Devil's Fruit (21+)

Seluk-Beluk Metode Gila Sang Kakek



Seluk-Beluk Metode Gila Sang Kakek

0Fruit 1556: Seluk-Beluk Metode Gila Sang Kakek     

King Zardakh kembali bersikap serius dan berkata dengan menatap lurus mata cucunya, "Kalau ingin menambah kekuatan secara cepat bagi kita, bangsa iblis … yang kita lakukan ada 2 hal. Pertama, menjadi kanibal. Kedua, memakan malaikat."      

Jovano melongo. Apakah dia salah dengar atau ucapan kakeknya terlalu gila? "O—Opa?"     

Kakeknya mengangguk tegas untuk mengonfirmasi perasaan ragu cucunya. "Memang begitu caranya, Jo."     

"Ta—tapi … makan sesama bahkan makan malaikat …." Otak Jovano seakan susah-payah mencapai logika tersebut.     

King Zardakh tertawa lepas karena respon cucunya sangat lucu di matanya. Beliau menepuk bahu Jovano dan berkata, "Tak usah dipikir berat mengenai itu, Jo. Cari saja kekuatan dengan cara biasa dan biarkan kehidupan mengalir santai dan tenang seperti biasa, oke!"     

Setelah mengatakan itu, King Zardakh pergi. Tinggallah Jovano termenung seperti bebek bingung. Ucapan kakeknya terus saja memutar berulang kali di kepalanya.      

Menjadi kanibal atau memakan malaikat.     

Itu terus dan terus memutar di kepalanya.     

-0—00—0-     

Jovano masih belum bisa rileks dengan pikirannya. Dia tak tenang. Apalagi ketika sang kakek berpamitan, mengatakan, "Biarkan kehidupan mengalir santai dan tenang seperti biasa", bukankah ini justru membuat dia semakin meradang ingin lekas mencari penyelesaian dari keraguannya?     

Jovano mungkin cerdas dan pintar dalam menganalis sesuatu, namun sepertinya dia belum bisa menyadari ucapan beracun sang kakek.     

Dia pasti tak tahu kalau King Zardakh sebenarnya sengaja memberikan ucapan perpisahan semacam itu sebelum pergi ke cucunya karena tahu bahwa justru kalimat semacam itu akan semakin merongrong Jovano melakukan hal sebaliknya yang dikatakan.     

Dasar kakek iblis, dia pintar sekali membuat Jovano makin ingin mencoba apa yang disarankan sang kakek. Jo, kau masih kalah pengalaman ribuan tahun melawan kelicikan kakekmu.     

Alhasil, Jovano pergi mencari kakeknya dan ketika bertemu, dia bertanya lagi mengenai hal luar biasa tersebut.     

"Opa, tolong jelaskan padaku lebih mendalam lagi mengenai memakan iblis atau malaikat untuk menaikkan kekuatan." Jovano sudah putus asa sehingga dia terus memikirkan itu sebagai satu-satunya solusi persoalan dia.     

"Hm, ternyata kau masih saja memikirkan itu, Jo." Meski terkesan datar saat menjawab cucunya, tapi sebenarnya mata King Zardakh bersinar senang. Hei, dia ini kakek iblis! Mau berharap sebaik apa dia?     

Jovano mengangguk. "Ya, Opa. Aku sungguh penasaran mengenai itu. Benarkah itu sebuah metode rahasia di kalangan kita?"     

"Ya, itu termasuk rahasia besar yang hanya diketahui segelintir iblis kalangan elit saja." King Zardakh melirihkan suaranya dan bersikap lebih misterius dan serius.     

"Rupanya begitu." Jovano manggut-manggutkan kepalanya.     

King Zardakh berkata, "Kau ingat cerita mengenai peperangan iblis dan malaikat saat kelahiranmu dulu?"     

"Ah, ya, Opa! Kenapa dengan itu?" Jovano semangat mengangguk, bertanya-tanya apa kaitannya itu dengan tema percakapan sebelumnya?     

"Para malaikat itu begitu tolol dan malah masuk ke Underworld, he he he … mereka justru cari mati sendiri. Para iblis pemimpin yang mengetahui kedatangan malaikat itu sungguh bergembira. Itu karena bisa memerangkap dan memakan malaikat  yang kalah untuk menambah kekuatan mereka." Demikianlah yang dipaparkan King Zardakh pada cucunya.     

Jovano terbelalak mendengarnya. Dia memang udah mendengar cerita mengenai dua kali dirinya menyebabkan peperangan iblis dan malaikat di Underworld, tapi tak mengira bahwa itu merupakan pesta besar yang dinantikan para iblis kaum elit.     

Sial! Dirinya serasa dijadikan umpan untuk kedatangan para malaikat ke Underworld.     

"Tapi Opa … bukankah malaikat itu kaum yang sangat kuat?" Jovano masih meragukan teori King Zardakh karena dia teringat dengan Nafael dan malaikat lain yang pernah dia temui selama ini.     

"Tsk! Jo, dengarkan Opa kamu ini." King Zardakh memulai penjelasannya, "Yang namanya makhluk, tidak semuanya rata dalam hal kekuatan dan kemampuan. Tak ada hal yang bernama absolut di dunia luas ini. Kau setuju?"     

Jovano mengangguk begitu saja seperti orang bodoh. Baru kali ini dia terlihat tolol di depan orang lain.     

"Nah, demikian juga malaikat, Jo. Mereka ada yang lemah dan ada yang kuat. Sama halnya dengan iblis dan manusia. Ya, kan? Kau setuju?" King Zardakh kembali bertanya secara retoris ke cucunya.     

"Iya, Opa." Logika Jovano segera berjalan dengan baik seteah diberi rangsangan pemikiran oleh King Zardakh. Apa yang dikemukakan kakeknya tidak ada cacat logika. Semua makhluk yang memiliki nyawa tentu saja memiliki tingkat kekuatan masing-masing.     

"Kalau malaikat yang berhasil diperangkap di perang masa itu, jelas menandakan mereka lemah, ya kan Jo? Nah, malaikat jenis seperti itulah yang akan dilahap oleh para iblis elit." King Zardakh melanjutkan ucapannya.     

"Tapi … apakah kalian tidak mendapatkan hukuman atau semacam itu dari Sang Sumber?" Jovano teringat akan satu entitas terbesar di jagat raya ini.     

Terdengar suara kekehan mencemooh dari King Zardakh. "Para malaikat itu berbondong-bondong pergi ke Underworld, apa menurutmu mereka izin pada bos mereka? Mereka menerobos wilayah ras lain saja sudah merupakan kesalahan besar, maka apa mungkin Si Sumber akan ikut campur kalau sesuatu terjadi pada malaikat?"     

Sekali lagi, Jovano merasa ucapan kakeknya masuk akal. Dia menerapkan itu ke dirinya, andaikan dia memiliki karyawan dan beberapa dari mereka malah melakukan sesuatu secara rahasia di belakang dirinya, ketika mereka tertimpa musibah, bukankah dia akan menutup mata saja?     

Dari situ pula, Jovano menyimpulkan bahwa malaikat yang bekerja sama dengan nephilim untuk menyerbu Underworld memang termasuk rank rendah.      

Jovano yakin malaikat rank tinggi seperti Nafael tidak akan segegabah itu dalam bersikap. Apalagi jika dia melihat betapa patuh dan takutnya Nafael pada Sang Sumber, dia tak yakin jenis seperti Nafael berani ke Underworld tanpa izin pada Tuan Besarnya.     

Ya, benar juga. Malaikat tentunya bukan makhluk sempurna di jagat raya ini. Tentu saja malaikat pun memiliki free will alias kehendak bebas mereka masing-masing. Itulah kenapa ada fallen angel di dunia ini.     

Jovano segera teringat juga dengan teman iblis Nafael yang katanya bekerja untuk Sang Sumber. Dia yakin itu juga atas kehendak bebas iblis tersebut untuk mengabdi ke Sang Sumber dan bekerja bersama malaikat sebagai mitra.     

Yah, di dunia ini memang masih banyak sekali hal yang di luar jangkauan nalarnya.     

Memikirkan kembali mengenai metode cepat mencari kekuatan ala kakeknya, Jovano bertanya-tanya pada hatinya, haruskah dia menjadi kanibal?     

"Opa, apakah ada efek samping dari hal itu? Maksudku, dari memakan iblis atau malaikat?" Dia harus mengetahui semuanya secara detail.     

"Tak ada efek samping, Jo. Asalkan energimu bisa mendominasi mangsa yang kau makan, maka itu akan baik-baik saja. Ini sesuai dengan ungkapan: Makanlah yang sanggup kau makan. Iya, kan?"     

Benar juga.      

"Kalau aku salah memilih mangsa, apa yang akan terjadi padaku, Opa?"     

"Hm, mgkn kau bisa meledak. Tapi kau bisa lekas memuntahkannya kalau kau sudah merasa itu terlalu berat untukmu, Jo."     

"Opa, kalau begitu, bagaimana cara mencari mangsa terbaik?" tanya Jovano.     

"Kau yakin, Jo? Ini sebenarnya cukup berbahaya, loh!" King Zardakh memandang ragu ke cucunya.     

Karena Jovano sudah sangat mendendam pada Melith dan Dazmaroth, dia rela melakukan hal gila apapun selama itu masih dalam jangkauannya.     

      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.