Devil's Fruit (21+)

Ibu dan Anak Beraktivitas Panas



Ibu dan Anak Beraktivitas Panas

1Fruit 1554: Ibu dan Anak Beraktivitas Panas     

Jovano masih bersedih selama beberapa hari kemudian meski sudah berusaha dihibur Shona. Sebenarnya, dia tak enak sendiri dengan istri keduanya yang sudah mengupayakan dia kembali ceria, tapi ….     

"Sho, aku sungguh minta maaf ama kamu, yah!" Jovano meraih Shona untuk dia peluk tatkala mereka sedang berduaan di taman belakang mansion ibunya, duduk lesu di tatami sambil menikmati pemandangan pohon sakura yang sedang indah-indahnya.     

Sore ini, Shona sudah mengupayakan membuat piknik sederhana bersama suaminya sambil memandangi sakura yang mulai mekar. Dia juga sudah menyiapkan banyak makanan enak kesukaan Jovano, termasuk jajanan tradisional yang pernah mereka cicipi di Indonesia.     

Karena agak sulit mendapatkannya di Jepang, maka Shona rela melesat ke Indonesia untuk membeli langsung ke penjualnya untuk jaminan mutu dari rasanya.     

Istrinya sudah seperti itu upayanya, ini membuat Jovano makin merasa bersalah.     

"Tidak masalah, Jo. Kamu bisa mengambil waktu sampai kapanpun, aku  akan selalu berada di sisimu." Shona memunculkan senyum pengertiannya sambil membelai rambut Jovano.     

"Aku … aku bukannya mengistimewakan Sera lebih darimu, Sho. Kalian semua sama istimewa di mataku. Aku hanya … hanya merasa iba dan juga gagal sebagai suami. Perasaan semacam itu terus saja menghantam benakku." Jovano berusaha menjelaskan dengan kalimat sebaik mungkin agar Shona tidak salah paham.     

Shona bukan wanita yang sulit. Dia mudah memahami perasaan seseorang meski banyak diam dan terkesan dingin.      

Sekali lagi, Shona tersenyum sambil masih membelai rambut suaminya, sambil berkata, "Iya, Jo, aku sangat paham perasaan kamu, karena aku juga merasakan seperti itu. Sebagai orang yang seharusnya ikut menjaga sis Sera, aku malah lengah. Apa kamu pikir aku tidak bersedih dan merasa gagal?"     

Mata mereka saling bertautan. Jovano merasa dilimpahi keberuntungan memiliki istri yang begitu pengertian seperti Shona. Apalagi Shona sangat cantik, menawan, molek, menyenangkan mata dan perasaan.     

Dikarenakan memikirkan keberuntungannya ini, deru jantung Jovano mendadak mulai bergemuruh. Sudah berapa lama dia mengabaikan Shona? Dia terlalu sibuk berkabung sampai tak ingat bahwa Shona juga pastinya butuh diberi kesenangan.     

Tangan Jovano membelai pipi halus Shona. Dia bergetar. Ternyata dia sendiri juga membutuhkan kenyamanan satu ini.     

Tak butuh satu menit berlalu, Jovano sudah menaruh Shona di bawahnya. Dia melambaikan tangan dan taman belakang pun disegel tak bisa dimasuki siapapun.     

Hanya dalam waktu singkat, keduanya sudah saling menyatu dengan gairah panas satu sama lain.     

Shona merasakan ini begitu romantis. Bercinta sembari menikmati bunga sakura dan kelopaknya banyak yang berjatuhan seperti hujan merah muda.     

Kedua sejoli benar-benar memanfaatkan waktu semaksimal mungkin. Toh, tak ada yang bisa melihat mereka.     

Kecuali Andrea.      

Sebagai orang yang tingkat ilmu formasinya lebih tinggi dari sang putra, mana mungkin Andrea tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi di taman belakang rumahnya?     

"Tsk!"     

"Kenapa, Sayank?" tanya Dante ketika mendengar istrinya berdecak dari jendela kamarnya.     

"Ada yang lagi sibuk bercocok tanam." Andrea menyahut santai.     

"Hm? Bercocok tanam? Apakah tetangga kita ada yang menjadi petani?" Dante yang tak paham malah begitu lugunya menduga-duga mengenai petani sungguhan.     

Andrea menoleh ke suaminya sambil menahan tawa. "Pfftt! Ya ampun! Lakik eike polos nian!" Lalu tawanya berderai.     

Dante makin bingung dikatakan polos. "Aku … sebenarnya ada apa, Sayank? Memangnya siapa yang bercocok tanam di lingkungan kita?" Kini dia mengedarkan pandangan ke depan melalui jendelanya.     

Taman belakang yang bisa dilihat dari jendela mereka, tidak ubahnya taman sakura biasa dan tidak memperlihatkan adanya Jovano dan Shona di sana.     

Andrea kesal tapi gemas. Dia tampar gemas pantat suaminya. "Kau ini dasar nephilim kurang gaul!"     

"Hah?" Dante masih belum paham.     

"Yang bercocok tanam itu anakmu! Si Jo!" Kali ini Andrea meremas gemas sesuatu yang menggunduk di selangkangan suaminya.     

"Jo? Apakah sekarang Jo belajar bertani? Dia ingin jadi petani?" Dante benar-benar lugu.     

Andrea tertawa terpingkal-pingkal. "Ya ampun, lakik guweh! Ngoa ha ha ha!" Dia terus meremas benda menggunduk Dante saking gemasnya atas keluguan sang suami. "Bercocok tanam itu di kamus gaulku artinya beranuh-anuh, Dan! Nge to the wek! Pakai ini, nih!" Dia makin giat menggosokkan tangannya ke pusaka jantan Dante.     

Barulah kini Dante paham maksud istrinya. Keningnya mulai berkerut dengan tatapan menyiratkan sebuah makna. "Hm, apa kau tahu kalau kau sudah menekan tombol yang berbahaya, Sayank?"     

"Hah?" Andrea berhenti tertawa tanpa memindahkan tangan dar selangkangan suaminya.     

"Apakah ini bisa dikategorikan pelecehan seksual, yah?" Dante melirik tangan sang istri di selangkangannya.     

Andrea mengikuti arah tatapan suaminya dan lekas menarik kembali tangannya. "Ups! Ha ha ha! Saking enaknya kalo diremas, Dan! Ha ha ha!"     

"Hm, baiklah, kalau begitu, akan aku berikan kesempatan untuk meremas lebih lama dan lebih nyata." Dante menghilangkan pakaiannya dengan satu jentikan tangan saja. Kini dia sudah telanjang di hadapan istrinya.     

Andrea cepat-cepat menutup matanya namun masih menyisakan celah di antara jemarinya, "Awh! Dasar lakik mesum! Dasar ekshishibisionisos! Apalah itu namanya, anjir!"     

"Eksibisionis." Dante membenarkan sambil tersenyum geli. "Yah, tentunya kau tahu kau harus bertanggung jawab kalau tuan jenderal sudah seperti ini, kan?" Dia mengedut-kedutkan pusaka kebanggaannya yang sudah tegang penuh menantang gravitasi ke Andrea.     

"Ya ampun! Eike kagak maksud mo ngapa-ngapain, kok, Tuan Jenderal!" Andrea berlagak bicara takut-takut pada benda tegang suaminya yang terus berkedut-kedut seperti menantangnya.     

"Tak peduli. Kalau dia sudah dipanggil, itu artinya da harus melaksanakan tugas negara dengan baik dan tuntas!" Dante berkacak pinggang sambil batang jantannya masih tegak perkasa.     

"Ampun, Tuan Jenderal! Ampuni hamba … hamba cuma anak yatim, eh piatu yang malang begini." Andrea merosot dan menekuk kedua lututnya seakan takut dan kemudian ….     

"Hap! Ummffhh …." Andrea sudah memenjarakan tuan jenderal Dante ke dalam mulutnya. Dalam hatinya dia berkata, 'Gilak dah! Di luar sono anak gue ngohok-ohok, eh di sini gue juga musti ngohok-ohok!'     

Maka, sore itu, ibu dan anak sama-sama beraktivitas panas dengan pasangan masing-masing.     

-0—00—0-     

"Ha ha ha! Bagus! Aku suka dengan 30 lebih anak-anak lucuku ini!" Melith tertawa riang ketika melihat balita-balita hasil perkawinan Serafima dengan Zambada. "Mereka semua lucu dan punya keistimewaan masing-masing. Ha ha ha!"     

"Baguslah kalau Tuan Putri menyukai hasil mereka kali ini." Dazmaroth terkekeh lega.     

"Beri Zambada makanan terbaik sebagai penghargaan dariku!" Melith memerintah Dazmaroth.     

"Baik, Tuan Putri. Lalu … apa yang ingin Anda perbuat dengan si induknya? Hendak diberi makanan terbaik juga?" tanya Dazmaroth.     

"Hm … aku jadi bertanya-tanya, seperti apa kalau dia dikawinkan dengan makhluk seperti griffin, atau centaurus, atau mungkin harimau iblis yang kuat?" Melith mengetuk-ketukkan kuku panjangnya ke dagu sambil berpikir. "Dazmaroth, kumpulkan hewan iblis terbaik yang bisa kau tangkap!"     

"Baik, Tuan Putri!" Dazmaroth tak bisa menolak perintah dari keturunan langsung dari Lilith ini.     

Seketika, wajah gembira namun mirip psikopat Melith menyunggingkan senyum lebar, membayangkan eskperimen berikutnya terhadap Serafima.     

1


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.