Devil's Fruit (21+)

Keputusan Dadakan Andrea



Keputusan Dadakan Andrea

0Fruit 1578: Keputusan Dadakan Andrea     

Jovano masih belum tenang karena Nafael sepertinya mengetahui tindakan dia di Underworld, entah bagaimana caranya, dia tak paham.     

Bukannya Jovano ingin memiliki rahasia dari keluarga dan kerabatnya, hanya saja dia tidak ingin membuat mereka semua cemas. Dia ingin semuanya dalam kendali dia dan berhasil menuntaskan misi besarnya.     

"Jo?" Shona muncul di ambang pintu kamar, melihat suaminya termenung sendirian saja. "Tidak ikut yang lainnya pergi makan-makan di Tropiza?"     

Menggelengkan kepalanya, Jovano mengumbar senyumnya dan menyahut, "Tidak, aku ingin di sini dulu."     

"Boleh aku temani?" pinta Shona.     

"Tentu. Kemarilah!" Jovano mengundang sang istri ke pelukannya. Setelah Shona masuk ke pelukan, dia bertanya, "Apakah semua penghuni baru dibawa mom ke Tropiza?"     

"Ya, sebagai hadiah karena mereka sudah menjadi murid yang rajin dalam pelajarannya." Shona menyahut.     

"Ya sudah, biarkan saja mereka yang bersenang-senang." Jovano memeluk lebih erat istrinya, berharap tidak akan kehilangan yang satu ini.     

"Sho, mungkin dalam waktu dekat ini, aku akan kembali ke Hutan Kegelapan." Sebenarnya berat mengatakan ini, tapi dia harus kuat. Dia masih butuh kekuatan lagi.     

Shona segera menegakkan tubuhnya, mengendurkan pelukan Jovano pada tubuhnya untuk menatap mata sang suami. "Kembali ke sana? Kenapa?"     

"Aku masih ingin lebih kuat dari ini, Sho. Aku harap kamu bisa mengerti." Jovano menatap mata indah kebiruan Shona sebelum tangannya mengelus rambut halus istrinya dan mengusap lembut pipinya.     

Shona sebenarnya keberatan, tapi sebagai istri, dia harus bisa memahami keinginan suaminya. Di pikirannya, Jovano mendambakan kekuatan untuk tujuan baik, semisal ingin lebih mampu melindungi keluarga dan orang tersayangnya, dan juga agar tidak mudah dipecundangi pihak lain.     

"Baiklah, aku mengerti." Shona mengangguk meski hatinya berat.     

"Terima kasih, Sayank." Jovano kemudian membubuhkan ciuman mendalam pada bibir sang istri hingga akhirnya mereka mulai melanjutkan dengan kegiatan membara sepenuhnya.     

-0—00—0-     

"Kak Jo! Maukah kamu ikut jalan-jalan bersama kami?" tanya Zivena pada kakaknya di suatu malam.     

"Oh? Ke mana?" Jovano terlihat tertarik dengan ajakan sang adik.     

"Hanya jalan-jalan mencari mangsa." Zivena berkata santai.     

"Mangsa?" Jovano memandang sang adik, cukup bingung dengan makna ucapan Zivena.     

Voindra yang ada di sebelah Zivena, terkikik dan menjelaskan, "Maksudnya Zizi mengenai mangsa itu … klien, Jo! Manusia yang bisa ditolong!"      

"Astaga, ternyata itu maksudnya. Ha ha ha!" Jovano tertawa ringan. "Apakah kau masih terbawa suasana misi kita dulu, Zi?" tanyanya sambil mengerling jenaka ke adiknya.     

"Hm … hanya pekerjaan iseng saja bagiku, sekalian menempa kekuatanku!" Zivena menjawab santai.     

"Sepertinya akan mengasyikkan!" Jovano setuju ikut, Shona juga mengangguk bersedia ikut.     

"Apakah kami terlambat?" tanya Vargana begitu dia muncul di dekat Jovano. Tak berapa lama, suaminya juga ikut.     

"Halo, Va, dan Pangeran Abvru." Jovano melambai kepada sepupu dan suaminya.     

"Halo, Jo!" Vargana membalas sapaan sepupunya dengan riang. Sedangkan suaminya hanya menggumam singkat saja, terlihat tak bersemangat melihat Jovano.      

"Ayo!" Voindra bersemangat. Dia melirik Gavin di sebelahnya. Kini mereka menjalani hubungan FWB.     

"Zevo dan Kuro serta Shiro tidak diajak?" tanya Jovano.     

"Tentu aku harus ikut." Shiro muncul.     

"Mana kembaranmu?" Vargana bertanya ke Shiro.     

Shiro mengedikkan bahunya sambil menjawab, "Entah. Sepertinya disandera suaminya malam ini."     

"Ha ha ha! Baguslah! Biar nanti cepat lahir ular-ular mungil menggemaskan!" Voindra tertawa sambil membayangkan anak-anak Kuro nantinya.     

Maka, rombongan itu mulai berangkat. Mereka memutuskan akan mendatangi kelab malam di salah satu sudut Tokyo yang hingar-bingar.     

Begitu tiba di destinasi, mereka menyebar ke semua sudut kelab malam, mencari siapa gerangan yang butuh ditolong.     

Jovano dan yang lainnya hanya bisa menghela napas karena menemukan banyaknya iblis incubus dan succubus di tempat itu. Mereka membisiki manusia agar mesum.     

Ketika para iblis Lust itu melihat rombongan Jovano, mereka mengabaikan saja, mengira Jovano dan yang lainnya satu spesies seperti mereka.     

Namun, banyak dari para iblis itu yang tercengang karena ternyata Jovano dan kelompoknya bisa mengubah wujud menjadi manusia solid. Mereka hanya bisa berpikir bahwa rombongan Jovano merupakan iblis berkekuatan besar. Maka dari itu, mereka tidak ingin mencari masalah.     

Hingga akhirnya para iblis Lust itu mengetahui bahwa rombongan Jovano justru datang bukan untuk menjerumuskan manusia agar mesum, namun sebaliknya.     

"Kalian, kenapa malah membantu manusia?" Sepertinya iblis-iblis Lust di kelab malam itu berasal dari kerajaan lain sehingga tidak mengenali Jovano dan kelompoknya.     

"Memangnya siapa kalian sampai harus mendikte tindakan kami?" Zivena seperti sedang berbicara dengan tembok, padahal di sana ada beberapa iblis Lust yang sedang memarahi dia. "Suka-suka kami ingin berbuat apa! Lebih baik kalian enyah!"     

"Kalian iblis pengkhianat!" Para succubi itu hendak menyerang Zivena yang berlidah tajam, sayang sekali Zivena sudah mengayunkan lengannya dan beberapa succubi segera menjadi abu setelah terkena energi mematikan Zivena.     

"Tsk! Iblis golongan rendah ingin macam-macam denganku!" rutuk Zivena.      

Sedangkan di sudut lainnya, Jovano malah terlibat adu debat dengan Pangeran Abvru.     

"Kenapa kau masih saja membahas hal tak penting?" Jovano meradang dikarenakan ucapan Pangeran Abvru yang dianggap menyindir dia.     

"Tentu saja penting! Dasar kau ini perebut istri orang!" Pangeran Abvru melotot ganas ke Jovano.     

"Mana bisa aku merebut?" Jovano tak terima. "Ayo keluar kalau memang kau jago dan merasa aku ini salah!"     

"Hei! Hei! Kalian!" Vargana hendak melerai kedua pemuda, tapi terlambat. Jovano dan Pangeran Abvru sudah melesat menjadi transparan dan keluar dari kelab malam.     

Keduanya bertarung di angkasa. Namun, tentu saja kekuatan Pangeran Abvru jauh lebih lemah ketika menghadapi Jovano yang sekarang. Dia dengan mudah dibuat terluka parah hanya dengan sedikit gerakan dari Jovano.     

"Jo! Hentikan!" Vargana terpaksa memeluk suaminya sebelum Jovano membunuhnya.     

Mata Jovano memerah membara. Shona lekas memeluk suaminya agar Jovano tenang.     

"Jo, jangan! Kendalikan dirimu, Jo! Ini seperti bukan kau saja!" Shona memeluk erat suaminya. Dia heran, Jovano yang biasanya mampu menahan emosi dan penyabar, kenapa sekarang mudah tersinggung?     

Akhirnya, malam itu, acara mencari 'mangsa' berakhir dengan tidak menyenangkan usai pertarungan Jovano dengan Pangeran Abvru.     

Apalagi, hal ini diketahui Andrea dan Dante ketika mereka pulang ke mansion sambil membawa suami Vargana yang terluka.     

"Apa-apaan kamu ini, Jo?" Andrea lekas mengeluarkan pil alkimia dia dan memasukkan ke mulut Pangeran Abvru. "Kenapa sepertinya akhir-akhir ini kamu gampang tersulut, sih?"     

Sementara itu, Nafael yang berdiri tak jauh dari sana, hanya diam menatap Jovano dengan pandangan misterius.     

-0—00—0-     

"Hah? Balik lagi ke hutan itu?" Suara Andrea melengking mendengar putranya memiliki rencana kembali ke Hutan Kegelapan.     

"Ya, Mom. Please Mom gak usah cemas. Di sana aku dijaga opa, kok!" Jovano ingin meminimalkan kekhawatiran ibunya.     

"Aku rasa kekuatanmu sudah berkali lipat bertambah dan mengagumkan, Jo. Apakah masih kurang?" tanya Dante.     

"Masih kurang, Dad! Ini sungguh masih kurang." Jovano menjawab ayahnya.     

"Kalau begitu, kita semua pergi ke Underworld!" Andrea memutuskan begitu saja apa yang terlintas di pikirannya.     

"Eh?" Jovano tercengang, demikian juga yang lainnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.