Devil's Fruit (21+)

Dari Kelompok Fakboi Satu ke Fakboi Selanjutnya



Dari Kelompok Fakboi Satu ke Fakboi Selanjutnya

0Fruit 1564: Dari Kelompok Fakboi Satu ke Fakboi Selanjutnya     

Sudah pasti, kekalahan ada di tim Himuro-Yazu dengan Andrea dan Kuro menghabisi kedua lelaki Casanova itu.     

Bahkan, ketika Andrea sudah berbaik hati memperlambat servisnya agar bisa diterima lawan saja, masih bisa dibabat habis oleh Kuro.     

Kuro tak sengaja melakukan gerakan volley, yaitu gerakan seperti seseorang di permainan voli ketika melakukan spike atau smash. Hanya saja, Kuro menggunakan raket.     

Ini juga sama nasib dengan tim satunya. Shelly dan Kyuna memborong semua poin, meskipun Kyuna sedikit canggung di awal permainan karena belum pernah bermain tenis.     

Namun, Kyuna merupakan siluman cerdas yang lekas belajar dari Shelly yang ternyata ganas di lapangan, berbeda jauh dengan ketika Shelly ada di rumah sebagai ibu.     

Kedua tim Casanova menyerah kalah. Penonton juga mulai bersorak-sorai memuji tim kelompok Andrea. Tapi ada beberapa orang yang curiga jangan-jangan ini taktik dari Yazu dkk untuk mengalah ke Andrea cs.     

"Aku yakin mereka hanya mengalah saja agar bisa memikat para gadis itu, ya kan?"     

"Tidak, tidak, aku tidak setuju dengan opinimu, kawan! Kau harus lihat wajah berjuang mereka dari awal. Itu sungguh original! Tidak dibuat-buat!"     

"Oh! Berarti mereka sungguh kalah telak dari para gadis itu?"     

"Benar!"     

"Aku kira mereka gadis lugu yang baru belajar tenis, tapi ternyata mereka sangat hebat ketika bertanding serius!"     

Yah, ini memang sesuai dengan definisi yang ada di Indonesia: "Dikira cupu ternyata suhu".     

Andrea dan kelompoknya tertawa gembira akan kemenangan mereka yang sungguh telak. Meski mereka tidak mengerti teknik bermain tenis, namun cukup memenangkan servis saja sudah bisa membuat mereka menang.     

"Ah … kalian sungguh hebat! Kami mengaku kalah!" Tetsuo berucap dengan napas tersengal ketika dia dihajar tim Shelly-Kyuna. Lebih tepatnya, Shelly yang membuat dia terseok-seok mengejar bola yang sengaja digiring Shelly ke berbagai arah.     

Sementara, Kyuna hanya perlu melakukan gerakan volley keras yang tak bisa ditangkap lawannya karena lambungan bola terlalu mustahil dijangkau.     

Yang lucu, ketika Kyuna melakukan teknik volley kerasnya, bola itu menghantam perut bawah Daigo hingga lelaki itu sempat meminta jeda sebentar untuk memulihkan diri.     

Kyuna dan Shelly sama sekali tak ada niat cemas atau memberi perhatian lebih. Cukup bertanya apakah mereka baik-baik saja dari tempat mereka berdiri, sama seperti yang dilakukan Andrea dan Kuro sebelumnya.     

Sungguh sebuah permainan ganas dari para wanita yang tak terduga itu.     

Hingga ketika mereka berdelapan masih berbincang basa-basi usai permainan, muncul beberapa lelaki lain yang terlihat gahar dan tubuh mereka bertato meski bukan selayaknya tato yakuza.     

"Bagaimana kalau bertanding melawan kami?" Salah satu lelaki yang sepertinya pemimpin kelompok berkata ke Andrea. "Kulihat kelompok Himuro terlalu cengeng untuk jadi lawan kalian." Dia lelaki botak yang tinggi besar penuh otot di tangannya.     

Himuro dan Daigo sudah ingin maju dengan wajah emosi atas ucapan lelaki itu.      

"Sanjo! Jangan seenaknya menghina kami! Kau belum merasakan sendiri bagaimana hebatnya para wanita ini!" Himuro bersuara kesal pada si botak berotot bernama Sanjo.     

"Itu karena kau terlalu lemah!" Sanjo mendelik tajam ke Himuro.      

"Kau memang harus bertanding melawan nona Andrea agar mulut baumu bisa lebih terkatup, Sanjo." Daigo menyeringai.     

Sementara, Andrea memperhatikan Sanjo dan bertanya, "Ano … apakah kau tidak salah lapangan?"     

"Hm?" Sanjo menoleh ke Andrea yang sedang intens memperhatikan dirinya.     

"Kau sebenarnya atlet binaraga, kan?" Andrea secara polos berujar. "Kalau atlet tenis, rasanya kau kelebihan otot di sana dan sini." Dia menepuk-nepuk dagu dengan telunjuk sambil menampilkan wajah bodoh yang imut menggemaskan.     

Sanjo tak tahu apakah dia harus tersanjung atau sedih atas ucapan Andrea. "Tidak, nona cantik. Aku bukan binaragawan. Aku biasa bermain tenis dengan kelompokku ini." Dia memperkenalkan kelompok dia yang berjumlah 4 orang.     

"Nona, ayo main melawan kami!" Salah satu teman Sanjo berucap sambil menyeringai mesum ke Andrea.     

Andrea tersenyum miring sambil menyentuh anting komunikasinya, berkata ke kelompoknya, "Well, well … fakboi selanjutnya, gals!"     

"Mama, fakboi itu apa?" tanya Kuro melalui anting.     

Andrea lagi-lagi merutuki dirinya yang terlalu seenaknya bicara di depan putri lugunya. "Errr … itu semacam suamimu!" Yah, lebih baik langsung tepat sasaran saja jawabannya daripada pusing.     

Mendengar jawaban ibunya di anting, Kuro langsung berapi-api hendak melahap Sanjo dan kawanannya.     

"Baiklah! Tak masalah!" Andrea meringis memamerkan deretan giginya.     

"Tapi rasanya tak asyik kalau tak ada taruhan, ya kan?" ujar salah satu kawan Sanjo lainnya.     

Mendengar itu, Himuro dkk langsung protes.     

"Hei, Garui! Apa-apaan kau ini! Kenapa harus ada taruhan segala?" Daigo yang pertama mencetuskan protesnya.     

"Kenapa? Aku mengajak bertanding mereka, bukan kau dan kelompok payahmu itu!" Garui membalas dengan wajah mencemooh, diikuti kawan-kawannya.     

"Kami ingin lihat bagaimana kalian akan mengompol dan menyesal!" tukas Tetsuo dan kemudian dia berkata pada Andrea, "Nona, hajar dia melebihi ketika kau menghajar kami!" Ada kemarahan di matanya.     

Andrea gagap dengan canggung menjawab, "A—ahh … aku … aku hanyalah pemain pemula di tenis, tak tahu seluk- beluk permainan ini secara mendalam." Tentu saja dia hanya akting untuk memancing.     

Namun, akting lugunya ternyata langsung menarik mangsa. Mata Sanjo berbinar senang mendengar Andrea menyatakan tak tahu apa-apa mengenai tenis.     

"Kalau begitu, Nona, taruhannya … yang menang berhak menginginkan apapun dari yang kalah! Bagaimana?" Sanjo melipat kedua tangannya dengan penuh percaya diri.     

Sementara Himuro dan kelompoknya sedang protes aka nisi pertaruhan itu, penonton yang makin berkerumun di dekat lapangan Andrea juga memiliki diskusi tersendiri.     

"Gawat! Kalau geng Sanjo sudah turun tangan begitu, pasti para gadis akan dalam bahaya!"     

"Kelompok Sanjo lebih ganas dan berbahaya dibandingkan kelompok Tetsuo, percayalah!"     

"Wah, Sanjo selalu saja begitu. Menggunakan taruhan semacam itu untuk menekan lawannya."      

"Apakah Sanjo dan kawanannya tak malu sebagai mantan atlet tenis, mereka malah hendak bertanding dengan amatiran?"     

"Serius? Mereka mantan atlet tenis?"     

"Ya, benar! Sanjo dan kawan-kawannya pernah menjadi atlet tenis namun gagal masuk ke tingkat nasional."     

"Tapi, tetap saja meski begitu, kekuatannya pasti tak bisa diremehkan di lapangan, kan?"     

"Benar! Aku iba dengan kelompok gadis manis itu. Aku tak bisa bayangkan apa yang harus mereka hadapi bila kalah nantinya."     

"Aku sudah bisa membayangkan hal terburuk!"     

"Ah! Kau memang suka membayangkan hal-hal semacam itu, dasar otak kotor!"     

Andrea dan kelompoknya tentu saja bisa mendengar bisik-bisik dari area penonton meski sedikit jauh. Jangan remehkan telinga super human mereka. Meski Shelly tak bisa mendengar, Andrea berbaik hati memberitahukan pada bebebnya mengenai kasak-kusuk mengenai Sanjo cs.     

Shelly sempat gentar, tapi Andrea menenangkannya.     

"Santai aja, Beb! Lakukan seperti biasa kayak tadi aja, jangan ada beban. Kyu pasti akan jagain kamu, kok! Oke!" Demikian kata-kata Andrea pada sahabatnya.     

Shelly jadi lebih percaya diri sekarang. Dia menyingkirkan keraguannya.     

Maka, pertandingan antara Andrea cs melawan Sanjo cs segera dimulai. Yazu mengajukan diri sebagai wasit dan mereka setuju.     

Akan seperti apa pertandingan amatir melawan mantan atlet? Sengit kah? Atau sama seperti ketika melawan Himuro cs?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.