Devil's Fruit (21+)

Celah!



Celah!

0Fruit 1561: Celah!     

Jovano mencoba menyerang secara beruntun dengan mengeluarkan banyak kloning. Dia sudah mempelajari cara menggandakan diri dari Gavin.     

Kini, 5 kloning Jovano menyerang secara beruntun, dan itu semua dari arah titik buta si iblis pendek. Jovano menggunakan bola energi berelemen listrik api hitam biasa.      

Memang si iblis pendek akan menoleh dan lekas menghindari serangan para kloning Jovano yang datang silih berganti begitu cepat.      

Kekuatan berdampingan dengan kecepatan. Keduanya sama-sama gigih. Bahkan akan susah ditangkap oleh mata iblis biasa saking cepatnya.     

Yang menakjubkan dari jenis serangan baru dari Jovano ini adalah dia berhasil membuat sibuk si iblis pendek sehingga lawannya tak memiliki waktu untuk menjentikkan jarinya karena serangan super cepat dan beruntun kloning Jovano.     

"Krrkhhh!" Iblis pendek tidak lagi bisa mengolok-olok Jovano seperti sebelumnya. Dia mulai memberikan fokus terbaik dia untuk menghindari serangan berbahaya Jovano.      

Ketika si iblis pendek sedang berkonsentrasi menangkis atau berkelit dari serangan kloning Jovano, mendadak saja dia merasakan hawa Api Hitam Neraka dari belakang.     

Iblis pendek tentu saja sangat ketakutan. Itu adalah jenis yang ditakuti semua iblis. Tak ada yang memiliki imun terhadap Api Hitam Neraka.     

Si iblis pendek lekas menoleh ke belakang untuk menghindari api berbahaya itu, namun dari arah samping muncul kloning Jovano membawa api yang sama.     

Begitu terus selama beberapa menit, hingga semua kloning Jovano mengepung si iblis pendek sambil bersiap menghantamkan api dahsyat tersebut.     

Refleks saja, si iblis pendek menutup matanya sambil berusaha menjentikkan jarinya agar bisa mati bersama saja andaikan dia tak bisa menghindari api tersebut. Toh, Jovano akan merasa rugi jika dia mati.     

Celah!     

Ternyata iblis pendek itu bisa mengatupkan mata besarnya.      

Jovano melihat celah! Meski hanya sekian detik mata besar itu tertutup, itu sudah lebih dari cukup! Maka dia segera maju dan bergabung dengan kloningnya ke arah iblis pendek.     

Lekas saja Jovano mengeluarkan belati yang sudah dia lumuri dengan energi petir api biasa, namun tentu saja itu tetap merupakan energi mengerikan jika Jovano yang mengeluarkannya.     

Crepp!     

Berhasil!     

Jovano berhasil menusukkan belati berelemen petir api ke punggung iblis pendek, lalu dia segera mundur. Memang benar pemikiran lawannya, bahwa dia pastinya tidak akan membunuh si iblis pendek karena itu akan merugi baginya.     

Teringat oleh Jovano akan ucapan kakeknya bahwa iblis lebih bergizi dimakan ketika dalam keadaan hidup, bukan dalam kondisi mati.     

"Arghh!" Iblis pendek meraung kesakitan karena belati yang ditusukkan ke punggungnya itu terus mengalirkan energi petir merusak sampai ke organ-organ dalamnya dan apinya terasa membakar daging dan kulit. Semuanya sangat menyakitkan.     

Jovano tersenyum miring melihat pemandangan di depan matanya. Ternyata kekuatan si iblis pendek belum benar-benar mencapai raja iblis, lawannya hanyalah sedikit lebih kuat darinya dan pasti sudah memiliki jam terbang jauh lebih banyak darinya.     

Tapi, itu semua tidak akan berarti di depan kecerdasan Jovano. Dia sudah mempelajari satu kekuatan sekaligus kelemahan dari si iblis pendek, yaitu matanya.     

Sudah dianalisis oleh Jovano bahwa mata besar iblis pendek itu benar-benar seperti mata serangga yang bisa melihat segala arah meski sedikit kesulitan jika diserang dari belakang.     

Itulah kenapa Jovano mendapat ide melakukan serangan beruntun dan cepat menggunakan kloning agar si iblis pendek tak memiliki kesempatan untuk memberikan serangan balasan.     

Jovano mengarahkan kloningnya untuk menyerang di titik buta lawannya secara gila-gilaan dan akhirnya dia menggunakan ancaman Api Hitam Neraka andalannya. Memang tak akan dia hantamkan, namun hanya menakuti dan itu berhasil!     

Dengan lengahnya iblis pendek, ini membuka kesempatan besar pada Jovano.     

Kini, tubuh iblis pendek terus mengejang dalam keadaan berdiri sambil si iblis berjuang menahan sakit. Dia tak bisa menggapai belati di punggungnya karena tangannya terlalu pendek untuk ke sana.     

Iblis pendek bahkan tak memiliki waktu untuk memberikan menyerang pada Jovano seperti sebelumnya. Seringaian Jovano makin melebar. Lihat, kini siapa yang tertawa terakhir!     

Iblis itu semakin lemah akibat serangan petir dan api Jovano yang terus mengalir ke dalam tubuhnya melalui belati tadi sehingga bisa dengan mudah dirinya dipadatkan menjadi energi oleh Jovano dan ditelan.     

"Orrghh!" Jovano sampai bersendawa keras, lalu tertawa dan mengusap bibirnya. "Ha ha ha … sungguh mengenyangkan!" Dia mengusap perutnya.     

Kemudian, dia melanjutkan perjalanannya. Dia meneguhkan tekadnya memasuki kedalaman hutan berbahaya tersebut. Meski bertanya-tanya akan seperti apa kekuatan iblis yang dia jumpai di area lebih dalam, dia tak ingin gentar.     

Semua demi balas dendam!     

Sementara itu, di Tokyo, Andrea tetap melakukan aktivitas harian. Dia sudah terlalu lama tidur cantik di peti es dan membutuhkan kembalinya kehidupan biasa dia.      

Namun, hari ini untuk melupakan sejenak kecemasan dia akan sang putra yang pergi ke Hutan Kegelapan, dia mengajak Kuro untuk pergi ke lapangan tenis.     

"Mama, aku tak begitu paham akan tenis." Kuro sedikit ragu, tapi tentu dia tak akan menolak ajakan ibu tersayangnya.     

"Halah, sama! Mama juga kagak paham tenis! Ha ha ha! Pokoknya kita nanti asal pukul aja bolanya, shay!" Andrea memang seenaknya saja kalau bersikap dalam kondisi santai.     

Kuro mengangguk-angguk paham. "Oh, baik kalau begitu, Ma!"      

Andrea bertanya ke ikat pinggang Cosmo dia, "Neng Kyu, mau ikutan apa kagak, nih! Kita mau maen tenis!"     

Kyuna yang sedang menata rambutnya di pondoknya di Cosmo, segera menjawab, "Mau, Nona Putri!"     

Andrea segera mengeluarkan Kyuna dari Cosmo. "Nah, sekarang tinggal ngajakin bebeb Shelly. Yuk!"     

Tak berapa lama, ada 4 wanita cantik dan molek mendatangi salah satu lapangan tenis outdoor di Tokyo.     

"Ini apakah tidak apa-apa dengan tuan Dante?" tanya Kyuna sambil tatap Andrea.     

Andrea meringis, menjawab, "Apa dia bisa melarang aku?" Memang benar, dia sudah izin pada suaminya ingin mengajak para ladies ke arena tenis dan Dante hanya bisa mengangguk saja setelah semalaman dia dipuaskan Andrea.     

"Ah! Papa pasti takut pada Mama kalau berani menolak!" Kuro dengan cepat melantangkan pemikirannya. Ketika ibunya meringis lebar, dia memeluk Andrea sambil berkata, "Mama memang yang paling hebat! Papa saja sampai tak berdaya!"     

"Woiya, dong!" Andrea mengelus-elus kepala Kuro.     

"Mama panutanku!" Kuro mengusapkan kepalanya ke Andrea.     

Andrea langsung teringat bagaimana tunduknya Zevo pada Kuro dan hanya bisa memberi semangat pada putra sulung Revka di dalam hatinya. 'GWS, yah Zev! Ganbatte!'     

"Ini hanya kita berempat saja, Ndre?" tanya Shelly setelah mereka tiba di lapangan dan sudah pula memakai pakaian khusus untuk tenis.     

Andrea mengangguk. "Gak usah ngajakin kucing cerewet kayak dia! Akhir-akhir ini dia lagi sensitif! PMS mulu kagak berenti tuh mungkin dia!" selorohnya. "Ayok! Aku lawan Kuro, yah! Abis itu giliran lawan bebeb ama Kyu."     

"Baik!" Kuro bersemangat.     

Keempat wanita molek itu mulai mencari area lapangan yang kosong. Di tempat itu ada 6 lapangan tenis, maka sudah bisa dipastikan seberapa luas tempatnya. Tempat ini juga yang biasa digunakan Dante dan Giorgio dulunya untuk tenis bersama.     

Kedatangan Andrea dan kelompoknya tentu saja menimbulkan perhatian khusus dari para lelaki di lapangan. Mana mungkin tidak! Mereka saling menahan air liur agar tidak menetes terang-terangan.     

Salah satu dari lelaki itu memutar otak agar bisa berkenalan dengan Andrea.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.