Devil's Fruit (21+)

Kunjungan Lagi ke Mansion oleh Para Musuh



Kunjungan Lagi ke Mansion oleh Para Musuh

0Fruit 1583: Kunjungan Lagi ke Mansion oleh Para Musuh    

Usai dibersihkan oleh Sang Sumber sendiri dari semua efek buruk metode 'kanibalisme' yang dia jalani beberapa waktu lalu di Underworld, Jovano langsung terbatuk-batuk dan lemas.    

Saat ini, Jovano benar-benar tidak berdaya dan hanya bisa menerima omelan ibunya saja, bahkan setelah mereka tiba di mansion.    

Andrea segera memanggil ayahnya untuk datang. "Heh, ayah busuk sialan! Cepetan datang kalo kagak pengen aku musnahin bini ama selir-selir jelekmu!"    

Tak sampai menit berganti, King Zardakh sudah tiba di depan Andrea.    

Plakk!    

Andrea benar-benar menampar sekeras yang dia sanggup dengan kekuatan sebesar mungkin pada ayahnya. Untuk membuat malu seorang pria, tak perlu capek-capek memukul dada atau perutnya, cukup tampar saja dia. Ini yang Andrea ketahui.    

Dengan seorang pria ditampar wajahnya, itu seakan sedang menurunkan martabat dan harga diri mereka sebagai pria, karena biasanya yang ditampar adalah wanita yang berkonotasi lemah.    

Meski sebenarnya ini terlihat merendahkan wanita, tapi sebenarnya tidak. Anggapan itu justru memberikan rasa kesetaraan gender, demikianlah yang ada di kepala Andrea saat itu.    

Dengan tamparan, maka Andrea ingin ayahnya tahu bahwa mereka setara. Lagipula, apa yang dilakukan ayahnya sudah sangat membahayakan putranya, mana mungkin dia tidak murka.    

Durhaka? Masa bodo! Andrea tak mengenal istilah durhaka jika itu berkaitan dengan King Zardakh.    

King Zardakh  sangat tidak menduga adanya tindakan luar biasa dari putri kesayangannya. "A—Andrea Sayank, kenapa—"    

"Apa yang kamu ajarin ke Jo?" Andrea meledak dalam amarah.    

King Zardakh diam sejenak, memberikan wajah tak bersalah, tapi dia segera paham apa maksud putrinya. "Anu, Sayank … Jo sangat ingin meningkatkan kekuatan. Jadi aku—"    

"Apa kau pengin cucumu mati, heh? Apa kau pengin cucumu jadi monster gila, heh?" Mata Andrea sudah memerah tua sampai nyaris hitam sepenuhnya karena terlalu marah.    

"M—Mom … jangan … salahkan opa." Jovano yang masih lemah, berusaha bicara untuk sang kakek. Dia ditopang oleh Shona dan Zivena di ruangan tengah mansion. Sedangkan penghuni lainnya mulai bermunculan untuk melihat ada apa gerangan yang terjadi.    

Mengabaikan harga dirinya sebagai raja iblis sudah jatuh gara-gara tamparan putrinya, King Zardakh menjelaskan ke Andrea mengenai dia sudah berusaha membendung sang cucu agar tidak perlu memakai cara itu.    

"Tapi kenapa kau malah kasi cara itu kalo emang kau gak pengin Jo pake cara itu, heh!" Andrea tidak ingin dibelokkan pemikirannya. Dia tak mau dimanipulasi kepandaian ayahnya dalam merangkai kata.    

King Zardakh bungkam dengan raut wajah bingung. Dia di dalam sanubarinya juga menyadari bahwa apa yang dituduhkan putrinya memang benar dan dia salah akan itu.      

King Zardakh  menatap tak berdaya ke Andrea, tak menemukan kata-kata karena sudah ditohok terlalu tepat ke intinya. "Sayank, aku—"    

"Lebih baik kita putus hubungan aja!" Andrea mendengus keras.    

"No! Sayank, no!" King Zardakh menggelengkan kepala.    

"Mom! Jangan begitu!" Jovano mengumpulkan kekuatan dan dia marah pada ibunya yang dianggap sudah berlebihan dalam memandang masalah ini.    

"Jo, kau hampir celaka dan hampir kehilangan dirimu! Kau bisa jadi iblis sesat! Mom gak mau itu!" Andrea menoleh ke putranya dengan suara membujuk, berharap sang putra memahami kecemasannya.    

Jika tidak dipergoki Nafael, entah akan jadi apa Jovano nantinya. Inilah yang sangat ditakutkan Andrea, dan dia mengatakannya, "Jo, cukup sekali aja insiden Ivy. Mom gak mau ada Ivy kedua atau ketiga di keluarga kita."    

Kemudian, semua mendadak sunyi tak ada yang bicara. Semua di ruangan itu, yang memahami mengenai insiden tragis Ivy, segera tenggelam dalam memori suram di hari itu.    

Jovano menundukkan kepala. "Ya, Mom, aku memang salah, aku minta maaf." Akhirnya dia lirih mengatakan itu. "Tapi, aku mohon, Mom gak nyalahin opa sepenuhnya karena aku juga salah."    

"Ya! Kalian berdua salah!" seru Andrea sambil menatap keduanya secara bergantian. "Kalian harus dihukum!"    

King Zardakh dan Jovano diam tidak mendebat. Mereka berdua tahu salah.    

Sementara itu, penghuni baru mansion bertanya-tanya satu sama lain, saling berpandangan.    

"Insiden Ivy, apa itu?" Blyn menoleh ke Miloz.    

Namun, si mutan mengangkat kedua bahu dengan cepat sambil berkata, "Entahlah, aku tak tahu."    

"Besok akan aku coba tanyakan ke—" Blyn sudah hendak berkata, tapi ….    

"Itu kejadian mengerikan yang dilakukan salah satu anak auntie Andrea." Alyn menyahut pelan dan dia teringat akan tragedi berdarah kala itu di Cosmo yang menewaskan beberapa anak Noir dan Sabrina.    

Melihat Alyn menundukkan kepala dengan wajah muram bersedih, Eunika dan yang lainnya segera paham bahwa kejadian itu pastinya sangat mengerikan sekaligus menyedihkan.    

Kevon di sebelah Alyn hanya mengembuskan napas dan terdiam. Dia juga mengetahui tragedi yang menimpa anak-anak Noir dan Sabrina.    

Eunika merangkul Alyn, seakan memberikan dukungan moril. Keduanya memang sudah lebih akrab karena kecocokan obrolan meski berbeda umur agak jauh.      

-0—00—0-    

Pagi hari, seperti yang sudah-sudah, kelima murid telah menanti guru mereka di ruang belajar.    

Andrea juga sudah siap di depan 'kamera' mata-matanya.    

Sedangkan Jovano, dia dikurung di dalam kamarnya menggunakan mantra dan juga formasi pengurungan. Andrea tidak ingin kecolongan lagi.    

Jovano tidak melawan dan diam di kamar seperti yang diharapkan ibunya. Shona selalu di sisinya memberikan penghiburan dan dukungan.    

"Jo, barusan aku diajari membuat bubur kacang hijau ketan hitam oleh daddy kamu. Ini enak sekali. Aku sudah mencobanya tadi di dapur." Shona membawakan semangkuk hangat bubur yang tadi dia sebutkan namanya ke dekat Jovano.    

Jovano tersenyum dan menatap istrinya sambil berkata, "Terima kasih, yah Sho. Kamu memang istri yang baik." Dia tidak menolak bubur itu dan memakannya. "Hm, enak! Ini bubur buatanmu?"    

Shona mengangguk. "Ya, ini pertama kali aku membuatnya. Apakah sungguh enak?"    

Mata Jovano berseri-seri sambil mengangguk. Mengabaikan rasa panas di lidahnya, Jovano bersemangat memakan bubur itu sendok demi sendok sampai tandas tak bersisa. "Ha ha ha! Maaf, aku malah seperti orang kelaparan tak makan seratus tahun! Abisnya, ini enak sekali, Sho! Kamu hebat!" Tak lupa dia acungkan ibu jari sebagai pujian ke istrinya.    

Shona tersipu, hatinya senang. Mana mungkin seorang istri tidak bahagia dipuji suami tercinta?    

Sedangkan ketika kelima bocah baru memulai pelajaran mereka bersama bu guru Wynde, mendadak saja terjadi fluktuasi energi di angkasa di atas mansion Andrea.    

Menyadari adanya energi besar yang hendak menghantam mansionnya, Andrea dan Dante bergegas keluar bersama Nafael juga.    

Ketika energi itu ditembakkan ke mansion untuk merusak penghuni di dalamnya, Nafael segera membuat perisai pelindung sehingga penghuni mansion pun aman.    

"Siapa kalian?!" teriak Andrea dengan geram. Bisa-bisanya hunian dia diserang begitu saja seperti ini secara terang-terangan di siang bolong.    

"Iblis yang menculik menantumu." Nafael lebih dulu mengetahuinya sebelum akhirnya, muncul sosok Melith dan Dazmaroth.    

"Ha ha ha …." Melith tertawa nyaring dan melayang di udara sambil memandang rendah ke kelompok Jovano. "Hei, budak! Keluar!"    

Kemudian, Serafima muncul dari robekan ruang diikuti puluhan gurita iblis kecil yang terlihat ganas dan mengerikan. Kali ini, Serafima terlihat jauh lebih menakutkan penampilannya, seolah itu sudah bukan dia lagi sepenuhnya.    


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.