Devil's Fruit (21+)

Membagi Tubuh, Membagi Tugas



Membagi Tubuh, Membagi Tugas

0Fruit 1580: Membagi Tubuh, Membagi Tugas    

Sesuai dengan pengaturan King Zardakh, Jovano membagi tubuhnya. Satu tubuh fisik solid dan satunya lagi tubuh transparan dia yang berkeliaran di luar rumah.    

Andrea dan yang lainnya tidak menyadari itu dan mengira Jovano masih tetap di mansion seperti biasa.    

Sementara itu, tubuh transparan Jovano terus menelan dan melahap para iblis yang 'dikirim' kakeknya ke bumi manusia.      

"Hei, apakah kau cucu Zardakh?" tanya segerombolan iblis rendahan yang menghampiri Jovano di pinggir kota.    

"Ya, benar! Kalian hanya iblis receh kenapa sok menyapaku? Ayo, sapalah dengan kalimat lebih hormat padaku!" Jovano menaikkan dagunya untuk memprovokasi.    

"Bocah bau tengik!" Salah satu dari iblis itu berteriak geram sambil melesat ke Jovano.    

"Kalian sungguh tak tahu diri mengataiku tengik? Lalu kalian apa? Leluhur dari tengik?" Jovano menyambut serangan mereka satu demi satu.    

Pertarungan berlangsung cepat dan Jovano dengan mudah menelan mereka semua secara bergantian. "Hmph! Terlalu mudah!"    

Kemudian, Jovano mulai berjalan-jalan lagi untuk menarik perhatian iblis lainnya. Meski dia bertemu iblis di suatu tempat dan iblis tersebut tidak berminat menyapa Jovano, tapi dia justru yang akan memprovokasi terlebih dahulu sehingga terjadi pertarungan.    

Seperti itu terus yang dilakukan tubuh transparan Jovano setiap harinya dalam seminggu ini. Sedangkan tubuh solid dia tetap di mansion dan bertingkah biasa.    

Hingga pada suatu malam, saat tubuh transparan Jovano berkeliaran ke tengah kota, mencari mangsa untuk dilahap, dia bertemu dengan iblis dari kerajaan kakeknya.    

"Salam untukmu, Pangeran Muda Yang Mulia!" Iblis itu tentu saja mengetahui identitas Jovano. Dia menyapa sangat hormat pada cucu rajanya.    

"Oh, rupanya kau mengenali aku. Bagus!" Jovano mendongakkan dagunya, merasa bangga.    

"Tapi, kenapa Paduka Pangeran Muda malah berada di sini?" Si iblis melontarkan pertanyaan karena merasa heran. Biasanya, Jovano akan bepergian secara berkelompok dengan timnya, tapi ini sungguh sesuatu yang sangat jarang mendapati sang cucu raja berkeliaran sendirian saja di luar.    

"Bukan urusanmu!" Jovano sedikit kesal atas pertanyaan iblis itu.    

Karena dihardik, iblis itu pun ketakutan. "Maafkan hamba, Paduka Pangeran Muda! Maafkan hamba!" Dia tak berani menatap mata Jovano dan tubuhnya gemetar. Dia di kerajaan Orbth hanyalah rakyat jelata, sama sekali tidak memiliki status apapun. "Hamba … pamit dulu, Pangeran Muda!" Dia membungkuk berulang kali pada Jovano sebelum pergi.    

"Humph! Iblis kecil saja ingin tahu urusanku!" Jovano mendengus sebelum melanjutkan perjalanannya.    

Kemudian, di sebuah sudut kota, dia bertemu dengan iblis lain yang sama-sama dari kerajaan Orbth milik kakeknya.      

"Wah! Sungguh sebuah kehormatan bisa bertemu dengan Yang Mulia Pangeran Muda!" Iblis itu menampilkan wajah gembiranya dan mendekat ke Jovano. Dia membungkuk hormat sebagai tanda pemujaannya pada sang junjungan.    

Jovano puas melihatnya. "Hm, bagus. Ya, aku memang sedang iseng jalan-jalan di sini. Kau, sedang apa kau di sini?" Dia menatap penuh selidik, tidak berharap iblis di depannya adalah mata-mata dari keluarganya. Bagaimanapun, dia harus selalu waspada pada siapapun di sekitarnya.    

Iblis itu masih terus menampilkan senyum penuh semangatnya disertai sikap hormat ke Jovano sambil berkata, "Hamba sedang melakukan kunjungan biasa saja ketika mendapatkan jatah cuti."    

Dia memang biasanya akan pergi ke bumi untuk berjalan-jalan santai menikmati waktu cutinya sambil sesekali akan mengunjungi rekan-rekan sesama prajurit yang ada di bumi.    

"Maksudmu … kau prajurit?" Kening Jovano berkerut saat dia menebaknya. Itu karena iblis di depannya tidak menggunakan pakaian yang menampilkan atribut militer apapun.    

"Benar, Yang Mulia Pangeran Muda! Hamba prajurit di bawah panglima Varvarax." Dia membungkuk hormat. "Nama saya Oredat." Kemudian dia mengatakan pangkat kemiliterannya di kerajaan Orbth.    

Namun, Jovano tidak terkesan akan itu, karena baginya pangkat Oredat biasa-biasa saja. Meski dia akui, kekuatan Oredat cukup baik sebagai prajurit.      

"Oh, begitu rupanya." Jovano hanya menatap datar saja pada Oredat.    

"Ya, Yang Mulia Pangeran Muda! Ah, mungkin besok kalau ada kesempatan, hamba bersama teman hamba akan berkunjung ke tempat panglima Kenz. Kebetulan teman hamba adalah bawahan panglima Kenz." Oredat menyampaikan rencananya ke Jovano.    

Dia memang sudah memiliki janji temu dengan rekannya. Sebagai sesama prajurit Orbth, tentu saja mereka berkawan meski berbeda atasan.    

Jovano terdiam. Jadi, besok iblis di depannya ini akan pergi ke rekan sesama prajurit yang merupakan anak buah Kenzo, dan pergi ke Kenzo? Bukankah itu akan membongkar aksi diam-diamnya ini?    

Karena tak ingin tindakannya ini diketahui keluarga dan kerabatnya, maka Jovano terpaksa melumpuhkan iblis itu menggunakan cambuk petir apinya.    

"Kenapa … kenapa Pangeran Muda malah … melakukan ini padaku?" Iblis itu meratap sedih saat tubuhnya dilumpuhkan cambuk petir api Jovano.    

"Karena aku memang ingin begitu. Apa hakmu menanyakan itu padaku, hm?" Nada suara Jovano meninggi sembari menatap arogan ke Oredat.    

"Maafkan kelancangan hamba, Pangeran Muda. Tapi … Anda adalah idola kami, para prajurit. Anda adalah idola saya." Seperti ada rasa tak rela melihat tindakan Jovano pada dirinya seperti ini. Oredat kecewa.    

Alis Jovano terangkat tinggi-tinggi dan menyahut, "Oh! Aku idolamu? Kalau begitu, kau harus berbangga hati karena kau akan berguna bagi idolamu." Matanya berkilat saat mengatakannya, bahkan seringaian muncul tak lama kemudian.    

Setelah itu, Jovano menelan iblis tersebut tanpa ragu, mengabaikan erangan tak terima dari Oredat.    

"Aman!" Jovano terkekeh setelah dia menelan Oredat. "Hm, semoga saja panglima Varvarax tidak terlalu menganggur untuk menghitung jumlah anak buahnya." Kemudian, Jovano melanjutkan perjalanannya.    

Namun, Jovano berhenti di tengah langkahnya sambil bertanya dalam hatinya, "Apakah opa akan marah kalau aku memakan orang dari kerajaannya?" Dia memiringkan kepala sambil berpikir, lalu melangkah lagi. "Sepertinya tidak. Opa sangat sayang padaku, mana mungkin dia marah!"    

Kemudian, Jovano bertemu beberapa iblis yang cukup kuat. Dia segera saja menantang mereka dan memulai pertarungan terlebih dahulu setelah para iblis itu terprovokasi oleh ucapan tajam Jovano.    

Seperti yang sudah-sudah, Jovano tidak mengalami kesulitan menelan semua iblis tadi. Dia bahkan sempat bersendawa keras lalu terkekeh puas. "Rasanya belum kenyang, tapi kenapa aku bersendawa? Khe khe khe!"    

"Itu karena ketamakanmu makannya kau tidak bisa merasa kenyang." Mendadak, ada suara familiar menyapa pendengaran Jovano.    

Seketika, Jovano menoleh ke belakang dan melihat Nafael sudah ada di sana. "Kak! Kenapa kau ada di sini?"    

"Kalau kau saja bisa ada di sini, kenapa aku tidak bisa?" Nafael membalas dengan pertanyaan retoris. Wajahnya datar menatap Jovano.    

Dipergoki oleh malaikat. Betapa apesnya Jovano kali ini. Padahal seminggu ini dia selalu saja aman menjalankan aksinya.    

"Kak, kumohon, jangan ikut campur urusanku, oke?" Jovano memutar bola matanya.    

"Berhentilah sebelum kau sendiri yang akan tertelan nantinya, Jovano." Nafael menasehati.    

"Kak, tak perlu menasehatiku. Ini bukan urusanmu dan tak ada sangkut pautnya dengan Surga. Jadi, tolong menyingkir dan anggap kau tak pernah melihatku di sini." Jovano tetap memiliki kerisauan Nafael akan membeberkan aksinya di depan keluarganya.    

"Bagaimana bisa ini tak ada sangkut-pautnya dengan Surga? Bagaimanapun, iblis juga merupakan ciptaan Tuanku Agung. Kau sudah melebihi batas, maka tentu akan ada harga yang harus kau bayar, Jovano. Maka dari itu, lekas berhenti sebelum semuanya terlambat dan kau menyesal!" Nafael tetap ingin memperingatkan Jovano.    

"Tutup mulutmu!" Jovano gerah mendengar ucapan Nafael dan mulai mengeluarkan Cahaya Surgawi di tangan kanannya ke sang malaikat.    


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.