Devil's Fruit (21+)

Kegilaan Melith



Kegilaan Melith

0Fruit 1553: Kegilaan Melith     

Di dalam dimensi ruangnya sendiri, Melith berteriak dan meraung keras menyampaikan telepatinya ke Dazmaroth. "Hentikan dia!"     

Maka, ketika tembakan Cahaya Surgawi dilepaskan Jovano diringi deraian air mata, segera saja Dazmaroth menerjang dan membawa pergi Serafima.      

Gerakan seorang raja iblis memang begitu tidak sia-sia. Dia menyandang statusnya bukan sekedar omong kosong belaka.     

Serafima sudah berada di lengan Dazmaroth dengan selamat. Wajahnya memancarkan kebengisan ketika menatap Jovano, seakan pemuda itu sungguh merupakan musuh bebuyutannya yang harus dia benci sedalam mungkin.     

"Ayo kita pergi dulu!" Dazmaroth melirik Mowark yang baru saja dikalahkan oleh Pangeran Djanh. Tanpa mempedulikan nasib nahas Mowark yang terbunuh, dia masuk ke robekan ruang dimensi bersama Serafima.     

"Anakku …." Suara berat Serafima seakan tak rela dia berpisah dari anak-anaknya.     

"Sudah, jangan pedulikan, nanti bisa kau buat lagi yang lainnya!" Dazmaroth berkata dengan kejam dan menghilang bersama Serafima.     

Kejadiannya terlalu cepat sehingga pihak Jovano tidak sempat mencegah mereka menghilang.     

Pangeran Djanh terlihat kepayahan usai mengalahkan raja iblis Mowark. Ada banyak luka di tubuhnya, menandakan dia memang tidak mudah menundukkan Mowark yang memang kuat.     

Seorang pangeran melawan raja, itu sebuah tingkatan yang tidak sepadan, namun ternyata suami Revka mampu meski terluka.     

Andrea segera memberikan pil alkimia dia pada besannya. Menelan pil itu, Pangeran Djanh menjadi lebih rileks.     

Revka terpekur menundukkan kepalanya dengan suasana hati kacau. Sementara itu, beberapa tim Blanche lainnya sudah mulai menghabisi satu demi satu bocah gurita anak Serafima hingga akhirnya tak bersisa.     

Jovano tidak kalah terpuruknya dengan Revka.     

Mereka semua kembali ke mansion Andrea membawa wajah murung, terutama yang memiliki kedekatan emosional dengan Serafima, seperti Revka, Jovano, dan Shona.     

"Ayo pulang." Suara Revka lirih ketika mengajak suaminya.     

Pangeran Djanh mengangguk patuh dan membopong istrinya sebelum dia berpamitan dulu dengan Andrea dan lainnya.     

Setelah kepergian Revka dan Pangeran Djanh, Jovano juga minta izin ingin pergi ke kamarnya. Shona mengikuti suaminya.     

Andrea menghela napas, dia juga sedih meski tidak semendalam putranya. "Kita harus mencari cara untuk menemukan markas mereka. Pasti setelah markasnya diketahui mpok Kitty, mereka akan berpindah tempat."     

Dante setuju dengan pemikiran istrinya. "Benar. Mereka tidak akan datang ke sini dan membuat keributan dengan kita jikalau mereka tidak merasa terusik dengan terkuaknya lokasi markas mereka."     

"Anakku, baby aku …." Andrea murung dan kemudian mengembuskan napas kembali seraya bersedih untuk Jovano. "Pasti berat banget rasanya kehilangan istri dengan cara kayak gitu."     

"Aku bisa memahami situasi Jo, Aunty." Vargana bersuara. "Aku akan lebih memilih pasanganku mati terbunuh saja ketimbang diutak-atik diubah paksa menjadi sesuatu yang mengerikan untuk melawanku. Itu sangat amat menyakitkan." Dia sambil melirik Pangeran Abvru di sebelahnya.     

"Kau sungguh akan membunuhku jika aku berubah menjadi monster, Va?" tanya Pangeran Abvru.     

"Tentu saja!" Vargana menjawab tegas. Darah Myren memang mengalir deras padanya. "Untuk apa menyimpan bahaya untuk diriku sendiri?"     

"Tapi … siapa tahu aku bisa berubah kembali menjadi seperti semula, kan?" Pangeran Abvru belum bisa menerima jawaban istrinya.     

Vargana memutar bola matanya sambil berkata, "Memangnya ada jaminan kamu bakalan balik normal kalau aku beri kesempatan? Bagaimana kalau tidak? Yang ada malah aku yang mati karena kamu bunuh!"     

"A—aku tak akan bunuh kamu, Va!" Wajah Pangeran Abvru seakan tak berdaya karena membayangkan dirinya akan bertarung sebagai musuh dengan Vargana.     

"Memangnya kamu bisa janjikan itu kalau otakmu udah dirombak, direset pabrik ama pihak lain, hah?" Vargana kadang heran dengan keras kepala dan keluguan suaminya dalam pemikiran asmara.     

Andrea tiba-tiba saja teringat sesuatu. "Ini … ini relate banget ama  Noir, ya kan?" Dia menatap semua orang di ruang tengah mansionnya. "Kalian pastinya masih ingat gimana Bree diubah Ivy jadi macan vampir dan melawan Noir, kan?"     

Namun, begitu Andrea mengingat putri sulungnya, dia mendadak muram dan perasaannya terpuruk. Dante sebagai suami siaga, langsung merengkuh tubuh Andrea untuk memberikan pelukan hangat yang menenangkan sanubari istrinya.      

Hari ini, mereka kalah dan mau tak mau menyaksikan perubahan mengerikan Serafima dan bahkan harus melawan anak-anaknya pula.     

.     

.     

"Jo." Shona menutup pintu kamar setelah dia membuntuti Jovano masuk ke kamar.      

"Sho. Aku … aku jahat banget, yah! Aku malah pengin bunuh Sera." Jovano merasa kacau perasaannya. Dia tundukkan kepala dengan bingung.     

Shona segera saja menghampiri suaminya dan memeluk untuk memberikan dukungan emosional.      

Jovano menangis di pelukan Shona, merasa kacau dan lemah. "Aku … hiks! Aku begitu payah sebagai suami, Sho! Hiks! Aku malu dengan diriku sendiri … hiks! Sera … Sera … kasihan dia … hiks!"     

Shona tidak berkata apapun selain mengusap sayang kepala suaminya sambil terus berikan dekapan terbaiknya.     

-0—00—0-     

"Bajingan! Bedebah mereka semua!" Melith terus saja meraung marah ketika timnya sudah kembali ke markas mereka. "Kenapa mereka begitu kejam pada anak-anak manis itu?" Dia tak terima bocah-bocah gurita dibantai tim Blanche.     

"Tenang, Tuan Putri. Kita toh masih punya indukannya." Dazmaroth menghibur Melith.     

"Hm, benar. Segera perintahkan Zambada mengawini budakku lagi! Buatlah dia bisa hamil lebih banyak lagi bocah-bocah lucu untukku!" Melith berseru lalu tertawa terbahak-bahak karena senang eskperimennya berhasil.     

Selama beberapa ratus tahun ini, Melith sudah berusaha melakukan penelitian menggabungkan iblis monster dengan entitas lainnya yang sekiranya kuat selain iblis.     

Dari hewan iblis, siluman, sampai jin dan juga aliens, semuanya memiliki hasil yang begitu tidak memuaskan bagi Melith. Hingga dia kemudian melihat saat Revka bertarung di sebuah kesempatan.     

Ketika dia mengetahui Revka seorang nephilim, Melith mendadak saja sangat terobsesi dengan ras nephilim.     

Meski begitu, Melith tak bisa menculik Revka karena perlindungan Pangeran Djanh yang sangat besar dan ketat. Dia tak ingin memprovokasi pangeran kerajaan Lust nomor 1 di Underground. Resikonya terlalu besar.     

Oleh karena itu, Melith membidik nephilim lainnya yang berkeliaran di bumi manusia untuk ditangkap, diculik, kemudian dijadikan kelinci percobaan.     

Sebelumnya, penelitian dan eksperimen sudah hampir berhasil sesuai dengan yang Melith impikan, tapi ternyata bayi-bayi hasil persilangan nephilim dengan iblis monster akan mati secara otomatis di hari ke-10. Ini sungguh mengecewakannya.      

Namun, ketika dia tak sengaja melihat saat Serafima bertempur dengan gagah berani bersama tim Blanche, Melith sangat berminat dan sangat ingin memiliki istri Jovano itu.     

Pada awalnya, kelompok Dazmaroth hanya ingin menargetkan kemarahan Jovano saja dengan menculik istrinya yang paling lemah. Mereka tidak berani membidik Shona yang merupakan cucu dari raja iblis Lust nomor 1.     

Maka dari itu, Serafima adalah mangsa paling mudah untuk mereka. Tapi, tidak disangka, ternyata Melith sangat bersemangat ketika tahu kelompok Dazmaroth berhasil menculik sosok yang sangat dia impikan.     

Sementara, saat ini … Serafima sedang dibuahi oleh monster gurita iblis, Zambada. Serafima harus terus disetubuhi selama 5 hari ke depan tanpa jeda untuk menghasilkan anak-anak yang banyak dan berkualitas.     

"Ha ha ha! Ha ha ha!" Melith tertawa girang melihat tabung besar air yang berisi Zambada sedang membuahi Serafima yang berjuang menahan sakit. "Ayo! Terus! Terus buatkan aku anak sebanyak mungkin!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.