Devil's Fruit (21+)

Kamu Seperti Bukan Jovano



Kamu Seperti Bukan Jovano

0Fruit 1576: Kamu Seperti Bukan Jovano     

Kalau kau menyayanginya, maka bunuh dia!     

Kalimat dari sang kakek terus menggaung di pikiran Jovano. Dia merasa galau dan kacau saat ini. Sedari tadi, dia hanya berguling kanan dan kiri di atas ranjang besar dan mewah di salah satu istana King Zardakh.     

Apa yang harus dia lakukan? Benarkah dia harus membunuh Serafima? Apakah dia harus setega itu?     

Tapi, bukankah jika dia tidak bisa bersikap tegas, maka akan terjadi insiden Ivy kedua, bukan?     

Sanggupkah Jovano memunculkan tragedi Ivy kedua?      

Dulu, Ivy menjadi seperti itu karena ketidaktegasan dia dan kedua orang tuanya dalam menyikapi Ivy yang keras kepala dalam kesesatan pikirannya. Ini menjadi luka keluarga selamanya yang tak mudah pulih.     

Jovano memang sangat menyayangi Serafima, namun dia juga harus realistis bahwa tampaknya sang istri pertama sudah tidak bisa lagi ditolong.      

Terlebih, Serafima berada di cengkeraman kuasa Melith yang mendapatkan banyak dukungan dari iblis level atas hanya karena wanita jahat itu keturunan dari Lilith, sang ratu Underworld dengan kasta paling tinggi.     

Hanya saja, kenapa harus Serafima? Kenapa? Kenapa harus istrinya!     

"Jo, keluarlah dan makan. Semua sudah siap untukmu." King Zardakh membuka pintu besar dan setinggi 10 meter dari kayu tebal.     

Sebenarnya, Jovano enggan melakukan apapun saat ini. Tapi karena dia sedang masa pemulihan dari luka beratnya, dia hanya bisa patuh dan mengangguk sembari turun dari tempat tidur, berjalan mengikuti kakeknya.     

Untung saja Druana yang merupakan iblis medis langganan banyak bangsawan iblis sudah mengobati Jovano sehingga dia tidak lagi dalam kondisi gawat.     

"Opa, ini di mana tepatnya?" Jovano bertanya. "Yah, aku tau ini di kerajaan Orbth milik Opa, hanya saja, istana apa?" Ini bukan kali pertama bagi Jovano mengunjungi kerajaan milik sang kakek di Underworld. Hanya saja, karena King Zardakh punya banyak istana, dia tak tahu yang mana yang sedang dia tinggali saat ini.     

"Ini kamar yang kadang Opa gunakan kalau sedang mengunjungi Oma kamu dulunya. Ini kamu sedang di istana Berlian. Dulu, mommy dan daddy kamu juga menginapnya di sini, kamu sudah lupa?" King Zardakh menyahut. Namun, dari nada suaranya, terdengar ada nuansa pilu saat menyatakan riwayat mengenai kamar spesial di istana tersebut.     

"Oh! Ternyata ini masih istana Berlian, yah Opa? Tentu aku ingat istana Berlian, hanya saja bagian ini seperti asing bagiku." Jovano tidak asing dengan istana Berlian karena memang itu tempat yang akan dia huni jika bertandang ke kerajaan Orbth milik kakeknya.     

"Yah, karena bagian yang ini terpisah dari yang biasa digunakan kamu dan orang tuamu biasanya." Nah, lihat! Tebakan Jovano benar! Ternyata kamar itu memang bukan merupakan kamar sederhana begitu saja di istana Berlian. Kamar tersebut memiliki memori mendalam dan sejarah besar bagi King Zardakh.     

"Pantas saja." Jovano sambil berjalan dan merenung. Dari kata-kata yang dilantunkan King Zardakh, Jovano langsung paham bahwa kamar yang dia tempati tadi sebenarnya merupakan kamar khusus yang diistimewakan oleh sang kakek.      

Kamar penuh memori, mungkin demikian sebutan tepatnya.     

Tapi, sang kakek justru menaruh dia di kamar tersebut, menandakan opanya memang menganggap dia sangat istimewa. Di hatinya, Jovano terharu akan perlakuan sang kakek padanya. Sejak kecil, dia selalu menjadi kesayangan opa.     

"Nah, ayo!" King Zardakh sepertinya enggan berbincang lama-lama mengenai kisah masa lalunya dengan omanya Jovano alias Nivria, manusia indigo yang dinikahi King Zardakh dan melahirkan Andrea.     

Ketika tiba di tempat yang dinyatakan sebagai ruang makan, Jovano melihat tempat luas dengan nuansa megah. Sekelilingnya hanyalah ada dinding marmer yang dia yakini mahal dan berkualitas tinggi. Beberapa lukisan indah tercoret di dinding dan langit-langit, mirip seperti di istana Versailles.      

Kemudian, mata Jovano menemukan meja besar berbentuk oval, mungkin panjangnya sekitar 20 meter dengan deretan kursi berukir nan mewah. Sungguh mirip seperti ruangan di istana kerajaan Eropa dulunya. Hanya saja, jauh lebih luas dan fantastis.     

Beraneka hidangan terhampar hampir memenuhi meja berukuran fantastis tersebut.     

"Opa, aku tak yakin bisa menghabiskan semua makanan di meja." Jovano terkekeh sambil membayangkan kapasitas perutnya. Bisa meledak kalau dijejali semua yang ada di meja.     

King Zardakh tertawa lepas hingga suaranya menggema keras di ruangan tersebut. "Ha ha ha! Tidak harus semuanya kau makan, Jo. Pilih saja mana yang sekiranya bisa memenuhi seleramu."     

Jovano mengangguk dan mulai menikmati hidangan demi hidangan sesuai kapasitas dan seleranya saja.     

Sang kakek sungguh memanjakan dia di manapun.     

-0—00—0-     

"Mom, aku baik-baik saja. Tenanglah!" Jovano berkirim kabar dengan sang ibu menggunakan kristal khusus yang diberi King Zardakh.     

"Lalu, kapan kamu pulang? Kamu udah kelar urusannya di hutan itu, ya kan? Itu kamu di mana? Kok kayak bukan hutan?" Andrea merentetkan banyak pertanyaan sekaligus. Tipikal emak-emak yang dihubungi anaknya setelah sekian lama.     

Jovano terkekeh dan menjawab, "Ini di kamar spesial punya oma di istana Berlian."      

Seketika, Andrea terdiam. Hatinya seperti ditohok. Omanya Jovano, itu artinya ibunya dia. Nivria.      

Mendadak saja, Andrea teringat akan perbuatan tolol dia terhadap Nivria. Mata sang cambion basah tanpa bisa ditahan.     

Ini tentu membuat Jovano panik. "Eh? Mom? Hei, Mom! Kenapa malah nangis? Ada apa? Mom?"     

Andrea menggelengkan kepala sambil mengusap air matanya.      

Namun, tak sampai menit berganti, Jovano langsung paham alasan ibunya menangis. Ingat, perasaan dan pikiran mereka terkadang saling terhubung jika salah satu tidak lekas memblokirnya.     

Andrea lengah dan lupa memblokir pikirannya sehingga akhirnya Jovano mengetahui mengenai tragedi Nivria.     

Dulu saat Jovano masih ada di dalam perut, dia sudah mengetahui mengenai kisah pedih Nivria, tapi dia sempat melupakannya seiring berjalannya waktu. Dan barusan, dia memperoleh kembali ingatan itu.     

"Mom, it's ok. Mom, oma pasti memahami tindakan Mom. Oma orang baik, pasti Oma tidak menyalahkan Mom." Jovano menghibur ibunya.     

Andrea makin menangis dan kemudian ketika Dante mendekat, dia memeluk suaminya.     

-0—00—0-     

"Kau yakin pulang sekarang, Jo?" tanya King Zardakh.     

Jovano mengangguk. "Ini sudah cukup lama aku pergi, Opa. Mungkin memang aku belum sekuat Opa dalam bertarung, tapi aku akan terus mengasah kekuatanku."     

King Zardakh mengangguk setuju. "Jangan pernah menyerah, ya Jo. Dan Jo … ingatlah pesan Opa. Lepaskan kalau memang sudah seharusnya dilepaskan agar tidak menjadi penyakit berbahaya nantinya."     

Jovano terdiam, paham akan makna kalimat kakeknya. Ini tentu saja mengenai Serafima. "Ya, Opa."     

Lalu, setelah itu, diantar King Zardakh, Jovano kembali ke Bumi, tepatnya ke Tokyo di mana mansion orang tuanya berada. Setidaknya jika diantar sang kakek, dia tak perlu repot-repot pergi ke portal dimensi.     

"Jo!" Andrea memeluk putranya yang sudah datang. Namun, sesudah itu, dia melepaskan pelukan sambil mundur ke belakang. "Kamu … kamu seperti bukan Jo."     

      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.