Devil's Fruit (21+)

Dihajar Habis di Lapangan



Dihajar Habis di Lapangan

0Fruit 1563: Dihajar Habis di Lapangan     

Andrea menyentuh anting komunikasi dia untuk berbicara dengan kelompoknya secara telepati, "Gaes! Ini ada empat mokondo yang kayaknya kepingin ehem-ehem ama kita, nih!"     

Kuro segera menyentuh anting komunikasinya dan berkata keras, "Kita hajar, ya Ma? Sini biar aku buat mereka babak belur!"     

Namun, Andrea menyahut, "Jangan, Sayank. Kita main-main dulu aja ama mereka. Sini aku ajarin caranya." Kemudian, secara telepati, Andrea mengatakan rencana dia mengurus keempat Casanova itu ke kelompoknya.     

Tapi, pada akhir telepati, Kuro bertanya, "Mama, mokondo itu apa?"     

Andrea nyaris tersedak salivanya sendiri. "A—ahh … itu … itu nama orang yang sangat menyebalkan dan diduga mesum, Sayank." Harusnya dia tidak menggunakan bahasa yang terlalu aneh di depan anak polosnya itu.     

"Ohh … jadi kalau begitu, Zevo juga mokondo!" pekik Kuro segera melalui transmisi suaranya.     

"Uhuk!" Kali ini Andrea terbatuk sungguhan di dunia nyata. Keempat Casanova menoleh dengan raut wajah cemas. "O—ohh, tak apa, aku baik-baik saja! He he he … ayo, kita bermain ganda!"     

Wajah empat pemuda itu girang bersamaan dan mereka mulai memilih tim sesuai target masing-masing.     

Tim Andrea dan Kuro melawan tim Yazu dan Himuro, sedangkan Shelly dan Kyuna melawan Tetsuo dan Daigo.     

Mereka bermain di arena lapangan bersebelahan sehingga bisa saling melihat rekan masing-masing.     

Tim pemuda mempersilahkan kelompok Andrea memulai dengan serve awal dengan alasan menghormati para wanita.     

"Nona-nona, kami akan mencoba mengoreksi gerakan kalian apabila ada yang keliru. Jangan ragu-ragu memukul bolanya, meleset tak masalah, tidak bisa membalas pukulan lawan juga tak masalah. Jangan khawatir, kami tidak akan keras pada kalian." Demikian Tetsuo berucap sebelum permainan dimulai.     

"Love—love!" teriak Himuro dengan menyebut skor awal untuk memulai permainan.     

Baiklah! Andrea bersiap melakukan servis. Dia melambungkan bola di tangannya ke udara terlebih dahulu dan ….     

Dhuasshh!     

Bola tenis dipukul menggunakan kekuatan supernatural dia sehingga wajar jika bola meluncur ganas ke arah Yazu yang memang seharusnya menerima bola dari Andrea.     

"Arrghh!" Yazu sampai harus menghindari datangnya bola itu karena saking takutnya melihat dari depan betapa cepat dan ganasnya bola seakan hendak melahap dia.     

"Skor untuk kami! 15—love! Benar, kan?" Andrea mengerling jenaka sambil melakukan gerakan imut. Andai para lelaki di sana tahu dia sudah pernah melahirkan 3 kali, mungkin rahang mereka akan jatuh ke tanah.      

"Yazu, jangan main-main begitu. Terima bolanya, jangan malah menghindar seperti lelaki lembek begitu!" rutuk Himuro yang gemas melihat rekan timnya malah bersikap pengecut pada bola yang datang.     

"Hi—Himuro, kau harus tahu, bolanya sangat kuat sampai aku merasa aneh dan takut." Yazu bertutur lirih agar Andrea dan Kuro tidak mendengarnya.     

"Tsk! Kau ini bicara apa, sih? Kali ini, terima yang benar dan gagah bola yang datang, mengerti?" Himuro tak senang, harga diri lelaki mereka terluka gara-gara sikap Yazu baru saja.     

Himuro tak tahu apa yang sebenarnya dirasakan Yazu. Semoga nanti dia juga merasakan.     

Lalu, Andrea kembali melakukan servis. Sama seperti sebelumnya, bola begitu cepat dan ganas ketika tiba di Yazu. Karena tadi dimarahi rekan timnya, Yazu berjuang membesarkan tekadnya untuk menerima bola.      

Bola yang datang dari Andrea memang lurus dan sederhana, namun kekuatannya sangat di luar nalar.     

Wuusshh!     

Bola meluncur deras ke Yazu.     

Dhak!     

"Argh!" Yazu memang menerima bola itu, namun dia gagal mengembalikannya hingga melewati net. Bola malah terpental keluar lapangan hingga ke area penonton karena saking kerasnya gaya pantul.     

"Yazu!" Himuro kesal karena lagi-lagi Yazu gagal mengembalikan bola dari Andrea. "Kau ini! Jangan hanya karena kau menyukainya lantas kau mengalah!"     

"Hi—Himuro! Ini aku tidak sedang mengalah!" Yazu menahan suaranya meski matanya melotot kesal membalas tuduhan Himuro.     

"Hei, kalian? Baik-baik saja?" seru Andrea ke lawannya.     

Yazu dan Himuro menoleh dan tertawa canggung sambil berkata, "Kami baik-baik saja!"     

"Kuakui permainan servis kamu hebat, Andrea-san. Yazu yang biasanya hebat sampai tak sanggup menerima servis kamu." Himuro terpaksa memuji Andrea.     

Karena tak mau Yazu mengacau lagi, maka Himuro berganti posisi di tempat Yazu agar dia saja yang meladeni servis Andrea.     

Kemudian, Andrea berteriak sebelum melakukan servis. "30—love!" Dia mengatakan skor saat ini. Lalu mulai melakukan servis, kali ini sedikit lebih keras ketimbang sebelumnya.     

Swoosshh!     

Himuro membelalakkan mata saat terkejut dengan datangnya bola. Dia berusaha menerimanya namun sayang sekali, bernasib seperti servis kedua Andrea, bola malah melambung ke arah penonton akibat gagal mengembalikan ke lawan.     

Kini Yazu berkacak pinggang ke Himuro. "Nah, nah, kau ini serius bermain atau tidak, Himuro?" Gilirannya mencemooh teman timnya.     

Himuro menelan salivanya, berusaha berkelit. "A—ahh, itu tadi aku belum siap! Aku akan coba lagi!"     

"40—love!" Andrea berteriak sebelum melakukan servis keempatnya. Ini memang yang biasa dilakukan ketika mengumumkan nilai, yaitu sebelum servis dilaksanakan. Biasanya wasit yang meneriakkan nilai, tapi karena tak ada, maka Andrea yang berteriak sebagai orang yang mencetak nilai.     

Bola meluncur kencang dan ganas dari pukulan Andrea ke Himuro yang sudah dalam posisi stance.     

Dhuakk!     

"Arghh!" Himuro menjerit ketika pipinya terkena hantaman bola dari Andrea. Dia sampai terjengkang dan pantatnya jatuh di lapangan.     

"Hi—Himuro-san? Kau tak apa?" Andrea berlagak kaget dan perhatian namun dia hanya berdiri di tempatnya saja tanpa ada keinginan maju ke net. Demikian pula Kuro.     

"A—aku baik-baik saja!" seru Himuro sambil dibantu berdiri oleh Yazu. Dia memegangi pipinya yang mulai berdenyut sakit.     

"Himuro, pipimu merah dan mulai bengkak." Yazu berkata sambil menahan tawanya.     

"Sialan!" rutuk rendah Himuro.     

Dalam dua set permainan, semua nilai dimenangkan oleh tim Andrea dengan Andrea yang terus melakukan servis. Ini sebenarnya memalukan bagi tim Yazu dan Himuro. Mereka benar-benar diberi skor 0 alias love bila dalam istilah tenis lapangan.     

Namun, pada set ketiga, Andrea sedikit berbelas kasihan dan mengendurkan laju bolanya sehingga bisa diterima oleh Himuro. Tim lelaki menganggap ini adalah kesempatan mereka meraih harga diri mereka kembali.     

Oleh karenanya, Himuro mengembalikan bola sebaik mungkin, ke bidang yang sekiranya akan susah dijangkau Andrea dan Kuro.     

Tapi … Himuro harus tahu seberapa cepat makhluk seperti Andrea dan Kuro.     

Mendadak saja Andrea sudah berada di tempat yang dikira tak akan bisa terjangkau dan memukul kembali bola hingga terpantul sampai ke bidang lapangan tim lawannya.     

Himuro terkejut. Dia sudah menghitung dan menganalisis secara cepat bahwa tempat tadi tak mungkin bisa dijangkau tim lawan, tapi nyatanya, Andrea bisa ada di sana dengan kecepatan yang luar biasa.     

Apakah Andrea atlet lari atau mungkin seorang vampir? Himuro bertanya-tanya. Tapi apabila vampir, kenapa bisa tetap santai di bawah terik matahari?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.