Devil's Fruit (21+)

Taruhan yang Diinginkan Andrea



Taruhan yang Diinginkan Andrea

0Fruit 1565: Taruhan yang Diinginkan Andrea     

"Aku ingin mencoba servis!" Kuro menatap penuh harap ke ibunya.     

"Oke, dear. Lakukan yang terbaik!" Andrea menepuk bahu Kuro dan bersiap di posisi masing-masing.     

Kuro sudah mempelajari semua gerakan Andrea saat melawan tim Himuro. Sekarang, dia ingin menjajal sendiri seperti apa rasanya melakukan servis karena melihat sang ibu begitu keren ketika melakukannya.     

Kemudian, Kuro mulai bersiap-siap. Dia berdiri, melambung-lambungkan bola secara rendah di bawah sembari merunduk layaknya pemain profesional sebelum memulai servis.     

Setelahnya, Kuro melambungkan bola ke atas diikuti dirinya juga melambung dan memukul bola sebelum kakinya menjejak ke lantai.     

"Hakh!" Kuro juga berteriak seperti ibunya dalam beberapa set game terakhir sebelum ini.     

Bola melesat kencang ke bidang lawan sampai sulit ditangkap tim Sanju.     

"Kesalahan!" Wasit Yazu terpaksa menyerukan itu karena kaki Kuro menginjak garis saat usai melambung.     

"Gak apa, Sayank! Dicoba lagi, yuk! Jangan nyerah dan jangan nginjak garisnya, ya!" Andrea menggunakan bahasa ibunya ketika menyemangati sang putri, masa bodo dengan orang-orang di sana yang bingung.     

"Oke! Lihat aksiku ini!" Kuro kini lebih mundur ke belakang agar tidak lagi melakukan kesalahan yang sama.      

Dia mulai melakukan gerakan yang sama dan memukul keras-keras bolanya sampai rekan Sanju memilih menyingkir dan tak mau terkena bola mengerikan dari Kuro.     

Himuro dan penonton lainnya bersorak untuk keberhasilan Kuro mencetak skor.     

"15—love!" Yazu menyerukan skor untuk tim Andrea keras-keras sebelum Kuro melakukan servis berikutnya.     

"Harkhh!" Kuro berteriak sambil memukul bola. Namun, karena terlalu bersemangat, bola sedikit melambat karena selip di raket dan nyaris tak bisa melewati net.     

Rekan Sanju menyeringai dan berlari mengejar bola di depan net dan mengembalikannya dengan mudah ke tim Andrea.     

Andrea tak mau berlama-lama dan melakukan backhand keras. Namun, Sanju ternyata masih bisa menerimanya meski tangannya seketika kesemutan akibat dari pukulan keras si nyonya cambion.     

Bola melambung tinggi ke bidang permainan tim Andrea. Kuro mengejar dengan gesit dan melakukan gerakan volley seperti yang sudah-sudah.     

"Hyakh!" teriak Kuro ketika dia memukul bola seakan sedang melakukan smash.     

Penonton langsung bersorak riuh karena pukulan Kuro dinyatakan masuk meski nyaris keluar dari garis. Begitu tipis!     

Sayangnya, Kuro melakukan beberapa kesalahan ketika servis sehingga giliran servis berpindah ke tim Sanju.     

"Maaf …." Kuro terlihat menyesal ketika menatap ibunya.     

"Gak apa, Sayank. Jangan sedih. Kita hempaskan mereka setelah ini, yah!" Andrea menepuk lengan putrinya untuk memberi semangat.     

Sanju sangat berambisi memenangkan permainan ini karena sudah tergiur akan taruhan yang disepakati. Otak kotornya sibuk menayangkan adegan-adegan tak pantasnya dengan Andrea dan kelompoknya.     

Selama ini, dia sering bertaruh menggunakan permainan tenis hanya berdasarkan rasa percaya diri dia sebagai mantan atlet. Sudah banyak korban dari taruhan dia, baik itu laki-laki atau perempuan.     

Kali ini, ada mangsa semanis dan seempuk kelompok Andrea, mana mungkin Sanju tidak terdorong ingin bertaruh? Dia melihat Andrea dan timnya hanyalah seperti ikan di atas talenan.     

Namun, begitu permainan memasuki game kedua, Sanju mulai berkeringat, bukan karena teriknya matahari Tokyo di siang itu, melainkan karena timnya tidak juga menghasilkan skor, sedangkan tim Andrea terus saja menambah skor.     

Penonton bersorak girang setiap tim Andrea bisa menghasulkan skor, seakan dendam mereka pada kelompok Sanju bisa terlampiaskan dengan diwakilkan oleh Andrea dkk.     

Lapangan satunya yang berisi tim Kyuna—Shelly juga juga tak jauh berbeda dengan tim Andrea—Kuro. Mereka semua tidak bersedia kalah melawan kelompok Sanju yang mereka yakini sekumpulan lelaki mesum yang lebih jahat ketimbang kelompok Himuro.     

Yang membuat pertandingan lebih terasa meriah dan hidup, yaitu ketika Kuro dengan santainya melakukan gerakan akrobatik ketika dia menerima bola dari tim Sanju.     

Terkadang Kuro melakukan salto, kadang pula kayang hanya untuk menerima dan mengembalikan bola ke lawan. Penonton makin riuh menyemangati Kuro.     

Andrea sampai terkikik geli melihat kelakuan putrinya.     

Kyuna tak mau kalah. Dia melakukan gerakan balet sesuai yang pernah dia lihat di sebuah film. Ini sungguh mencengangkan. Pertandingan tenis serasa hanya sebuah permainan saja bagi kelompok Andrea.     

Bahkan, Andrea dengan santainya menerima telepon dari Dante sambil tetap memukul dan mengembalikan bola tanpa melihat arah bola, dan nyatanya, bola tetap jatuh di bidang lapangan lawan dengan telak.     

Penonton makin heboh melihat keunikan dan kehebatan kelompok Andrea. Hanya Shelly saja yang melakukan gerakan normal petenis tanpa bergaya macam-macam karena dia tak memiliki kekuatan supernatural kuat seperti yang lainnya. Baginya, lebih baik bermain aman saja daripada bergaya dan tak berhasil.     

"Iya, iya, ini aku sedang sibuk ngurusin orang gak penting di lapangan, Dan. Iya, nanti biar aku yang jemput dia. Jangan khawatir, dah! Pokoknya sana kamu ngurusin resto aja biar kagak rubuh, oke Darling?" Andrea berbicara ke suaminya tanpa terlalu fokus pada bola yang datang.     

Sanju menggertakkan giginya melihat betapa santainya Andrea menyikapi bola darinya, padahal itu sudah merupakan pukulan mematikan.     

Tapi, Andrea hanya perlu melirik singkat dan memukul santai bola itu kembali ke Sanju.      

"Oh, maaf! Aku sampai mengabaikan permainan. Sampai mana kita?" Andrea menyimpan ponsel di saku rok tenisnya dan kembali dalam posisi bersiap.     

Himuro dan kawan-kawannya terus berteriak gembira untuk kelompok Andrea.     

Hingga ketika satu jam kemudian, permainan sudah bisa dipastikan ke sisi mana kemenangan terjadi. Tentu di kelompok Andrea.     

Sanju dan kawan-kawannya benar-benar tidak diberi kesempatan mencetak satu skor pun.      

Andrea berkacak pinggang dengan gaya santai sambil menatap kelompok Sanju. "Sepertinya timku yang menang, benar?"     

Sanju masih menenangkan batinnya yang guncang karena kalah. Ini merupakan kekalahan pertama dia dan kelompoknya di pertandingan melawan amatir. Ya, mereka hanya berani pada amatir saja, pada orang biasa yang bukan merupakan atlet.     

"Y—ya. Kalian menang." Sanju menundukkan kepala, antara malu dan kesal. Dia mendongak untuk bertanya ke Andrea, "Katakan, apa yang kalian inginkan?"     

Dalam bayangan Sanju, permintaan kelompok Andrea paling-paling hanya berkisar di fashion atau makanan mahal. Perempuan biasanya suka kedua hal itu saja, kan?      

Kalau hanya disuruh membelikan fashion, Sanju tidak kekurangan uang. Dia percaya diri bisa membelikannya.     

Rekan-rekan Sanju juga bukan orang miskin, maka mereka pasti tidak akan mengalami kesulitan jika hanya membelikan tas limited edition atau sekedar sepatu merk internasional yang ternama.      

Andrea tersenyum penuh arti dan berkata, "Aku sebagai pemimpin kelompokku, membuat keputusan, bahwa aku ingin kau dan kelompokmu … memijat kelompok Himuro selama satu jam penuh!"     

"Hah?!" Tak hanya Sanju dan kelompoknya saja yang tercengang sambil berseru keheranan, kelompok Himuro dan penonton di sana juga memekik kaget.     

Andrea mengangguk. "Ya, aku ingin itu! Nah, aku akan meminta semua orang di sini sebagai saksinya, yah! Maka, ketika besok aku ke sini lagi, aku akan bertanya ke mereka apakah kau cukup jantan dan bertanggung jawab dengan taruhan kita. Kalian semua lelaki, kan?"     

Sanju masih melongo ketika mendengar celotehan Andrea sampai dia mengatupkan mulut dan menjawab, "Y—ya, kami lelaki dan … dan pantang menarik ucapan kami!" Dia menggertakkan gigi dengan tak rela, tapi semua sudah terjadi.     

"Oke, kalau begitu, aku bisa tenang dan pergi." Andrea bersiap pergi dari lapangan.     

"No—Nona Andrea! Kenapa buru-buru pergi?" tanya Himuro, tak rela melihat mangsanya hendak berlalu dari hadapannya. Dia melirik Kuro.     

"Oh? Aku dan kelompokku harus menjemput anak-anak kami." Andrea santai saja mengatakannya. "Kau tahu, kan, anak remaja terkadang masih perlu diawasi meski mereka sudah cukup besar." Lalu Andrea mengerlingkan satu matanya. "Ayo, gals! Kita pergi!"     

"Baik, Ma!" Kuro kini memanggil Andrea apa adanya.     

Tinggallah Himuro dan yang lainnya melongo, Kuro memanggil Andrea mama? Tapi katanya mereka semua sudah punya anak, lalu setua apa Andrea sebenarnya? Tapi, kenapa wajah mereka berempat begitu muda dan seperti gadis 20 tahun?     

Semua lelaki di lapangan melongo.     

"Oh ya! Kalau kalian ada waktu, cobalah mampir di restoran Tropiza atau Joglo Fiesta atau Schubert, yah! Makanannya dijamin enak! Aku pemilik di sana, siapa tahu kalian ingin dapat diskon 10 persen! Bye!" Andrea masih sempat melakukan promosi sebelum benar-benar pergi dari lapangan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.