adalah kau orang tak penting. Tak usah meninggikan dirimu di hadapanku, makhluk rendah!" jawab Serafima dengan sikap congkak.     

"Baiklah. Jika memang kau sudah melupakan aku dan tim sama sekali, maka sepertinya yang bisa kulakukan adalah bertanggung jawab untukmu. Aku akan musnahkan kau dengan tanganku sendiri! Itulah bentuk cinta terakhirku padamu, Sera!" teriak Jovano sambil melesat ke istrinya dengan derai air mata.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.