Devil's Fruit (21+)

Memata-matai Menggunakan Mata Sihir



Memata-matai Menggunakan Mata Sihir

0Fruit 1570: Memata-matai Menggunakan Mata Sihir     

Seperti yang didiskusikan dengan suaminya, Andrea memasang kamera pengawas, namun bukan dari teknologi manusia, melainkan menggunakan teknologi magis iblis.     

Informasi mengenai alat ini didapatkan Andrea dari Kenzo. Itu adalah sebuah mata sihir yang ditanamkan pada dinding dan bisa menyamarkan auranya sehingga tak akan diketahui siapapun yang tidak memasangnya.     

Maka, hanya Andrea yang bisa mengetahui apa saja yang dilihat mata sihir itu karena dia yang memasang dan menyegelnya di dinding, tak hanya untuk ruang belajar saja melainkan seluruh dinding mansion.     

"Kau yakin ingin menjadi mata-mata untuk keluargamu sendiri, Sayank?" Dante bertanya sembari kerutkan dahinya, sedikit tak setuju dengan tindakan sang istri.     

"Jangan mikir jelek dulu, Dan." Andrea menyahut dan melanjutkan ucapannya, "Ini aku lakukan agar semua orang di rumahku dalam keadaan baik-baik saja. Juga agar aku tahu andaikan mereka memiliki tindakan yang kurang baik. Aku gak mau kejadian Ivy terulang lagi."     

Mendengar nama Ivy disebut, Dante langsung luluh dan mengenyahkan semua prasangka dia dan memeluk sang istri. Dia segera berempati atas perasaan Andrea. Tragedi Ivy masih sangat membekas pada mereka semua, terutama istrinya.      

Tentu saja! Andrea yang mengandung dan melahirkan Ivy, maka sudah merupakan hal wajar apabila insiden tragis Ivy sangat memukul nyonya cambion dan belum berhasil diterima dengan lapang dada oleh Andrea.     

Di malam hari, kadang Andrea menangisi Ivy dan menyalahkan dirinya yang tidak becus mengawasi mendiang anak keduanya. Dante yang biasanya akan menghibur setiap istrinya sedih mengenai Ivy.     

-0—00—0-     

"Aku berangkat dulu, Ma." Zivena pamit ke ibunya setelah menerima kotak bekal seperti biasa. Dia tak tega menolaknya.     

"Baik-baik di sekolah, yah Sayank!" Andrea mengelus sayang kepala sang putri yang sebentar lagi tak bisa menerima status anak bungsu.     

"Zizi sudah hendak berangkat sekolah!" Alyn muncul di atas balkon kamarnya yang bisa melihat ke teras depan.     

"Iya, Kak Alyn!" Lalu, Zivena membalas lambaian tangan Alyn yang penuh semangat padanya sebelum masuk ke mobil.     

Andrea menatap Alyn yang sudah menjadi gadis remaja. Padahal Kyuna sampai sekarang masih saja menganggap putrinya anak kecil nan mungil. Semua anak Kyuna dianggap masih kecil oleh ibunya. Yah, namanya juga seorang ibu, seolah tak rela jika anak-anaknya beranjak dewasa.     

"Alyn, kamu nanti juga harus siap-siap sekolah, loh yak!" Andrea mendongak menatap Alyn di balkon atas.     

"Iya, Auntie! Aku sudah mandi, sudah wangi! Siap belajar!" Alyn gadis ceria dan penuh akan semangat muda.     

Andrea mengacungkan ibu jarinya sebelum masuk ke dalam rumah.      

Pada jam 9 pagi waktu Tokyo, Wynde datang. Meski dia succubus yang sangat cantik dan bertubuh molek, namun dia paham bagaimana harus memilih penampilan. Dia tetap memakai pakaian sopan dan tertutup.     

Persis pakaian guru di Jepang, setelan blazer yang menampilkan aura profesional. Dia juga memakai stoking hitam dengan sepatu high heel hitam.     

Wynde mengajar dengan sangat luwes disertai simulasi-simulasi yang mudah dipahami para bocah di ruang belajar.     

Andrea dan Dante duduk santai di ruang tengah sambil menikmati minuman hangat mereka. Pria nephilim tak mau beranjak dari sisi istrinya semenjak tahu Andrea hamil dan itu tidak masalah bagi sang cambion.     

Pekerjaan Dante di Tropiza tentu saja bisa digantikan chef iblis di sana, tak akan ada masalah. Apalagi adanya lemari kopas.     

Dante melirik ke istrinya, menyadari bahwa mata Andrea sedikit bersinar meski samar. "Kau sedang mengaktifkan mata sihirmu?" tanyanya dengan suara lirih.     

Andrea mengangguk. "Yup! Lagi nyobain nih mata." Andrea sedang mengintip ruang belajar sejak tadi seakan dia ikut belajar di sana.     

"Bagaimana? Apakah ada tindakan si guru yang kurang sesuai?" tanya Dante.     

Kepala Andrea menggeleng dan dia menjawab, "Sejauh ini sih dia baik-baik aja, aman sentosa. Yah, semoga terus seperti ini atau aku cincang dia kalo berani macem-macem ama keluarga besarku di sini!"     

Dante mendengus geli tapi dia paham bahwa istrinya memang sangat menjunjung kekeluargaan.     

Di ruang belajar, Wynde benar-benar tidak tahu dirinya sedang dimata-matai oleh empunya mansion. Dia tetap bersikap profesional dan memberikan pelajaran untuk para bocah.      

"Nah, kemarin kita sudah mempelajari mengenai bumi, sekarang kita belajar dan mencari tahu apa saja mengenai bulan. Tentunya kalian sudah tahu apa itu bulan, bukan?" Suara Wynde sangat menyenangkan di telinga.     

Para bocah menyimak antusias pada apa saja yang dikatakan Wynde. Meski mereka tahu ini dan itu, namun hanya bagian luarnya saja, tidak secara mendalam. Di sini, Wynde banyak mengungkap sisi mendalam pada apa yang lazim mereka ketahui.     

Di antara para bocah, Kevon paling antusias menatap sang guru. Sebagai pemuda berusia 20an, wajar saja apabila dia sudah merasakan adanya gejolak di dirinya.     

Terlebih, Kevon jarang berinteraksi dengan orang-orang selain penghuni di alam Cosmo saja. Maka dari itu, wajar apabila dia terkejut dengan pesona kecantikan Wynde.     

Alyn melirik ke kakaknya yang terus saja menatap Wynde tanpa kedip.     

Duk!     

"Ufh!" Kevon merasa kakinya ditendang meski tidak keras. Dia menoleh ke samping, Alyn sedang menjulurkan lidah padanya dengan gaya jenaka, meledek dia.     

Sementara itu, Miloz sesekali akan mencuri pandang ke Blyn yang duduk di seberangnya. Hatinya bergemuruh meski dia tak tahu kapan memiliki keberanian menyampaikan gemuruh itu ke Blyn. Padahal dia punya banyak kesempatan di Cosmo, tapi selalu saja nyalinya tidak terkumpul dengan benar setiap hendak menghampiri Blyn untuk menyatakan cinta.     

Berbeda dengan Eunika, dia sungguh serius menyimak penjelasan Wynde. Ini menyebabkan Andrea terharu dan tersenyum lebar di ruang tengah.     

"Putriku itu sungguh sangat manis, sangat uwu! Uuuffhh …." Andrea memegangi kedua pipinya sambil tersenyum haru atas keseriusan Eunika dalam belajar.     

Sementara itu, di SMA tempat Zivena bersekolah, dia merasa jenuh, bosan karena tidak mendapatkan keasyikan seperti kemarin-kemarin ketika dia melakukan misi.     

Bukannya Zivena ingin anggota keluarganya celaka dan dia harus menjalani misi lagi, tapi dia merasakan gejolak adrenalin dan keseruan ketika melakukan misi demi misi.     

Berinteraksi dengan manusia, menolong mereka, melihat wajah bahagia mereka ketika sudah terbebas dari bahaya. Semua itu sungguh seperti dopamine bagi Zivena.     

Sedangkan kini, dia harus berada di tempat semacam sekolah dan tak bisa berkutik selain harus duduk diam dan mendengarkan pengajaran dari guru.     

Sebenarnya Zivena sudah meminta ke ibunya agar dia tak perlu menjalani kegiatan sekolah, tapi Andrea menolak ide itu.     

"Kamu tetap harus melanjutkan sekolahmu, Zizi. Sekolah itu penting. Mama saja nyesel karena putus sekolah." Demikian Andrea membujuk Zivena.     

Sekarang, dia bosan bukan main.     

Namun, baru saja dia beranggapan sekolah sangat membosankan, tiba-tiba saja dia malah bertemu dengan masalah ketika pagi itu kelasnya didatangi kepala sekolah.     

"Murid-murid, hari ini kalian memiliki teman baru." Demikian ucapan kepala sekolah.     

Kemudian, seorang siswa lelaki muncul dari balik pintu dan masuk ke kelas.     

Mata Zivena mendelik sampai hampir copot dari rongganya.     

Kenapa dia?! Zivena menjerit di benaknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.