Devil's Fruit (21+)

Berpisah Sementara



Berpisah Sementara

0Fruit 1557: Berpisah Sementara     

Usai berbincang serius dengan kakeknya, Jovano berdiam diri di kamarnya. Menopang kepala dengan kedua tangan, merasa bimbang namun tak memiliki jalan lain.     

Shona sudah bertanya apa yang dibicarakan Jovano dengan King Zardakh, tapi Jovano enggan mengungkapnya karena ini terlalu aneh dan tak masuk akal baginya.     

Jovano tak ingin istrinya khawatir padanya, maka dari itu dia bungkam saja. Untunglah Shona bukan tipe pendesak keras kepala dan membiarkan Jovano dengan pemikirannya sendiri.     

"Yang penting, kau harus tahu, Jo, bahwa aku selalu di sampingmu untuk mendukung kamu, apapun yang terjadi. Jangan segan meminta bantuan atau dukungan moril padaku, karena itu kewajiban aku sebagai istri." Shona mengelus rambut suaminya sebelum dia keluar kamar membiarkan Jovano menyendiri sejenak.     

"Terima kasih, Sho. Kamu yang terbaik dan memahamiku." Jovano tidak omong-kosong saja mengatakan ini karena Shona memang cerminan istri terbaik yang bisa dimiliki seorang suami.      

Meski begitu, Jovano juga menghargai Serafima begitu besar di hatinya. Kedudukan Shona dan Serafima imbang di hati Jovano. Dia belum rela kehilangan salah satu dari mereka.     

-0—00—0-     

Setelah 3 hari memikirkan dengan baik dan matang, akhirnya Jovano memutuskan akan ikut saran sang kakek dan pergi ke Hutan Kegelapan di wilayah kerajaan mereka sendiri.     

"Kau yakin ingin mengasah kemampuanmu di sana, Jo?" Andrea seakan enggan melepas putranya pergi ke Hutan Kegelapan. Dia sudah pernah ke sana dan itu merupakan tempat buruk untuk dijelajahi.     

"Jo, kau harus memikirkan ulang mengenai ini. Jangan tergesa-gesa." Dante yang pernah mendampingi Andrea di hutan itu, juga merasa enggan mendengar putranya hendak pergi ke tempat berbahaya itu.     

King Zardakh di samping Jovano berkata, "Duhai, kalian ini. Apa kalian lupa kalau kalian juga tidak memiliki kesulitan menaklukkan hutan itu dulunya? Bahkan kala itu kalian belum sekuat sekarang."     

Sang raja berkata demikian hanya untuk membesarkan hati cucunya agar lebih berani dan yakin dengan keputusannya.     

"Bapak sialan! Apakah ini idemu?" Sorot mata Andrea tajam mengarah ke ayahnya.     

"Cucuku mengatakan padaku mengenai ingin mengasah kemampuan dan kekuatannya, maka dari itu sebagai kakeknya, mana bisa aku menolak keinginan luar biasa itu?" kilah King Zardakh.     

"Aku tak percaya dengan mulutmu," tukas Andrea masih membawa kekesalan tak terdefinisikan ke ayahnya. Instingnya mengatakan bahwa keputusan Jovano ini banyak berkaitan dengan ayahnya.     

"Astaga, kau lihat, Jo, ibumu tak suka kau melatih diri agar lebih kuat." King Zardakh memberikan wajah tak berdaya bagaikan orang yang teraniaya.     

Jovano angkat bicara ke ibunya, "Mom, ini bukan bujukan opa. Aku hanya bertanya apakah aku memiliki cara untuk meningkatkan kemampuan dan opa hanya memberikan beberapa opsi dan saran saja. Selebihnya, aku yang menentukan. Aku ingin lebih kuat, Mom! Penculikan Sera menandakan aku masih lemah. Aku tak ingin hal semacam itu terjadi lagi menimpa orang-orang yang aku sayangi."     

Andrea terdiam mendengar ucapan putranya dan akhirnya dia mengangguk pasrah akan keputusan yang telah diambil sang putra. "Mom mohon, kamu beneran jaga diri, ati-ati di sana, jangan maksain diri, kalo gak kuat, buruan minta tolong pake anting komunikasi, ngerti?"     

Jovano mengangguk.     

"Oh! Atau kamu bawa aja Cosmo denganmu, kami akan masuk ke dalamnya dan bisa bantu kamu kalo kamu lagi dalam bahaya!" Mendadak saja Andrea terpikir ide itu.     

Namun, sayang sekali, ide Andrea direspon gelengan kepala oleh putranya. "Mom, itu namanya curang. Aku gak mau gitu. Aku harus memiliki harga diri sebagai lelaki dan sebagai anak Mom dan Dad, ya kan?" Mulut manis Jovano beraksi.     

"Dan cucu Opa juga, Jo! Jangan lupa!" bisik keras King Zardakh.     

"Ya, sebagai cucu Opa yang hebat ini juga. Kalau aku lemah dan mudah dipermainkan pihak lain, ini bakalan jadi penyesalan aku seumur hidup." Jovano menambahkan.     

"Oke! Oke! Aku ngerti! Ya udah, kamu jaga diri aja di sana dan buruan pulang kalo udah kuat. Mom dan yang lainnya gak pengin kamu kenapa-kenapa." Andrea akhirnya menyerah dan pasrah dengan keteguhan sikap Jovano.     

"Thanks, Mom! Kamu memang ibu terbaikku!" Kemudian Jovano mengecup pipi ibunya. Lalu memeluk ayahnya, dan kemudian mendekap serta mengecup bibir Shona, barulah dia memeluk adik tersayang yang sejak tadi diam sambil menahan tangis.     

Jovano tak ingin diantar sampai Underworld. Dia tak mau goyah jika melihat air mata keluarganya, terutama Shona. Sejak tadi, istrinya sudah terlihat menahan diri dengan mata yang berkaca-kaca.     

"Tunggu aku menjadi kuat, yah Sho!" Jovano mengusap kepala istrinya sebelum akhirnya dia mengikuti kakeknya masuk ke portal untuk ke Underworld.     

"Bapak geblek! Kamu pokoknya harus ngelindungi anakku! Awas aja kalo Jo lecet dikit aja!" teriak Andrea sebelum kedua pria itu masuk bersama-sama ke portal.     

King Zardakh hanya melambai saja tanpa menoleh ke belakang.     

Andrea segera masuk ke pelukan Dante dan menangis pelan, berkata, "Hiks! Dan, gak kusangka, anak kita ternyata udah gede, hiks!"     

"Tentu saja, Sayank. Buktinya dia sudah punya istri, loh!" Dante menyahut.     

Andrea mencubit perut suaminya, kesal karena Dante bukannya berempati malah mengucapkan hal yang tidak diharapkan.     

"Aduh! Sayank, astaga …." Dante mengusap pelan perutnya, tak mungkin marah pada Andrea. Sejak dulu, dia memang tak bisa marah pada sang istri, apapun kesalahan Andrea.     

Zivena memeluk lengan Shona dan berkata, "Kak, kita cari kesibukan sendiri saja, yuk! Bantu aku bersenang-senang!" Dia mengerling satu mata ke kakak iparnya.     

Shona paham dan mengangguk. "Ayo!" Dia tersenyum dan melangkah pergi bersama adik iparnya.     

"Hei! Hei! Hei!" Andrea lekas menyeru di belakang kedua wanita itu. "Apa-apaan bersenang-senang, heh? Zizi! Kamu ini masih bocil! Mana bisa bersenang-senang?" Dia berkacak pinggang.     

Zivena memutar badan ke arah ibunya sambil bola matanya berputar jengah dengan tuduhan ibunya. "Apakah definisi bersenang-senang itu hanya seperti yang ada dalam pikiran kotor Mommy?"     

Andrea tersedak mendengar ucapan putrinya. Dia malu sendiri. "Y—yah … abisnya … kamu bilang bersenang-senang. Kan Mommy jadi … itu …." Dia melirik ke suaminya, berharap dibantu bicara.     

"Mommy kamu hanya khawatir sesuatu terjadi padamu, Zizi." Dante paham makna lirikan mata istrinya dan mulai memberikan ucapan diplomatis.     

"Sebaiknya perluas saja makna bersenang-senang di kepala kalian, oke? Aku sungguh merasa direndahkan dengan tuduhan seperti itu." Zivena ikut berkacak pinggang.     

"Zizi hanya ingin pergi ke rumah sakit dan tempat-tempat yang sekiranya bisa membuat dia membantu manusia." Shona berbicara menjelaskan kesalahpahaman antara Zivena dengan orang tuanya.     

Andrea dan Dante serempak menyahut, "Oohh …."     

Zivena memutar lagi bola matanya sebelum dia benar-benar pergi dengan Shona.     

"Kita ditinggal begini, nih Dan!" Andrea muram, merasa bagaikan orang tua yang kesepian.     

"Ya sudah, kalau begitu, bagaimana bila kita juga bersenang-senang?" Dante segera membopong bridal Andrea.     

"Hei!" Andrea terpekik kaget.     

"Ayo kita bersenang-senang sambil membuatkan adik untuk Zizi supaya kita nantinya tidak kesepian kalau ada bayi di rumah ini." Dante melayang pelan menuju ke kamar mereka sambil membopong istrinya.     

"Dasar lakik mesum!" Andrea memukul pelan dada suaminya tanpa memberikan perlawanan berarti.     

-0—00—0-     

Sementara itu … di Hutan Kegelapan ….     

"Jo, hutan ini dulunya memang pernah disambangi ayah dan ibumu sebelum kau lahir, tapi mereka hanya menjelajahi sisi timur yang penuh dengan monster biasa. Nah, kalau kau benar-benar menginginkan kekuatan mutlak, maka kau harus ke sisi barat, di sana ada banyak iblis yang bisa kau buru dan makan." King Zardakh memberikan penjelasan.     

"Baiklah, Opa." Jovano mengangguk.     

"Kau tidak gentar, kan?" tanya sang kakek.     

"Tidak, Opa." Jovano menggeleng tegas.     

"Bagus! Nah, masuklah dari sini, Opa akan menunggumu di ujung lainnya. Ingat, kau bisa memecahkan mutiara ini dan Opa akan langsung datang di hadapanmu." King Zardakh memberikan 2 butir mutiara ke Jovano.     

Setelah menerima mutiara dari kakeknya, Jovano melesat masuk ke dalam hutan dan mengarah ke sebelah barat seperti yang diarahkan King Zardakh.     

Hati Jovano berdebar menanti apa saja yang akan dia temui di dalam sana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.