Devil's Fruit (21+)

Kunjungan King Zardakh untuk Memberitahu Jovano



Kunjungan King Zardakh untuk Memberitahu Jovano

0Fruit 1555: Kunjungan King Zardakh untuk Memberitahu Jovano     

Jovano dan Shona sudah menyelesaikan aktivitas panas mereka dan kembali ke kamar Jovano dengan perasaan lebih tenang.     

"Sho, aku benar-benar minta maaf sudah begitu egois ke kamu." Jovano menggenggam tangan istrinya saat mereka saling rebah di tempat tidur.     

Shona menggeleng sembari tersenyum. "Tak masalah, Jo. Aku bisa memahami yang sedang kamu rasakan. Setidaknya, tolong izinkan aku selalu di sampingmu saat kamu dalam keadaan apapun, entah itu senang maupun sedih."     

Melihat istrinya begitu peduli dan penuh kasih sayang kepadanya, Jovano terharu dan hatinya tersentuh. Dia rengkuh Shona untuk dia peluk.     

Mereka sudah nyaris memejamkan mata bersama-sama, ingin istirahat, ketika terdengar suara dari arah ruang tengah di lantai bawah.     

"Jo! Yuhu~ apakah Opa perlu ke kamarmu? Atau kau yang turun ke sini?" Itu adalah suara King Zardakh.      

Mau tak mau, Jovano mengalah dan turun bersama Shona menemui kakeknya. Di lantai bawah, sudah ada Andrea dan Dante yang terlihat segar meski sang ibu cemberut menatap kakeknya. "Opa." Dia munculkan senyumnya.     

"Opa Zardakh." Shona turut menyapa kakek mertuanya.     

"Ahh, sini, kemarilah cucu-cucu kesayanganku!" King Zardakh duduk di sofa dan menepuk tempat kosong di sebelahnya. "Opa sudah tak sabar ingin menjenguk kalian. Apalagi Andrea ternyata sudah bangun."     

"Tsk! Kalau kau datang kagak bawa hadiah tapi cuma untuk buang napas, mendingan pergi sana!" Andrea ketus berkata ke ayahnya.     

"Astaga, putri sayangku ini … apakah kau sekarang menjadi wanita materialistis?" King Zardakh memasang wajah sedih dan menoleh ke Dante untuk berkata, "Menantuku, kau didik apa ke putriku yang manis ini, hm?"     

"A—aku, em … Papa mertua, tolong jangan salah paham." Dante seketika canggung dituduh ayah mertuanya.     

"Lakik aku gak salah apa-apa. Dari dulu kan emang darah matre udah mengalir dari siapa lagi kalo bukan dari Anda, heeiiii!" Andrea makin sewot.     

King Zardakh tertawa santai dan beralih ke Jovano dan Shona yang sudah patuh duduk di dekatnya. "Kalian, bagaimana kabarnya? Hm, sepertinya kalian baru saja bersenang-senang!" todong King Zardakh tanpa ragu dan kemudian Beliau berbisik, "Baunya masih ada! Fu hu hu …."     

Jovano dan Shona seketika merasa canggung dan malu. Ini justru menimbulkan gelak tawa King Zardakh.     

"Ha ha ha! Tak perlu sungkan begitu! Kita sebagai kaum Lust sudah seharusnya bangga apabila bisa melaksanakan apa yang menjadi kodrat dan kebanggaan kita, kan?" King Zardakh sambil menepuk paha cucunya di sebelah.     

"He he he … iya, Opa." Jovano masih merasa sungkan.     

"Jangan malu-malu! Lihat, mommy dan daddy kamu saja baru senang-senang sepertimu. Bau mereka masih kental dan menusuk hidung Opa!" Lalu King Zardakh mengedipkan satu matanya sambil terkekeh.     

Andrea mendelik. "Heh, bapak kampret! Kalo mo pamer omongan gak penting di sini, mendingan pergi sono, pulang ke selir-selirmu!"     

King Zardakh malah tertawa. Tapi kemudian dia berhenti dan mulai menatap serius ke Jovano. "Opa senang kalau kamu sudah move on dan bisa menikmati waktumu dengan istrimu yang ada."     

Mendengar ucapan kakeknya, Jovano teringat dengan nasehat King Zardakh kala itu dan dia mulai muram.     

"Hei! Hei! Jangan sedih!" King Zardakh sepertinya tahu apa yang menjadi kegalauan hati cucunya. "Opa sudah mendengar mengenai kabar terakhir istri pertamamu. Jangan tanyakan dari mana informasinya. Yang pasti, Opa hanya bisa memberi nasehat terbaik untuk cucu tersayang Opa ini, agar kamu merelakan saja dia."     

Jovano dan yang ada di ruangan itu segera diam hening, tidak mencetuskan tanggapan apapun terkait ucapan King Zardakh.     

Karena itu, King Zardakh melanjutkan ucapannya, "Istrimu, Sera itu sudah tidak ditolong lagi, Jo, kamu harus dengarkan Opamu ini. Dia sudah dalam cengekeraman Melith, apalagi didukung Dazmaroth."     

Jovano menaikkan kepalanya dan bertanya ke kakeknya, "Memangnya, seberapa susah menangani mereka berdua, Opa? Melith dan Dazmaroth itu?"     

"Sangat susah." King Zardakh menjawab cepat. "Kamu harus tahu, Melith merupakan keturunan langsung dari ratu iblis Lilith, dan itu artinya dia memiliki aura dan kuasa besar dari ibunya yang menyebabkan dia dipuja banyak iblis berbagai kalangan dan ras. Dia memang terlihat lemah, namun kekuatan terbesar dia adalah dari ucapannya, dari rayuannya."     

"Begitukah, Opa?" Jovano agak meragukan ucapan kakeknya.     

"Ya!" King Zardakh mengangguk dan melanjutkan kalimatnya, "Sudah banyak kerajaan iblis jatuh gara-gara tipu daya dan adu domba Melith. Dia pandai memengaruhi iblis level atas dengan membawa aura dan nama besar ibunya."     

"Hanya dengan begitu saja, dia menjadi sangat kuat, Opa? Berarti dia tidak memiliki kekuatan sihir iblis kuat, tapi hanya mengandalkan para iblis yang bersedia diperbudak olehnya?" Jovano menyimpulkan.     

King Zardakh mengangguk. "Benar. Begitulah cara main dia. Apalagi dia juga didukung Dazmaroth. Opa yakin kamu sudah paham siapa dan bagaimana kekuatan Dazmaroth, kan Jo?"      

Jovano mau tak mau mengangguk. "Lalu, bagaimana agar aku—"     

"Jo, lupakan! Relakan Sera! Akan sulit bila lawanmu adalah Melith. Kau belum berada di level dia!" King Zardakh mengingatkan cucunya dengan tegas. "Dia sudah tidak bisa dikembalikan ke mental normal dia! Jiwanya sudah dihancurkan dan diganti dengan jiwa lain yang disuntikkan Melith! Seperti itulah cara kerja Melith pada makhluk-makhluk yang dijadikan eksperimennya!"     

Jovano menatap kakeknya dengan raut heran dan bertanya, "Kenapa Opa begitu paham akan hal itu?" Matanya memicing curiga.     

"Karena salah satu istriku, dari kalangan centaur, menjadi korban Melith! Dia diculik paksa dan dijadikan bahan eksperimen oleh jalang satu itu!" Mata King Zardakh menyala dalam ketidakrelaan.     

Andrea mengerutkan kening dan bertanya, "Istrimu dari kalangan centaur? Apakah itu ibunya kak Myren?"      

"Ya, itu memang dia." King Zardakh menjawab lugas.     

"Tapi, bukannya kata kak Myren, ibunya pergi karena tak tahan dengan kelakuan playboy-mu?" Andrea samar-samar teringat akan kisah mengenai ibu dari Myren.     

"Haiihh! Itu hanya karangan yang aku buat untuk Myren agar dia tidak sedih!" King Zardakh mengibaskan tangan dengan wajah rumit. "Aku merelakan diriku menjadi kambing hitam, ketimbang Myren membalas dendam untuk ibunya."     

Andrea masih ragu. "Kalau begitu, kenapa kau tidak rebut kembali istrimu? Kau pasrah saja istrimu diambil paksa darimu?"     

"Ayah harus bagaimana lagi, Andrea?" King Zardakh membelalakkan mata dengan raut tak berdaya. "Kekuatan ayah di bawah antek-antek pendukung Melith! Ayah harus memilih, balas dendam atau membangun kerajaan supaya lebih besar dan tidak lagi diremehkan!"     

Andrea terdiam. Memang menjadi pilihan sulit jika memang di hadapkan dalam situasi demikian.     

"Baiklah." Jovano mengangguk setengah tak rela. "Mungkin aku tak bisa merebut kembali Sera atau memulihkan kesadarannya. Tapi, aku ingin membalas dendam ke Melith dan siapapun yang telah bekerja sama dengannya untuk menyakiti Sera."     

King Zardakh menghirup napas dalam-dalam. Kemudian, dia berkata, "Jo, ikut Opa sebentar."     

Kemudian, kakek dan cucu pergi bersama, menjauh dari orang-orang agar pembicaraan mereka tidak didengar siapapun.     

King Zardakh membawa Jovano ke alam pribadinya, Schnee, tempat yang pernah dijadikan ajang pelatihan bagi tim Blanche.     

King Zardakh menatap cucunya dan berkata, "Jo, kau sungguh-sungguh ingin melakukan balas dendam?"     

Jovano mengangguk tegas. "Ya, Opa. Aku tak ingin mereka menginjak-injak harga diriku begitu saja seakan aku hanya pasrah menerima apapun kelakuan mereka terhadap orang-orangku."     

"Hm, ya bagus. Tapi … jujur saja, Jo, kau harus meningkatkan kekuatanmu jika ingin balas dendam." King Zardakh mulai serius.     

"Aku yakin Opa membawaku ke sini karena Opa mengetahui caranya, benar kan?" tebak Jovano.     

"Ha ha ha! Cucu Opa satu ini memang paling cerdas! Ya, Opa tau cara meningkatkan kekuatan dengan cepat." Inilah kenapa King Zardakh sangat menyukai dan membanggakan Jovano sebagai cucunya ke siapapun.     

"Beritahu aku, Opa." Jovano sudah siap dengan apapun yang dikatakan kakeknya.     

King Zardakh kembali bersikap serius dan berkata dengan menatap lurus mata cucunya, "Kalau ingin menambah kekuatan secara cepat bagi kita, bangsa iblis … yang kita lakukan ada 2 hal. Pertama, menjadi kanibal. Kedua, memakan malaikat."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.