Devil's Fruit (21+)

Ingin Healing Malah Killing



Ingin Healing Malah Killing

0Fruit 1573: Ingin Healing Malah Killing     

Andrea tak mungkin terus-menerus mengosongkan kamar Ivy dan menjadikannya sebuah museum. Maka dari itu, dia bertekad untuk pulih dari luka hatinya dan menerima kenyataan mengenai Ivy.     

Salah satunya dengan cara merelakan kamar itu ditempati pihak lain dan Andrea merasa Nafael adalah sosok yang tepat. Selain itu, nyonya cambion yakin malaikat di depannya merupakan sosok baik dan menyayangi keluarganya, terlepas diperintah oleh Sang Sumber atau tidak.     

Maka, dengan menggunakan sihirnya, Andrea membersihkan kamar Ivy. Kenangan akan Ivy tidak perlu berupa benda seperti kamar, karena memento bisa pula ada di hati.     

Dante memeluk istrinya dari samping, berusaha menguatkan sang istri yang pasti tetap akan sedih meski terlihat tegar.     

"Terima kasih atas kamarnya, Nyonya." Nafael berucap ke Andrea dan melirik singkat ke Zivena yang berdiri di dekat pintu sebelum dia masuk ke kamar lalu menutupnya.     

Andrea dan Dante kembali ke ruang tengah untuk duduk bersantai.     

"Kamu tidak apa-apa, Sayank?" Dante bertanya sambil mengusap-usap lengan Andrea.     

Andrea mengangguk sembari memaksakan senyumnya. "Udah waktunya bagi aku untuk move on, Dan. Kamu setuju, kan?"     

Dante mengangguk. "Apapun yang baik untukmu, tentu aku setuju." Dia lega akhirnya sang istri memiliki pemikiran semacam itu.     

Namun, berbeda dengan sikap Zivena yang masih belum bisa menerima situasi saat ini.     

"Mom, kenapa harus diizinkan tinggal di sini?" Zivena mengikuti ibu dan ayahnya ke ruang tengah.     

"Memangnya kenapa harus menolak dia, Zizi Sayank?" Andrea bertanya balik. "Lagian, itu malaikat kan baik ama kamu dan Jo. Udah sepantasnya Mommy balas budi dengan cara menerima dia di sini, kan?"     

Zivena menyerah, menghela napas panjang, lalu berkata, "Sepertinya tidak ada yang memihakku." Kemudian, dia pergi keluar rumah.     

"Zi!" panggil Andrea.     

"Biarkan saja, Sayank." Dante mencegah istrinya mengejar putri mereka. "Biarkan dia mencari ketenangan mengenai hal ini. Mungkin dia belum nyaman karena satu rumah dengan teman sekelasnya."      

Andrea menatap suaminya sebelum akhirnya mengangguk setuju akan pemikiran Dante.     

Di luar masih terasa hangat akan matahari sore, apalagi ini hampir memasuki musim panas. Zivena menggunakan tubuh transparan untuk terbang menuju pusat kota.     

Setelah berganti wujud di ruang tertutup, dia berjalan santai di trotoar, berbaur dengan orang-orang sekitar.     

"Arrghh!" Tiba-tiba, terdengar jeritan di dekat Zivena berada, kemudian disusul jeritan lain dari orang-orang.     

Zivena bergegas ke sumber suara dan dia melihat ada seorang lelaki menusukkan pisau ke tubuh wanita secara bertubi-tubi.     

"Mati saja kau! Mati! Dasar jalang! Mati!" seru lelaki itu.     

Sementara, tak ada satu pun orang di sana yang berani mendekat untuk menghentikan perbuatan lelaki tersebut. Mereka gentar dengan pisau besar di tangannya.     

Zivena tak mungkin tinggal diam dan dia maju menerjang lelaki tadi. Dia dorong lelaki yang masih menikam-nikam tubuh wanita yang sudah roboh di trotoar.     

"Hakhh!" seru Zivena memberikan dorongan ke lelaki itu.     

Ketika lelaki tadi terpental mundur, mendadak saja keluar sosok hitam dari tubuhnya. Sosok hitam itu berangsur-angsur berubah menjadi iblis. Dia tertawa-tawa girang.     

Zivena melihat itu dan geram. Dia berteriak ke orang-orang, "Ringkus dia!"      

Orang di sekitar lekas merespon usai diteriaki Zivena. Mereka bersama-sama menangkap lelaki itu karena sudah tidak memegang pisau lagi.     

Sementara, Zivena fokus menolong wanita tadi. Darah sudah ada di sekujur tubuh wanita itu. Bahkan sudah muntah darah pula.     

Zivena menggunakan tenaga Healing dia untuk memulihkan semua luka. Harus cepat karena ada belasan tusukan di tubuh si wanita. Dia berjongkok dan menempelkan tapak tangannya ke luka-luka tikam tersebut sambil si wanita tetap berbaring diam di lantai.     

Orang-orang menonton aksi Zivena dengan wajah bingung. Itu karena mereka seperti melihat sinar samar keluar dari bawah telapak tangan gadis remaja itu. Sangat samar.     

Membutuhkan waktu sekitar 7 menit untuk Zivena agar bisa sepenuhnya menutup semua luka tikam dan menyelamatkan nyawa si wanita.     

"Huft …." Zivena mengusap keningnya usai melaksanakan semua tugas penyelamatan.     

Orang-orang masih termangu di tempat menyaksikan wanita yang mulai sadar dan terduduk.     

"Hei, lekas panggil ambulans untuknya!" Zivena menatap orang-orang yang mengerubunginya. "Dia masih butuh darah untuk menggantikan yang sudah keluar banyak sebelumnya!"     

Menyadari tatapan heran orang-orang di sekitarnya, Zivena merasa dia harus secepatnya kabur dari sana. Maka, dia berlari begitu saja masuk ke sebuah gang.     

Orang-orang hanya diam melongo di tempat melihat Zivena lari dan menghilang, lalu polisi datang dan menit berikutnya mobil ambulans tiba untuk membawa wanita tadi ke rumah sakit.     

Zivena segera berubah transparan setelah masuk ke bilik photobooth terdekat.     

Dia teringat dengan iblis yang tadi keluar dari tubuh pelaku penusukan. Dia mencari jejak iblis itu dan bertemu dengan sosok yang dicari.     

Iblis itu sedang membisiki sesuatu pada orang lain.     

"Alangkah santainya hidup terkutukmu itu, hm?" Zivena melipat kedua tangan di depan dada sambil melayang di depan si iblis.     

Iblis itu wujudnya tidak terlalu besar, kira-kira 2,5 meter tingginya dan wajahnya mirip jerangkong dengan tangan yang hanya tulang berwarna kelabu gelap. Jemarinya terkesan panjang dan runcing karena tidak berdaging.     

Si iblis menoleh ke Zivena dan terkekeh. "Kau lagi."     

"Ya, ini aku, yang akan menampar kepala jelekmu itu!" Zivena langsung maju ke depan untuk menyerang si iblis.     

"Bocah sombong!" Iblis itu menjulurkan tangan ke depan sambil mengeluarkan energinya untuk memblokir serangan Zivena.     

Namun, secara mengejutkan, energi Zivena ternyata lebih besar dan dia berhasil mendorong si iblis sehingga iblis bertubuh jerangkong itu terpental belasan meter jauhnya.     

"Kau! Perbuatanmu sungguh menjijikkan! Kau menempeli manusia untuk membujuk mereka melakukan kejahatan!" Zivena paling benci jenis iblis yang semacam itu.     

Maka, menggunakan energi cahaya  yang mirip seperti Cahaya Surgawi milik Jovano, hanya milik Zivena sedikit lebih lemah, Zivena menembakkan cahaya itu ke iblis tadi.     

Segera saja, si iblis meraung dan akhirnya musnah.     

"Sebenarnya bukan tindakan bijaksana kalau kau sembarangan memusnahkan iblis." Terdengar suara yang sangat familiar di telinga Zivena.     

Menoleh sambil cemberut, Zivena kemudian mendecih. "Csk! Pengganggu!" Kemudian dia terbang menjauh dari orang itu.     

"Aku menasehati ini untuk kebaikanmu. Karena Tuanku Agung yang berhak memberikan kuasa izin atas penghakiman dan pemusnahan semua makhluknya." Nafael mengejar Zivena. Keduanya menggunakan tubuh astral mereka.     

"Huh! Kenapa harus menunggu izin dariNya? Apakah iblis semacam tadi harus dibiarkan berkeliaran di antara manusia?" Zivena makin kesal.     

"Beruntung bahwa Tuanku Agung tidak murka atas pemusnahan iblis tadi." Nafael masih menjajari terbang di samping Zivena.     

Zivena berhenti terbang dan menatap tajam ke Nafael. "Apakah iblis juga perlu dilindungi tuanmu itu? Bukankah seharusnya dia memusnahkan semua iblis jahat agar tidak mencelakakan manusia?"     

Gadis itu begitu berapi-api sambil menatap tajam Nafael.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.